haiii, aku ada books baru loh! judulnya Heartstrings. Jadi isinya itu kumpulan short story dari ide-ide aku yang gak bisa aku bikinin lapaknya satu-satu.
kalau kalian tertarik boleh dong supportnya 🙇♀️ tema 1 masih ongoing sii hihihi, kayanya besok end ('º∀º`)
anyways, selamat membacaaa, typo tolong tanda yaaa~~
_____________________Pagi ini seluruh keluarga sudah berada di meja makan untuk memulai sarapan mereka. Namun masih kurang 1 anggota lagi.
"Kemana Rye?" Suara bariton milik Orin membuat semua orang melirik ke satu bangku kosong yang ada di sana.
"Benar, kemana cucu manisku? Ini sudah lebih dari 20 menit waktu bangun tidurnya." Timpal Obie di sana seraya melirik jam tangan mahalnya.
Diam-diam yang lain pun jadi turut memikirkan hal tersebut, tak jarang Rye memang terlambat turun untuk sarapan. Namun hari ini sudah sangat terlambat, apakah ia masih tidur?
Catherine beranjak dari kursi dan ingin kembali mengecek ke kamar anaknya itu. Hari ini ia memang tidak membangunkan putra manis nya itu karena permintaannya semalam.
"Mami, besok Rye mau tidur agak lama sedikit ya. Jangan bangunkan Rye terlalu pagi, oke?"
Ucapan tersebut memenuhi pikirannya. Tidak mungkin sesuatu yang buruk terjadi pada anak itu kan? Penjagaan mansion ini sangat ketat, mustahil ada orang yang berniat jahat pada anaknya.
Astaga ia sangat khawatir sekarang. Lift ini juga rasanya lama sekali menuju lantai atas. Ia sangat gelisah menunggu lift berhenti.
Ting!
Setelah pintu terbuka ia bergegas ke kamar anaknya itu. Dibukanya pintu tersebut dan terpampanglah kamar Rye yang bernuansa putih gading miliknya yang masih terbalut kegelapan.
"Lampunya belum dinyalakan, berarti belum bangun." Gumam Catherine pelan, lalu ia melihat ke arah tempat tidur. Di sana masih terdapat gundukan yang tertutupi selimut, langsung saja Catherine nyalakan lampu dan menghampiri tempat tidur, kemudian ia buka selimut tersebut.
Setelahnya yang ia lihat adalah anaknya, Rye dengan keadaan yang sangat pucat lalu mulutnya yang bergumam kecil dan keringat di dahinya. Tangannya pun kini mengepal kuat bahkan sangat kuat, Catherine pun tidak mampu membuka kepalan tangan itu.
"Mamii dingin.. Dingin Mamiii" Racauan tersebut Catherine dengar dari mulut anaknya, ia pegang dahinya dan ternyata suhunya sangat panas.
Langsung ia panggil keluarganya di lantai bawah untuk segera naik menggunakan telepon rumah yang tersedia di setiap kamar. "Hal-" Belum selesai kalimat tersebut terucap, Catherine lebih dulu memotongnya "CEPAT NAIK KE KAMAR RYE DAN SIAPKAN MOBIL, KITA KE RUMAH SAKIT SEKARANG!"
Lalu kembali ia bawa Rye yang masih terlihat menggigil ke pelukannya, ia usap dan cium pelipisnya.
"Tenang ya sayang, ada Mami disini." Ucapnya berusaha memberikan kalimat penenang bagi anaknya.
"Di-dinginn, tidak kuat huaa sa-sakit hiks" Pecah sudah tangisan Rye yang sedari tadi ia tahan. Catherine yang mendengar itu hatinya sangat teriris. Ibu mana yang tega melihat anaknya menangis tersedu-sedu kesakitan seperti ini?
"Anak baik anak manis tidak boleh menangis~ Coba buka matanya sayang?" Permintaan itu ditolak olehnya, Rye menggelengkan kepalanya. Ia sangat pusing, matanya berat tidak bisa dibuka.
Tak lama terdengar banyak langkah menuju kamar itu, "Apa yang terjadi?!" Suara panik itu datang dari Harris yang saat ini sudah menggulung kemejanya dan terlihat beberapa bulir keringat di sana. Sepertinya beberapa dari mereka memilih menaiki tangga daripada lift, terlihat dari keringat di dahi mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bonds of Rye
Fiksi PenggemarMeskipun bukan bungsu, Rye adalah sosok yang paling disayangi dan dilindungi oleh saudara-saudaranya. Keceriaan dan ketulusannya membawa kehangatan di antara mereka. ________________________ suka cerita yang karakter nya lusyuuu 🤩 original dari p...