MBP - 5

859 70 4
                                    




" Sasuke, Itachi! Mama kecewa sekali dengan kalian berdua " Keduanya hanya bisa saling pandang. Setelah sarapan dihari minggu dingin tanpa pembicaraan dan makan malam malah berakhir di interogasi.

Itachi tidak tahu apa yang ibunya bicarakan.

Sedangkan sibungsu sangat tahu apa yang membuat mood ibunya buruk. Pasti pertemuannya dengan Ibunya Sakura juga dua orang sahabatnya lagi. Kalau bukan perihal pernikahan lalu apalagi.

Fugaku hanya bisa menghela nafas. Istrinya bilang ia malu dan sudah kepalang jengkel dengan kedua anaknya. Mereka itu tidak sadar umur terus berjalan. Baik ia maupun suaminya ingin keduanya segera menikah dan menimang cucu.

" Apalagi Mam? Itachi banyak kerjaan " Itachi terus mengelak. Makan malamnya mulai terasa hambar. Wanita itu hanya akan membuat hidupnya runyam apalagi kalau bertemu yang cerewetnya setengah mati.



" Peraturannya jelas kalau tidak ada pembicaraan soal pekerjaan dimeja makan " Ucap ibunya dengan wajah kesal. Sasuke dan Itachi saling pandang lagi. Mereka pun juga tidak mau kalah, mereka sudah besar dan diatur seperti ini malah membuatnya muak.

" Dan tertulis jelas juga untuk tidak ikut campur urusan anak Mam. Kita berdua tahu mana yang terbaik " Sasuke tidak mungkin diam saja. Ia juga tidak suka disuruh menikah karena ia pun belum mau. Setua apapun umur disaat belum siap ia bisa apa?

" Cih! Sudah kasih tahu terang-terangan masih saja kalian ini. Mau bikin Mama jantungan? " Fugaku hanya bisa menghela nafas. Perdebatan yang tidak pernah usai. Istrinya akan selalu seperti ini kalau permintaannya tidak dituruti.

" Jangan coba-coba akting Mam. Kita tahu mana yang terbaik, jadi sabar saja " Tambah Itachi karena Mamanya memegang kepalanya seakan pusing sekali dengan kelakuan mereka berdua.

Mereka pun tidak pernah membuat masalah kecuali kenakalan-kenakalan saat disekolah dulu. Sekarang mereka sudah tumbuh menjadi pria berkualitas. Tentu saja standar mereka sangat tinggi. Sasuke mungkin bisa menjalin hubungan, sedangkan Itachi sama sekali tidak. Karena ia merasa yang seperti ini saja sudah cukup.

" Kalian itu tinggal balas budi ke orang tua saja susah. Cepat cari pasangan atau Mama akan atur jadwal pertemuan kalian dengan wanita pilihan Mama mulai senin besok " Perjodohan lagi. Keduanya menggeser piring makannya dengan tidak minat.



" Dan kamu Sasuke! " Ibunya menoleh dan Sasuke mendongak menatapnya.

" Sakura itu maunya langsung nikah bukan diajak pacaran tidak jelas. Huh! Tidak adik tidak kakak, semuanya bikin kesal saja. Kalau sampai Sakura menikah dengan pria lain Mama marah sama kamu " kenapa jadi dirinya? Jadi semua pertengkaran ini karena Sakura mau menikah?

Sasuke belum bisa menjanjikan pernikahan. Itachi menoleh padanya sedangkan ia hanya bisa mengangkat bahunya. Kesal, tentu saja.

" Sudahlah~ Lakukan saja pekerjaan kalian dengan baik. Mama kalian biar jadi urusan Papa " 

" Baik Pah " Memang yang bisa menjinakkan cuma Papanya saja. Kalau mereka pasti akan disemprot lagi. Kali ini keduanya mengalah agar ibunya tidak sakit kepala lagi. Hanya saja menuruti permintaan yang satu itu sangatlah sulit.

Mereka bisa perang batin kalau tidur dalam keadaan banyak pikiran. 

" Papa cuma tidak mau karena tekanan Mama kalian jadi memilih wanita yang tidak jelas asal usulnya, tidak punya manner apalagi sampai membuat keluarga ini malu " 

Itu juga yang tidak mereka inginkan. Setidaknya ada wanita yang setara. Baik kekayaan, visual maupun dalam bersikap. Mereka punya standar juga untuk wanita yang dikencani makanya lama menyendiri.





***





Semuanya berawal dari pertunangan Karin jadi ibunya mendadak tantrum lagi. Sakura hanya bisa pasrah saat minggu pagi nya diusik dengan obrolan seputar pernikahan. Ia sudah ditodong menikah sedangkan calon saja tidak punya.

Karin dan Ino hanya bisa tertawa. Memang hanya Sakura yang betah menyendiri karena standarnya yang terlalu tinggi juga karena sulit mencari pria yang ingin mengajaknya serius tanpa modus. Mereka sampai kaget karena Sakura pagi-pagi sudah meminta bertemu padahal masih pukul delapan.

Dan benar saja, setengah jam kemudian ia sampai di apartemen Ino dengan kondisi belum mandi. Bahkan wajahnya terlihat masih mengantuk.

Sakura bangkit lalu bersemangat menceritakan Sasuke yang mengajaknya berpacaran. Keduanya kaget bukan main, dan mereka menyayangkan karena Sakura hanya bisa mengangkat bahunya tidak minat. Hal itulah yang membuat sahabatnya ini sulit mendapatkan pacar.



Hanya Sakura yang menolak Uchiha. Ino yang pernah mengejar-ngejar Itachi saja menyerah karena pria itu tidak bisa ditebak. Tatapannya yang setajam elang membuatnya takut, hanya ingin menitipkan hadiah saja ia sampai disuruh pergi.

Uchiha terlihat sangat menakutkan. Namun mendengar cerita Sakura yang mengatakan kalau Sasuke menembaknya pasti pria itu sudah merasakan sebuah kecocokan pada sahabatnya ini. Pasalnya hampir tidak pernah ada rumor apapun tentang percintaan mereka berdua.

Jejaknya sangat bersih. Bahkan sampai mengirim orang yang berbuat masalah kenegara lain agar hidupnya bisa tenang dan tentram. Siapa yang berani dengan mereka berdua?

Dan yang menolak hanyalah Sakura. 

" Ra, tidak ada salahnya mencoba dulu. Siapa tahu nanti Sasuke bisa serius " Keningnya mengkerut. Mau dicoba sampai kapan? Sasuke sudah terlihat jelas hanya ingin berpacaran. Dari perangainya saja sudah terlihat sangat jelas.

Tidak ada pernikahan didalam kamusnya.

" Dia sudah memperjelasnya kemarin. Kita hanya pacaran bukan menikah " Ucap Sakura lagi seakan mempertegas.

" Lagipula kamu tidak bisa menilai seseorang hanya dari mau diajak nikah atau tidak. Let it flow Ra, dia tidak punya skandal apapun. Bisa jadi kamu pelabuhan pertama dan terakhirnya " Kalau memang biarkan seperti air mengalir sebaiknya mereka tutup mulut.

Apakah di dunia ini tidak ada tempat yang membahas selain pernikahan. Ia mulai muak. Apa ia pindah negara saja? Tapi kasihan kedua orangtuanya.


" Begitu ya? Tolong kalian garis bawahi. Dia hanya ingin pacaran bukan menikah " Katanya jengkel. Ino dan Karin menghela nafas dan meminta maaf.

" Mama kalian kan bersahabat. Aku yakin sekali pasti Sasuke tidak akan berani berbuat macam-macam padamu " Meminta maaf bukan berarti berhenti. Kini Sakura mulai berdiri dari posisinya hendak meninggalkan merek aberdua.

" Rin, No, sudahlah. Aku masih percaya masih ada pria baik-baik yang nantinya mengajakku menikah "

" Mau menunggu sampai berapa tahun lagi? Tiga atau empat, atau bahkan bisa sampai sepuluh tahun lagi " Ia mengangkat bahu.

" Aku tidak keberatan, daripada aku harus terburu-buru menikah lalu tidak mendapat pasangan yang setara. Pasti aku akan menyesal " Sakura ada benarnya juga. Mereka ingin melihat sahabatnya yang masih jomblo ini menikah.

Setidaknya Sakura melakukan pernikahan satu kali seumur hidupnya dibanding harus menerima kenyataan pahit dengan berpisah. Bahkan terdengar sangat menyedihkan.



..to  be continue..

My Business Partner✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang