Selamatttt baca semuaaa
😍😍😍Semoga kalian gak ikutan tantrum ya baca Algrarez 🥺🥺
.
.
.
.
.
."Makasih ya, Gra. Kamu udah nemenin aku kemo." Anya baru saja selesai menjalani kemoterapi di rumah sakit bersama dokter kepercayaan Papahnya, Dokter Grace namanya.
Algrarez mengangguk, "Santai aja." Benar, Algrarez tidak masalah sama sekali saat dia diminta oleh Prass untuk menemani Anya kemoterapi hari ini. Lagipula, Algrarez juga sedang tidak punya kegiatan apa-apa.
Dan sekarang kemoterapi yang hampir memakan waktu satu jam itu sudah selesai. Kini Anya harus pulang. "Hati-hati," Algrarez langsung menahan tubuh Anya yang tiba-tiba saja limbung hampir jatuh. Kalau saja Algrarez tidak menahannya, sudah pasti sekarang Anya menahan malu karena jatuh.
Anya tersenyum tipis, efek setelah menjalani kemoterapi ya seperti ini. Tubuh Anya jadi tidak stabil. Lemas, mual, dan pusing secara bersamaan.
"Gue gendong aja ya, Nya?" Algrarez meringis, ngeri sendiri saat melihat Anya berjalan dengan bantuan memegang tangannya sebagai tumpuan agar tidak limbung lagi.
"Enggak usah, aku gak pa-pa, kok." Dan Algrarez hanya bisa mengangguk. Dia tidak bisa memaksa Anya.
Setelah sampai di parkiran, Algrarez langsung membukakan pintu mobilnya untuk Anya. "Maaf, karena aku selalu ngerepotin kamu." Anya hanya tersenyum hambar. Sejujurnya dia memang benci sekali selalu merepotkan orang lain.
Algrarez tersenyum tipis, "Gue udah bilang gak pa-pa, kan? Enggak usah merasa kaya gitu terus, Nya. Gue gak keberatan kalo lo ngerepotin gue terus." Algrarez langsung menutup pintu mobilnya. Memutari mobil itu dari depan dan langsung masuk ke dalam mobil. Menyusul Anya yang sudah duduk di kursi samping kemudi.
"Tapi, Zanna gimana, Gra?" Anya khawatir nanti hubungan Algrarez dan Zanna akan ada masalah karena dia.
"Enggak masalah, Nya. Gue nanti coba ngomong pelan-pelan ke Zanna, kok." Algrarez yakin Zanna tidak akan marah hanya karena Algrarez menemani Anya kemoterapi. Dia pulang pagi setelah menghabiskan malam yang panjang di club malam pun Zanna tidak peduli. Apalagi dengan yang ini?.
"Zanna belum tau soal kita, ya?" Algrarez yang baru saja melajukan mobilnya itu hanya menoleh singkat ke arah Anya, fokusnya kembali ke depan. "Maksud aku, soal kesalahan kita yang dulu." Anya langsung menunduk setelah mengatakan itu. Dia tahu ini kesalahannya. Anya hanya khawatir kesalahan mereka di masa lalu akan menyakiti Zanna.
Algrarez masih bungkam. Itu hanya kesalahan. Sudah seharusnya mereka lupakan, kan? Tapi, kenapa seolah Anya terus merasa bersalah kepadanya? Sepertinya Anya belum sepenuhnya lupa dengan kejadian itu. "Ini kesalahan gue, Nya. Lo gak perlu merasa bersalah banget kaya gini. Biar ini jadi urusan gue, lo cukup fokus sama kesehatan lo. Dan—karena itu hanya kesalahan, jadi gue harap lo bisa lupain itu, ya?" Algrarez menoleh kesamping, menatap Anya sekilas.
"Aku gak bisa bayangin gimana hancurnya Zanna nanti setelah tau semua itu." Anya menggeleng pelan, dia tidak bisa membayangkan akan sehancur apa Zanna nanti. Seandainya tahu tentang kesalahan yang mereka perbuat dulu.
Algrarez bungkam. Dia bisa membayangkannya. Dia bisa membayangkan kecewanya Zanna setelah tahu hal tersebut. Zanna akan menangis bahkan mungkin akan menampar pipinya. Gadis itu akan tidak nafsu makan selama satu bulan, sama seperti saat Zanna kehilangan kucingnya yang mati saat usianya masih empat belas tahun. Dan Zanna pasti akan membencinya. Gadis itu pasti tidak keberatan sama sekali untuk pergi dari hidup Algrarez, meninggalkan berandal itu dengan kebajingannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGRAREZ || The Devil Husband
Ficção AdolescenteZanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya soal cowok justru membuatnya takut berkomitmen dalam hubungan. Zanna tidak percaya, kalau di dunia ini...