Najefan
Ia baru selesai membacakan ikrar sighat ta'liq talak dan hendak menandatangani ikrar tersebut ketika Pak Waluyo datang dari arah belakang punggungnya sambil membawa dua buah buku bersampul merah dan hijau dengan lambang garuda berukuran besar di bagian depannya.
"Tanda tangan di sini," ujar Pak Penghulu memberi petunjuk. Ketika matanya telah menangkap tanda tangan Karina disana.
Begitu selesai membubuhkan tanda tangan, semua orang yang ada di sekeliling meja utama mulai menyalaminya untuk memberikan selamat. Pak Penghulu, Ustadz Arif Rahman, Pak Hartadi yang tersenyum sambil menepuk bahunya dua kali, terakhir Yahbit Hamdan yang tekekeh senang sembari meninju lengannya keras-keras. Membuatnya tersenyum malu dengan wajah memerah.
Ketika ia masih menunduk guna menyembunyikan wajah yang terasa panas karena candaan Yahbit Hamdan, seseorang menepuk punggungnya kemudian merangkulnya.
"Pernikahan itu bukan buat main-main," bisik orang tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah Pak Puguh.
"Jaga Karina baik-baik," lanjut Pak Puguh dengan suara tegas. "Jangan kecewakan kedua orangtua yang sudah merelakan anak gadis semata wayangnya menikah di usia semuda ini."
Ia mengangguk tanda mengerti.
"Apalagi di suasana seperti ini," kali ini suara Pak Puguh berubah pelan.
"Saya tahu kalau kamu tahu bagaimana harus bersikap."
Lagi-lagi kepalanya mengangguk.
"Selamat ya," kali ini Pak Puguh tersenyum sembari menepuk ringan punggungnya. "Kadonya cukup dua..."
"Jangan dipercaya," tiba-tiba Pak Muchtar sudah berada di antara mereka. Lalu sambil tertawa berkata, "Kado dari Pak Puguh memang cuma dua. Tapi duanya beda sama kita-kita. Alias dua milyar rupiah."
Yang langsung disambut dengan gelak tawa Pak Puguh, "Ampun Kang, saya sudah pensiun. Cukup du..."
"Dua ratus juta rupiah," sambar Pak Hartadi yang tiba-tiba sudah ikut bergabung di antara mereka. Sontak disusul dengan gelak tawa tiga pria paruh baya itu secara bersamaan. Membuatnya hanya bisa tersenyum malu mendengar candaan tersebut.
Dan ketika Pak Puguh, Pak Muchtar, dan Pak Hartadi masih saja saling melempar jokes khas bapak-bapak, tamu lain mulai mendekatinya untuk memberikan selamat. Sementara lamat-lamat terdengar lantunan You Are The Reason nya Callum Scott memenuhi udara conference room.
'I'd climb every mountain
And swim every ocean
Just to be with you
And fix what I've broken
Oh, 'cause I need you to see
That you are the reason'
(Callum Scott, You Are The Reason)
Setelah semua tamu pria menyalaminya—tak terkecuali Mas Tama dan Mas Sada—dan masing-masing beranjak menuju meja jamuan untuk menikmati hidangan yang telah disediakan, seseorang menupuk bahunya.
"Sungkem dulu sama orang tua," ujar Teh Dara sembari menarik lengannya ke arah Mamak dan Mama Karina yang duduk berdampingan. Dimana Karina telah lebih dulu melakukan tradisi sungkem, dan kini tengah saling berpelukan dengan Mama Karina sambil berlinangan air mata.
Mengapa ada begitu banyak air mata di acara yang seharusnya penuh kebahagiaan ini? batinnya sambil menghela napas.
"Antri," Teh Dara kembali berbisik. "Kalau Karina selesai, kamu langsung maju. Habis itu foto."

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.