"NANTI lo sekalian ngisi voice over keberatan gak ya Sha? Nanti fee-nya ada sendiri kok."
Nistisha menoleh kearah Marka— seorang copywriter sebuah agency yang juga sekalian merangkap menjadi talent partner-nya pada projek kali ini. Dia mendudukkan kursi yang disediakan disana, kemudian meraih tabletnya dan mengecek jadwalnya. Hari ini masih hari Jum'at, dan kebetulan sekali sedang tanggal merah jadi tentunya sekolah mereka libur, sehingga Nistisha bisa datang pada sesi pemotretan yang Minggu lalu masih menunggu giliran.
"Boleh, tapi kalau harus gue kerjain sekarang gak bisa Bang. Gue ada janji." Nistisha memperhatikan jam disudut atas tabnya, pukul setengah dua belas siang. Sudah setengah jam sejak dia membuat janji dengan seseorang.
Marka tersenyum, "Gak harus sekarang kok, ini udah mepet jam makan siang. Mungkin Minggu depan?"
Nistisha meringis, "Waduh, gue gak janji sih Bang. Minggu depan kayaknya bakal fokus di acara sekolah deh, ada unjuk ekstrakulikuler sama penutupan MOS."
"Yah gitu ya," Marka terlihat sedih, "Apa gue minta Kalea aja ya buat ngisi?"
Nistisha menggaruk kepalanya, "Atau nanti gue coba kerjain di rumah deh? Gak papa kan lewat hp? Gue udah pernah juga kan."
"Oke, boleh," Marka kembali tersenyum lebar, "Makasih Nistisha, gue selalu seneng kerja sama lo."
Nistisha menyunggingkan senyum lebar, "Gue juga. Makasih karena udah sering jadiin gue model, dengan kerja sama lo, gue yakin gue semakin dekat dengan cita-cita kaya raya diusia muda itu."
Marka menggelengkan kepalanya pelan, tidak menjawab perkataan Nistisha barusan. "Lo mau pergi sekarang? Kalau enggak, mungkin kita bisa ngopi dulu di kafe bawah?"
Nistisha menimbang, kemudian mengangguk untuk mengiyakan ajakan Marka. Gadis itu lekas beberes, membereskan tablet, ponsel dan beberapa peralatan make up kemudian memasukkannya pada tas yang memang dia bawa. Gadis itu sudah menghapus make up dan berganti pakaian, menggantinya dengan outfit dan riasan wajah biasa, kemudian memasukkan barangnya ke dalam paper bag.
Atlantis Space. Sebuah kantor agency yang berdiri 5 tahun lalu ini menjadi titik awal Nistisha menekuni bidangnya sebagai influencer, meskipun belum seterkenal influencer-influencer seumurannya yang kontennya sering dia lihat di sosial media, tapi Nistisha menyukai pekerjaan ini. Dia pertama kali diminta menjadi talent untuk sebuah produk kecantikan, yang untungnya berakhir baik dan mengantarkan dia dan juga brand itu sampai pada titik ini.
"Lo masih jadi model sekolah ya?" Marka kembali membuka obrolan saat mereka menuruni anak tangga, "Gue lihat kemarin di Instagram rame banget postingan soal lo."
Nistisha tersenyum malu-malu, "Padahal itu cuma postingan biasa, buat kepentingan branding Binsa juga."
"Bina Bangsa gue lihat makin kenceng larinya buat saingin sekolah lain. Gue bahkan baru tahu kalau disana ada klub anggar juga, mana menang lomba lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaleidoscope: The Extraordinary J | Park Jisung
Teen FictionNistisha Gantari tidak pernah menyangka jika tahun terakhirnya di SMA akan dihabiskan dengan berurusan dengan pentolan geng, Jeksa Alden Ellion yang selama ini tidak pernah berinteraksi lebih dengannya. Yang membuat Nistisha kaget setengah mati, lak...