Currrnnnnnttt
"Astaga sudah berapa hari kau tidak makan lisa?"
Suara perut lisa terdengar sangat keras. Bahkan bisa terdengar oleh semua orang. Lisa malu. Teman-temannya hanya menahan tawa mendengar pertanyaan Irene.
"Hehe a-anu" lisa hanya menggaruk kuping.
"Apa kau tidak memasak jennie?. Ini sudah sangat siang."
Jennie hanya diam dia menyangga kepalanya dengan tangan. Seolah-olah tidak mendengar pertanyaan irene.
"Ada apa dengan kalian?. Aneh sekali. Kalian sedari tadi tidak bicara"
Mereka masih diam. Irene memutar matanya.
"Oke. Seperti ada sesuatu dengan kalian. Jennie dan lisa sebaiknya kalian pergi ke restoran disekitar sini. Aku yakin kalian sama-sama belum makan"
"Hah?. Tidak unnie. Aku tidak mau. Aku akan memesan makanan saja"
"Tidak ada waktu. Kalian berdua harus pergi untuk makan sekarang"
"Tapi unnie..."
"Tidak!. Lisa cepat ajak Jennie pergi"
Jennie mendengus kesal. Dia berdiri lalu menatap lisa tajam. Membuat lisa hanya meringis kecil. Teman-teman lisa hanya cekikikan dan menyemangati lisa. Mereka akhirnya pergi dan lisa merasa sedikit berterima kasih pada irene karena membuatnya berkesempatan untuk berbicara dengan jennie.
"Ck. Cepatlah. Apa kau akan berdiri saja disana"
"A-ah iya maaf"
Mereka kemudian pergi. Selama di lift mereka hanya diam saja. Mereka hanya berdua di lift dan lisa bingung ingin memulai pembicaraan seperti apa.
"Kenapa kau terus menatapku?" Jennie berbicara tanpa menoleh.
"Aku ingin meminta maaf Jennie. Aku tidak tahu dan... Aku harus bagaimana agar kau mau berbicara dengan ku?"
Jennie menghela nafas. Dia memutar mata dan melipat tangannya di dada. Dia sebenarnya malu dan memilih menghindar dari lisa hingga ia lupa memasak dan memberi lisa obat. Dia tidak tahu harus berkata apa.
"Sudahlah lupakan. Aku tidak ingin membahasnya"
"Emm... Apa kau marah padaku?"
"Kenapa aku harus marah padamu"
"Ah maksudku. Apa kau... Em bagaimana cara aku mengatakannya... Maksudku apa kau tidak tahu soal eee aku memiliki... yang dibawah sana? Hehe kau tau maksudku kan?" Lisa hanya menggaruk kepala malu.
Jennie memerah. Dia diam dan mengingat kejadian pagi tadi. Dia masih terkejut melihat sesuatu yang besar menggembung dibalik celana lisa. Itu terlihat sangat jelas. Jennie seumur hidup tidak pernah melihat itu. Berarti Lisa memilikinya?. Jennie menggelengkan kepala menghilangkan pikiran kotor nya.
"Aku masih terkejut saja... Aku bilang berhenti membahas itu"
"Ah baiklah. Apa kau memaafkan ku sekarang"
Jennie hanya berdehem. Kemudian pintu lift terbuka. Mereka segera melangkah keluar. Lisa tersenyum dan menyengir. Dia senang akhirnya jennie mau berbicara dengannya.
"Kau mau makan apa Jennie?"
"Terserah" ucapnya cuek.
"Aku tahu tempat makan enak tak jauh dari sini. Ayo kita kesana?"
Jennie mengangguk. Lisa senang dan tanpa sadar memegang tangan jennie mengajaknya ke tempat yang dia maksud. Jennie tidak menolak dan mengikutinya saja. Mereka berjalan bersama. Tidak ada percakapan sepanjang perjalanan. Tempat yang dimaksud lisa berada diseberang jalan. Lisa menggenggam erat tangan jennie dan menyeberang dengan hati-hati. Setelah berjalan beberapa menit mereka memasuki gang dan menemukan restoran korea sederhana. Sepanjang jalan kecil terdapat rumah-rumah sederhana juga. Ini seperti sisi yang berlawanan dari jalan besar di luar sana. Suasananya seperti pedesaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Emerging Love (Hiatus)
Teen Fiction. . . . . Dia hanya masa lalu. Jika jennie meragukan ku hanya karena dia?. Itu tidak adil. Aku punya cinta yang lebih besar untuknya. ______________________________ "Apa ini akan menjadi akhir?" "Tidak. Ingat... Selalu ada alasan dibalik suatu kejad...