🦊🦊🦊
Al memutar ponsel di tangannya, mengirim sebuah pesan balasan pada Rendi yang tadi bertanya di mana keberadaannya.
Andin memasukkan kembali ponselnya ke dalam jaket. Sedikit gugup mengetahui kalau dia akan menunggu sedikit lebih lama di dalam butik ini. Theo, sopir pribadi yang di pekerjaan oleh Surya harus melakukan setengah jam perjalanan untuk sampai ke pusat kota dan menemukannya di butik ini yang berada jauh dari pintu masuk di mana Theo biasa menjemputnya.
Yang itu artinya dia akan berdua saja bersama Aldebaran di sini.
"Apa kau bersama Sean kemari?" tanya Al pura-pura tak tahu.
Andin mengangguk sambil mengintip ekspresi wajah Al, tapi dia tidak mendapati perubahan apa pun di wajah halus Aldebaran.
Andin menundukkan kepalanya dengan sedih. Amnesia-nya Al menjadi luka lain di hidupnya yang belum mampu dirinya terima.
Takdir berlaku tidak adil padanya dengan mengambil semua ingatan Aldebaran akan keberadaannya dan juga melupakan kebersamaan yang mereka bagi dulu.
Andin merasa kalau dia sangat menyedihkan karena kenyataan itu. Dia sudah berusaha untuk tidak terlalu memikirkan kemalangan yang menimpa dirinya dan juga Al, tapi mustahil sekali di lakukan.
Andin menertawakan kenaifannya sendiri yang berpikir, bahwa hubungan mereka tetap sama dan tidak ada yang berubah.
"Kenapa, merasakan sendiri diriku tidak lagi di kenali bisa sesakit ini?"
Mata Andin yang terkulai, terasa panas karena air mata yang coba dirinya tahan. Tenggorokannya tercekat menyakitkan. Selalu seperti ini. Dia akan berubah menjadi secengeng ini.
"Kalau begitu, biarkan aku mengantarmu pulang, Andini."
"Apa?"
Al mengernyitkan alisnya melihat sudut mata Andin yang memerah. Apa karena Sean tidak jadi mengantarnya pulang, membuat Andin hampir menangis? Pikirnya salah paham.
"Aku akan mengantarmu pulang." ulang Al lagi.
"Sopirku akan datang menjemputku." ucap Andin sambil menatap mata Al yang terpaku padanya.
"Pulang denganku, Ndin. Aku tidak terima penolakan." paksanya yang lantas bangun, meraih tongkat Andin dan kemudian melihat pada Andin yang belum bangun dari tempatnya duduk. Menunggu.
"Kau tak mau pulang?"
Andin tidak menjawab.
"Aku bisa menemanimu kalau kau masih ingin berjalan-jalan."
Kali ini Andin menengadah, tawaran jalan-jalan bersama itu tampak sangat menggoda dirinya untuk langsung menerima.
Lama hening di antara keduanya. Sebelum Andin yang bersuara terlebih dulu.
"Aku mau pergi ke Rijksmuseum." cicit wanita itu kemudian.
Bahkan jika aku harus memilin sakitku sendiri karena mendekatimu lagi, aku bersedia melakukannya.
Kesempatan langka ini, bagaimana mungkin aku tak memanfaatkannya.
Andin memaksakan dirinya untuk tersenyum, seraya menyambut tangan Al yang terentang ingin menariknya, "Tolong, temani aku malam ini Mr. Wayne."
Setidaknya, untuk malam ini, aku ingin melupakannya. Berpura-pura menjadi wanita asing yang tak mengenalmu seperti bagaimana kau melakukannya padaku.
Al menarik bibirnya melengkung, tersenyum puas karena kebahagiaan yang dia rasakan malam ini.
Keputusannya untuk pergi ke Amsterdam tidak sia-sia rupanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musimnya Cinta (Season's Of Love Series/SoL)
FanfictionMenceritakan tentang kisah cinta antara mantan atlet ice skating yang cantik dengan lelaki tampan yang berprofesi sebagai pengusaha developer real estate. Semua tokoh berdasarkan sinet Ikatan Cinta.