—KEMATIAN adalah teka-teki kehidupan serta KEIKHLASAN adalah kasta terbesar untuk merelakan orang yang kita sayang—
Happy reading ❤️
"BII!, BIBI!, BISUMIII!, BUN!, Aihss pada kemana sih" teriak Dira menuruni tangga satu persatu, ia lansung menghampiri meja makan dan menggambil satu gelas air putih
Glug, glug, glug, Dira meminum segelas air putih itu sampai ludes,
Ia menghembuskan nafasnya kasar
rumahnya yg besar itu seketika hening, yang terdengar sekarang hanyalah suara detak jam yang menemani Dira"Ini rumah apa hutan sih, sepi amat dah" batin Dira, ia kemudian duduk di kursi dapur sambil memainkan ponselnya
Ketika sedang asik memainkan ponselnya tiba-tiba Dira teringat akan sesuatu, Dira meletakkan ponselnya diatas meja
Bukankah inilah waktu yang Dira tunggu-tunggu
"Ini waktu yang tepat kali ya" batin Dira, ia beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekati satu ruangan yang sudah lama tak dikunjunginya
Tepat didepan pintu ruangan itu Dira berdiri menatap pintu penuh dengan ragu-ragu
"Maafin Rara ya bunda, bukannya Rara ga denger perintah bunda, tapi Rara kangen ayah" ucapnya lirih
Dira membuka pintu itu perlahan "kreeek" suara pintu terbuka dann--- menampilkan sebuah piano yang sangat dirindukan oleh Dira didalamnya
Dira mematung menatap lama,,, lama sekali piano itu, tak terasa air mata yang susah payah Dira tahan pun kini mulai jatuh setetes demi setetes, mungkin memang banyak sekali cerita dibalik piano itu
*Flashback on*
"Ini gini caranya sayang" ucap laki-laki setengah baya memberi arahan kepada gadis yang sedang belajar memainkan piano didepannya
"Ishhh, susah yah, Rara gak bisa" dengan nada anak kecil
"Kalo Rara yakin, pasti bisa percaya sama ayah" laki-laki itu menatap, mengangguk dan meyakinkan Dira
"Nanti kalo udah bisa, ayah kasih hadiah mauu?" Tanya laki-laki itu"Mau yah, mauuu" seru Dira menarik baju ayahnya
Laki-laki itu membungkukkan badannya menatap Dira
"Rara mau hadiah apa dari ayah hm?""Eumm..., Rara mau boneka yah" ucap Dira antusias
"Yaudah, belajar yang rajin ya Ra" ucap laki-laki itu seraya mengelus lembut pucuk kepala Dira
*Fyi*
Edwin Varnandez pemilik perusahaan terbesar di Indonesia tepatnya di bandung, perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan dan masih berjalan hingga saat ini.Sejak saat itu Dira menekuni belajar latihan piano mulai dari les piano disekolah, sampai les privat dirumahnya.
Dira hanya menghabiskan waktu 1 tahun untuk belajar piano, tepat pada kelas 6 SD Dira sudah menguasai sebagian besar teknik dalam bermain pianoTok, tok, tok "Assalamualaikum yahh" ucap Dira memberi salam
"Masuk aja Ra" jawab Edwin dari balik pintu
"Rara mau kasih ini ke ayah" Dira menyodorkan sebuah brosur
"Apa itu Ra?" Tanya Edwin yang masih fokus ke layar laptop
"Ayah lagi sibuk, nanti aja deh bilangnya" batin Dira
Dira berbalik hendak keluar, Edwin yang sadar akan pertanyaan yang belum dijawab membuat ia menoleh memanggil Dira
"Itu apa Ra?, kok gajadi"
"Gapapa yah, nanti aja pas ayah udah ga sibuk""Emang yang sibuk siapa?, sini!" Perintah Edwin, Dira kembali berjalan mendekati Ayahnya
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Daisy 00:00
RandomAdira Marchella Zianda... Dira bisa dibilang perempuan yang beruntung karena bisa merasakan dicintai oleh cinta pertamanya dengan sepenuhnya, tapi itu tidak berlansung lama ... Dibalik kebahagiaan Dira yang dititipkan semesta itu hanya semata-mata u...