Tangan Zergan terangkat dan menarik dagu Alkana untuk menatapnya, pandangan mereka bertemu. Zergan dengan tatapan tajamnya tapi terkesan tengil sedangkan Alkana dengan tatapan gelisahnya.
Dengan sekali gerakan Zergan dapat mengangkat Alkana dan mereka berdiri dengan si manis berada di gendongan si dominan.
"butuh apa?" tanya Zergan sembari berjalan ke lemari kaca yang berisi obat-obatan.
"gue bisa ambil sendiri Zergan" kata Alkana mencoba turun dari gendongan koala Zergan, tapi gerakannya berhenti tatkala melihat tatapan Zergan.
Alkana pun menghela napas dan menunjuk alkohol dan kapas, Zergan pun mengambil barang yang dibutuhkan Alkana dengan tangan satunya, karena tangan kanan cowok itu digunakan untuk menahan berat tubuh Alkana.
"obat merahnya juga" kata Alkana, membuat Zergan berdecak.
Keduanya berada dalam posisi semula ketika Zergan sudah mengambil apa yang dibutuhkan, yaitu dengan Alkana berada di pangkuan Zergan.
Alkana dengan cepat menuangkan alkohol dalam kapas untuk membersihkan luka yang mengeluarkan darah di sudut bibir cowok itu.
Zergan meringis "pelan-pelan bangsat" gerutu cowok itu membuat Alkana berdecak tapi memelankan gerakannya.
Selesai membersihkan lukanya, Alkana lanjut menuangkan obat merah pada kapas dan menyapukan obat itu ke luka Zergan.
"gue bilang pelan ya anj-"
"yaudah lo obatin sendiri aja ya anying, ihh" Alkana langsung berdiri dari pangkuan Zergan dan berlari keluar uks, emosi yang daritadi dia tahan sudah mencapai puncaknya.
Karena dia takut untuk memukul wajah itu dia memilih untuk kabur saat tangan kekar Zergan sudah tidak melingkari pinggangnya. Alkana menghela napasnya, entah apa yang dia lakukan barusan yang pasti dia akan berada dalam masalah.
Alkana lagi-lagi menghela napas dan mengeluarkannya kasar, melirik jam ditangan kirinya. Sudah jam istirahat ternyata. Dia langsung melangkahkan kakinya menuju kantin tanpa kembali ke kelas terlebih dahulu, dia harus mengisi tenaganya setelah terkuras menghadapi orang gila.
Sampai di kantin, tempat itu sudah terisi banyak sekali orang. Tapi tidak seramai itu sehingga membuat berdesakan. Alkana berjalan dengan menundukkan kepalanya, tidak ingin terlibat masalah lagi.
Alkana berjalan menuju stand siomay karena hanya disana yang antreannya tidak terlalu ramai. Selesai memesan dan menunggu pesanannya jadi Alkana membuka ponselnya yang sepi karena tidak ada yang mengiriminya pesan.
Alkana diam sambil ters memainkan ponselnya sampai suara penjual siomay membuyarkan konsentrasinya.
"sudah siap den" kata mamang siomay sembari menyerahkan sepiring siomay pesanan Alkana, Alkana pun mengangguk dan menerima piring itu, tidak lupa membayarnya.
Alkana berjalan untuk mencari tempat duduk dan memakai siomay nya dengan tenang sebelum kejadian tidak diduga terjadi. Punggungnya terasa di dorong oleh seseorang membuat langkahnya tidak seimbang dan menabrak orang di depannya.
Dan sialnya lagi siomay yang dia bawa tumpah mengenai seragam orang itu. Tubuh mungilnya jatuh ke lantai karena tersandung kakinya sendiri. Tak lama pekikan marah terdengar di telinganya.
" WHAT THE HEL! kurang ajar! siapa yang berani numpahin siomay ke guee!!" pekikan murka itu membuat Alkana mendongkakkan kepalanya.
"hah sial" gumamnya pelan karena disana berdiri sosok yang menatapnya nyalang.
"ohh si cupu miskin ini yang berani numpahin makanan ke gue" orang itu mendekat dan menjambak rambut Alkana membuatnya meringis kesakitan.
"ughh sorry gue ga sengaja" katanya diselingi ringisan karena kepalanya benar-benar sakit seolah rambutnya akan tercabut dari kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ME!!
Aventura" woi ini beneran? ga lucu woii! huaaaa bundaaa" Arkana Samudra tiba-tiba terlempar ke dunia novel yang dia baca dan menempati tubuh tokoh yang sangat tidak berguna dan sialnya tokoh yang selalu terkena imbas dari perbuatan tokoh lain. this is tran...