Naura Jizia
Gadis berambut sebahu yang gemar memakai bando berwarna putih dikepalanya. Umurnya 17 tahun dan tahun ini ia masuk universitas incarannya. Kepribadiannya, aneh. Tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata, hidupnya bebas tidak dikekang oleh apapun.
Anak tunggal di keluarganya, banyak yang berkata anak tunggal itu kesepian tapi Jizia tidak. Mana bisa Jizia kesepian? Manusia pecinta kebebasan sepertinya kesepian?
Jizia masuk kategori siswi tercantik di sekolahnya, dua tahun berturut-turut menjadi model sekolah mereka. Gadis yang cukup populer. Anaknya suka tantangan, tidak ada masalah? Ya, dicari.
Makanya meski cantik, kepribadiannya aneh.
Tapi wajah yang berseri-seri itu sekarang tengah murung, ah tidak, bukan hanya murung sekarang ia tengah menangis. Menangis di tumpukan tangan yang ia lipat diatas meja kafe.
Bersyukur kafe hanya ada mereka bertiga jika tidak kedua temannya akan menahan malu, takut disangka menculik anak orang.
Kenapa Jizia menangis? Karena satu boy group tercintanya habis kontrak satu tahun lagi. Ia menangis setelah melihat rumor yang beredar di akun fanbase bahwa boy group tercinta mereka hanya sebagian yang perpanjang kontrak.
Bagi Jizia mereka benar-benar rumah, rumah Jizia banyak tapi untuk kehilangan satu rumah saja Jizia tidak rela. Rasa menyayangi orang yang belum pernah kalian temui di dunia nyata lalu di tinggalkan sebelum kalian bertegur sapa apa kalian tidak sedih?
Mungkin ada sebagian yang tidak sedih, tapi Jizia bagian yang sangat sedih. Jangankan semua member, dua member yang hengkang saja Jizia menangis dua hari. Agap Jizia alay, meskipun memang alay anaknya. Kalian tidak akan mengerti jika tidak berada di posisi Jizia.
"Mereka pasti perpanjang kontrak, Nau." Salah satu temannya menenangkan, gadis yang duduk disebelah Jizia.
"Tapi rumornya cuma sebagian." Satu gadis dihadapan keduanya berkata jujur.
Vira yang duduk disebelah Jizia melayangkan tatapan mematikannya. "Lo jangan memperburuk suasana deh!" Sinisnya.
Jizia mendongak memperlihatkan matanya yang sembap dan hidung yang memerah. Terlihat memprihatinkan.
"G-g-gue belum nonton konser merekaaa, huaaa!" Kata gadis itu kembali menenggelamkan wajahnya.
"Bulan besok mereka word tour lo bisa nonton kok," ucap Luli, gadis yang duduk dihadapan Jizia dan Vira.
"Bener, Nau. Lo bisa nonton kok," kata Vira sambil tersenyum lembut.
Tidak ada sahutan dari Jizia, tapi gadis itu kini sudah tidak menangis lagi. Vira melirik kearah Luli yang juga menatapnya, seakan mengerti Luli pun akhirnya berkata, "gue temenin deh sama Vira."
Jizia bangkit dari pose menangis anak SD nya lalu tersenyum ceria kepada kedua temannya, "kalian gak usah beli tiketnya, nanti gue yang bayarin!" Kata gadis itu menarik piring yang berisi dimsum mentai kesukaannya. Selera makan sudah kembali.
Hal itu membuat kedua sahabatnya ikut tersenyum lega dan mulai makan. Meskipun Jizia kadang kekanakan mereka tetap merasa nyaman mungkin karena mereka menanamkan prinsip saling berkomunikasi apapun masalahnya apapun kenyataannya agar persahabatan mereka tetap berjalan sempurna.
Persahabatan anak tunggal, anak perempuan pertama dan anak bungsu hanya kurang anak tengah saja. Mereka benar-benar saling melengkapi dan berusaha untuk selalu bersama, satu tidak ada maka semua tidak ikut. Sesuatu yang sulit di lakukan untuk persahabatan tiga orang.
****
"Aishh! Hari ini gue badmood parah!" Seru Jizia, gadis itu sedang memelototi layar ponselnya yang menampilkan novel online.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of Treasure
FanfictionMisi Jizia ketika berada di dunia fiksi adalah mencegah para karakter utama terpecah belah, mencegah persahabatan yang dibangun begitu lama pecah. Mencegah korban jiwa yang tidak diketahui siapa dalangnya. Tantangan dan tanggung jawab untuk Jizia me...