NEXT DOOR
...
"Kamu siapa?" tanya seorang anak laki-laki dengan tatapan ingin tahunya.
Alicia yang sedang bermain pasir di depan rumah tersentak melihat kehadiran anak laki-laki seusianya. Iya mengamati cukup dalam bocah yang memakai topi itu.
"Kamu siapa?" tanyanya sekali lagi.
"Oh. Aku? Cia..." jawabnya pelan hampir tidak dapat didengar oleh lawan bicaranya.
Alicia melebarkan matanya saat seseorang yang lebih tinggi itu mendekatkan tubuhnya sejajar dengan tinggi tubuhnya. Tangannya di raih.
"Kata bunda nggak boleh main pasir. Kotor." Alicia menatap apa yang di lakukan anak itu. Anak itu mengusap kedua telapak tangan Alicia yang penuh pasir sesekali menepuknya pelan.
Alicia, bocah lima tahun itu tersenyum memperlihatkan lesung pipit nya. Dia merogoh saku rok pendeknya lalu mengambil sebiji permen coklat yang ia beli bersama sang nenek pagi tadi.
Dengan menjulurkan tangannya ia berkata, "terima kasih."
"Aku, Langit." Ia dengan senang hati menerima permen dari Alicia.
Alicia menaikkan sebelah alisnya.
"Langit itu?" tanyanya sambil menunjuk atas. Ke arah langit yang dipenuhi awan.
Langit diam, lalu tertawa.
"Iya, itu langit. Tapi aku juga Langit."
Alicia menganggukkan kepalanya pelan dengan membulatkan bibirnya.
"Kamu boleh main ke rumahku. Rumahku itu." Tangannya menunjuk rumah berwarna putih. Alicia mengikuti arah tangan Langit yang menunjuk rumah yang berada di samping rumahnya.
Alicia mengikuti apa yang dilakukan Langit.
"Yang itu rumahku."
Langit menoleh dengan sedikit kaget.
"Rumah kita sebelahan. Kita bisa main terus."
Alicia menganggukkan kepalanya penuh antusias menyetujui ucapan Langit. Begitu juga Langit yang menunjukkan senyum simpul.
...
...
Sampai bertemu di part 1 semuaaa ⊂(・﹏・⊂)
LIA
KAMU SEDANG MEMBACA
NEXT DOOR [Langit, gue nyerah]
Teen FictionMenyukai seseorang yang memiliki rumah berdekatan mungkin impian bagi beberapa orang. Juga penyakit bagi beberapa orang yang lain. "Gue suka sama Lo." Empat kata yang menciptakan jarak diantara mereka yang tadinya saling membutuhkan dan melengkapi...