{ 14 }

66 6 2
                                    

Para polisi sibuk membahas kasus pembunuhan beracun yang terjadi belakangan ini. Sebagian dari kubu polisi masih belum terima kalau Nara dibebaskan begitu saja. Bagaimanapun Nara tetap menjadi tersangka yang harus diawasi selama pelaku belum tertungkap.

"Ada miss-komunikasi disini. Kami akan tetap menetapkan saudari Nara sebagai tersangka."

"Memang benar, tersangka pun belum terbukti sepenuhnya tidak bersalah."

"Kenapa kalian membebaskan dia?"

"Ya bagaimanapun pihak keluarga sudah berusaha keras untuk meyakinkan kita dengan cara memberi jaminan. Bukan cuma uang, bahkan si penyogok akan mengajak tersangka menyelidiki kasus."

"Kita ga bisa percaya seratus persen sama bocah itu. Sekarang kita kerahkan saja beberapa anggota dulu."

"Siap laksanakan Pak!!"

Layar monitor menunjukan data korban, mulai dari identitas sampai hasil otopsi. Usai menyimak secara detail, polisi mulai melacak keberadaan Nara melalui nomor handphone-nya.

"Bagaimana hasilnya?"

"Bentar, bentar... sepertinya proses penyadapan mengalami kendala."

Berkali-kali mencoba, namun informasi Nara gagal terpantau. Polisi sampai frustasi, saking sulitnya mendapatkan pencerahan.

"Entah antara pelaku sengaja ganti kartu atau... emang kehilangan sinyal?"

"Jangan nunggu banyak waktu, cepat berangkat ke lokasi pilihan kedua!"

Mereka bergegas menuju rumah keluarga Nara selagi belum terlambat. Suara sirine mobil kepolisian memenuhi seisi jalan raya, bersiap melaksanakan tugas.

🔪🔪

Acara pembukaan belum dimulai, karena para panitia masih mendekorasi bagian panggung. Terlihat puluhan mahasiswa dengan nametage berlalu-lalang, menggambarkan kesibukan selama proses persiapan acara.

"Rundown acara udah oke?" tanya Askar memastikan.

"Ada sedikit perubahan kak. Rektor kita berhalangan hadir. Istri beliau terkena gendam dadakan."

"Beuih, jaman sekarang masih aja belajar ilmu sesad, bukannya cari lowongan! Yaudah sini gue bantu nyiapin."

"Kak, habis ini minta tolong pandu tamu undangannya ya. Koordinator saya masih ada rapat."

"Oke, oke sip! Biar gue yang nyambut mereka."

Askar ikut bertugas, bahkan rela mengabaikan teman-temannya yang sudah duluan memasuki ruangan untuk pemilihan kamar. Askar sudah dimintai bantuan, padahal baru saja sampai di lokasi.

BRAG!

Cemilan yang seharusnya untuk tamu, malah jatuh berserakan. Tangan Kenav gemetar akibat tanpa sengaja melepaskan nampan. Kesan awal yang diberikan Kenav sangat buruk bagi panitia lain.

"Jengkel banget gue sama lo anjirr. Pake acara nervous segala. Dimana sekarang kita nyari dagang murah woy? Kita lagi di tengah-tengah hutan!" oceh koor panitia.

Theory 247 || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang