menuju perpecahan

16 3 0
                                    


HAI? SELAMAT MEMBACA YAH!

JANGAN LUPA VOTE TERLEBIH DAHULU, TERIMA KASIHH!(⁠(⁠*⁠^⁠▽⁠^⁠*⁠)⁠)

⚪⚪⚪⚪

"bunda pulang!" seru sella, yang baru saja pulang dari toko kue.

senja, yang sedang menonton tv pun berjalan keluar, mendekat kearah bundanya, lalu membantu meletakkan tas yang bundanya pakai di gantungan dekat kursi ruang tamu.

"tumben pulangnya jam segini, bun?" senja melirik jam yang menempel di dinding ruang tamu nya.

masih jam enam lewat sepuluh menit, biasanya bundanya akan pulang jam delapan, atau bahkan jam sembilan malam.

"iya, bunda sudah lelah." balas sella, seraya mendudukkan dirinya di kursi ruang tamu.

senja juga ikut duduk disamping bundanya.

"senja gimana sekolahnya?"

senja menengok, lalu berpikir. "biasa aja bun."

sella menarik senja untuk mendekap kepelukannya, lalu mengusap rambutnya sayang. "maaf ja."

senja mendongak, menatap bundanya dengan tatapan bingung. "untuk?"

"untuk bunda yang selalu tidak ada di samping kamu."

senja menghela nafasnya, lalu menegakkan tubuhnya. "senja ga masalah, bunda."

sella menggeleng, lalu matanya berkaca-kaca. "nggak, ja. seharusnya kamu mempermasalahkan hal ini."

sella kembali memeluk senja, dibalas oleh senja dengan tak kalah erat.

"senja ga mau menghalangi impian bunda."

senja ingat, kalau dulu, bundanya pernah bercerita, kalau beliau ingin sekali memiliki toko kue. dan sekarang, bundanya sudah mendapatkan keinginannya.

"tapi impian bunda membuat kita tidak senantiasa dekat, ja."

"kita dekat bun, karena bunda itu bunda aku, dan aku anak bunda," sahut senja.

menurutnya, orang tua yang sibuk itu bukan lah hal yang seharusnya dipermasalahkan, karena memang tujuannya kan, untuk menghidupi anak-anaknya?

namun, memang sebagian anak merasa tidak terima, karena ibunya lebih lama bekerja, dibandingkan bersama dengan anak-anaknya.

tapi senja mencoba menerima, dirinya tidak boleh egois. apalagi sampai melarang bundanya untuk meninggalkan pekerjaan yang sedari dulu bundanya inginkan itu.

"bunda beruntung memiliki anak seperti kamu, ja."

"senja juga beruntung memiliki bunda kaya bundaa."

⚪⚪⚪⚪

"SENJA, SENJAA!" suara keras dari luar rumahnya membuat senja menjadi sedikit terganggu.

cewek itu bangkit dari kasurnya, lalu membuka jendela kamarnya, yang menghubungkan dirinya kearah luar.

ia melihat ansel yang tengah melambaikan tangannya kearah dirinya dengan semangat.

hujan, dan kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang