Bagian 19

226 34 4
                                    

Garis kuning hitam atau yang kerap disebut dengan police line terlihat terbentang dari ujung ke ujung gerbang depan Kos Lembah Manah. Keadaan tak kondusif akibat warga yang berkerumun karena penasaran perlahan mulai bisa dikendalikan dan kerumunan pun dapat dibubarkan. Di dalam bangunan kos masih ada ke-12 penghuninya bersama dengan Pak Abi, Pak Ardhi, sejumlah tenaga medis dan juga pihak yang berwajib.

14 orang yang masih tertahan di dalam kos tidak bisa dibebaskan begitu saja, mereka tetap ditahan sementara dan diinterogasi sebagai saksi. Butuh waktu setidaknya sampai menjelang sore dan akhirnya mereka pun diminta untuk segera keluar dan mengosongkan kos yang saat ini telah menjadi TKP pembunuhan.

Seluruh penghuni kos pada akhirnya diboyong oleh Pak Abi menuju rumahnya karena memang kepindahan mereka yang mendadak membuat beberapa orang belum memiliki tempat tinggal sementara. Saling bergotong-royong, koper demi koper pun dipindahkan menggunakan bantuan mobil milik Pak Abi dan Pak Ardhi hingga seluruh kamar kos benar-benar kembali rapi seperti semula.

"Kita kaya mau study tour terus ngumpul di sekolahan." Ujar Pram yang saat ini masih menggendong sebuah tas punggung yang cukup besar.

"Study tour matane loh." Yohan menimpali sembari menata seluruh koper agar tidak berserakan di halaman rumah Pak Abi.

"Ayo Pak Ardhi, Mas dan Mba, masuk dulu ke dalem, udah mau maghrib. Pagar rumah sudah saya gembok, insyaAllah koper kalian di teras aman-aman aja."

Mereka pun segera masuk setelah dipersilakan tuan rumahnya. Ada yang langsung merebahkan diri di lantai, ada yang berlari ke kamar mandi, namun ada juga yang langsung membuka seluruh toples yang terpajang di atas meja ruang tamu.

"Laper, Sa?" Farrel bertanya saat melihat Sasa yang langsung melahap sebuah rempeyek kacang.

"Mayan." Jawab Sasa.

"Pesen makan sana, biar bapak yang bayar." Ujar Pak Ardhi yang saat ini masih duduk di teras sembari merokok.

"Makan apa, Pak?" Tanya Aca yang langsung siap sedia dengan ponselnya.

"Apa aja. Porsinya ditambah buat bapak, Pak Abi sama istrinya." Jawab Pak Ardhi.

"Siap." Segera Aca dan Janet berselancar di aplikasi ojek online untuk memesan makanan.

"Harusnya saya loh Pak yang beli makan, kok malah Pak Ardhi." Ujar Pak Abi yang datang dengan membawa 2 cangkir kopi panas untuknya dan Pak Ardhi.

"Saya mana, Pak?" Tanya Pram.

"Halah kamu bikin es sendiri sana loh di dapur." Jawab Pak Abi yang kini memilih untuk menemani Pak Ardhi duduk di teras.

"Maturnuwun Pak Ardhi sudah mau bantu. Kalau semalam panjenengan gak telepon saya mungkin 12 anak ini masih kena teror dan juga pelaku masih bebas keliaran." Ujar Pak Abi.

Pak Ardhi langsung tertawa ala bapak-bapak pada umumnya, "Sama-sama, Pak. 12 anak ini kan bukan anaknya jenengan aja, tapi anakku juga, mantuku pun juga ada."

"Mba Selin pacaran sama anak kosan? Siapa?" Pak Abi yang tak tahu menahu pun bertanya.

"Itu loh mantuku." Pak Ardhi menunjuk Amar yang kebetulan sedang berjalan keluar.

"Walah, kapan ini saya dikasih undangannya, Mas Amar?" Pak Abi bertanya saat Amar duduk di antara beliau dan calon mertuanya.

"Secepatnya, Pak Abi." Jawab Amar.

"Secepatnya katanya, Lin." Nina menyenggol lengan Selin.

"Gak usah didengerin." Selin menjawab namun matanya masih fokus untuk mencari kue kering favoritnya dari sebuah kaleng bundar biru.

Kos Lembah ManahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang