46. Rezeki dari Arah yang Tak Terduga

241 47 8
                                    

Najefan

Teh Dara langsung terkesima dan berkali-kali menggelengkan kepala ketika melihatnya muncul dengan memakai suit pilihan Cantika.

"Euleuh... euleuh... saha ieu teh meuni kasep (aduh, siapa ini ganteng sekali)?"

Membuatnya meringis bingung mendengar bahasa yang sama sekali tak ia mengerti artinya.

"Aku pilihin tiga yang kayaknya pas buat Jefan," ujar Cantika sambil memandanginya dengan tak kalah puas.

"Nanti kamu tinggal pilih yang mana," lanjut Cantika pada Teh Dara, tapi sedetik kemudian bertanya ke arahnya, "Lengan kemejanya kurang panjang nggak? Kamu pakai jam tangan?"

Ia mengangguk, "Pakai, Mba."

"Oh ya, pantas bagian lengan kemejanya nggak kelihatan," Cantika mengangguk-angguk.

"Kamu suka yang lengan kemejanya kelihatan atau nggak?" tanya Cantika lagi.

"Bebas, Mba," jawabnya bingung.

"Overall bagus sih," komentar Teh Dara yang kini sedang berjalan memutarinya. "Jasnya nggak ketat kan? Nyaman buat gerak?"

Ia mengangguk.

"Coba buat jalan," ujar Teh Dara lagi sambil memperhatikan suit yang sedang dipakainya lekat-lekat. "Bagian bahu rada kegedean nggak sih?"

Ia menggeleng, "Enggak, Teh."

"Coba... coba... kasih liat ke Mba Cantika," Teh Dara menarik lengannya agar berputar ke arah Cantika. "Mba, ini kayaknya bahunya kurang fit. Kalau pinggang sama panjang sih udah oke."

"Eits, sabar dulu," seloroh Cantika. "Masih ada dua lagi. Kita lihat yang lain dulu ya."

Ia pun kembali mengganti suit sesuai dengan yang telah dipilihkan oleh Cantika sebanyak dua kali. Sembari diiringi tatapan penuh analisa Teh Dara dan Cantika. Beberapa kali dua wanita itu terlihat diskusi yang cukup serius perihal suit yang sedang dipakainya.

Benar-benar mengherankan. Hanya untuk membeli sebuah suit saja harus melewati proses panjang dan berliku seolah ia hendak tampil di red carpet event internasional.

Jauh berbeda dibanding dirinya selama ini, jika membeli barang yang menjadi pertimbangan paling pertama dan utama adalah fungsi dan manfaat barang yang akan dibeli.

Lalu yang kedua tentu saja harganya, apakah sesuai dengan isi dompet atau tidak. Jika dua hal itu saja sudah terpenuhi, maka grab it fast. Tak perlu lagi memikirkan apakah bahunya terlalu longgar, atau lengannya kurang panjang, atau hal remeh lain yang sama sekali tak terlintas di pikirannya.

"Teh," bisiknya ke arah Teh Dara ketika Cantika sedang menyambut pengunjung lain yang baru memasuki gerai.

"Ya?" jawab Teh Dara dengan mata tak mengalihkan pandangan dari dua suit yang tadi sempat dicobanya. "Kamu prefer yang mana?"

"Maaf Teh," ia meringis malu. "Tapi menurut saya ini terlalu bagus dan terlalu... mahal. Apa nggak sebaiknya kita bel..."

"Nah, yang ini aja ya," seru Teh Dara sembari mengangkat suit yang telah dicoba olehnya kali kedua tadi.

"Pas warnanya, nanti cocok sama kebaya Karina," lanjut Teh Dara yakin tak menghiraukan keresahannya. "Teteh udah punya kebaya incaran buat Karina. Semoga anaknya suka."

"Tapi Teh..."

"Sssst!" kalimatnya terpotong di udara diikuti dengan reaksi Teh Dara yang memberi pandangan peringatan padanya. "Jangan sungkan. Santai aja."

Setelah memperoleh apa yang diinginkan di Vvong Hang, Teh Dara kembali menyeretnya memasuki gerai pakaian pria dan memintanya untuk memilih beberapa kemeja, celana, juga pakaian santai.

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang