Salah Duga

13 3 7
                                    

"Kamu berniat stalking akunku?"

Tubuhku menegang karena panik. Suara berat milik seseorang yang berada di belakangku membuatku cemas.

Bagaimana jika dia mengetahui bahwa aku sedang stalking akunnya?

Dengan takut, aku menegok ke belakang secara perlahan. Ternyata, itu adalah seorang pria yang tidak aku kenali. Aku melihat pria itu duduk memunggungiku, dan saat ini dia sedang berbicara dengan gadis di hadapannya.

"Cie yang habis stalking akun aku."

Tampak cewek yang diajak bicara itu salah tingkah akibat perkataan cowok itu.

"Apaan, sih! Emang salah aku stalking akun cowokku sendiri?"

"Enggak salah, Sayang."

Aku kembali membuang pandanganku dari dua orang yang sedang kasmaran itu. Kuhembus pelan napasku sanking leganya. Sungguh tadi itu hampir saja. Syukurlah yang tadi bukan Antaro.

Kejadian beberapa menit tadi membuatku langsung mematikan ponsel. Aku memutuskan untuk berhenti stalking.

Sumpah, jantungku masih terasa nyaris copot. Tidak dapat terbayangkan jika Antaro benar-benar memergokiku sedang stalking akunnya.

"Kamu kenapa? Kok kayak orang panik?" Steva bertanya kepadaku.

"Enggak apa-apa. Biasa aja," elakku.

Untungnya pesanan soto aku, Rima, dan Steva sudah datang. Pesanan soto itu membuat aku terselamatkan dari pertanyaan Steva.

Kami bertiga menyantap hidangan soto dengan khidmat. Saat kami sudah hampir menyelesaikan hidangan kami, aku melihat Antaro dan Jevan datang ke kantin.

Antaro dan Jevan duduk di bangku-bangku yang bersebrangan dengan kami.

Entah terinspirasi dari mana lagi keinginan gila ini, tapi aku berniat ingin memperhatikan Antaro. Namun, aku malu jika menoleh langsung ke arahnya.

Aku menyalakan kembali ponsel yang tadi aku matikan, dan membuka aplikasi kamera. Diam-diam aku mengarahkan kamera itu kepada Antaro, tapi aku tidak berniat untuk memotretnya, hanya berniat memperhatikan dari kamera ponsel. Dengan cara ini, aku bisa leluasa memperhatikan Antaro tanpa takut ketahuan.

"Balik kelas, yuk. Makanan kita sudah habis."

Perkataan dari Rima membuatku reflek menoleh ke arahnya. Secepat ini? Kenapa?

"Kok cepat banget? Di sini dululah, lagian lagi jam kosong juga," ujarku yang masih ingin berlama-lama di sini.

"Loh? Aku ngajak balik kelas juga karena aku tau kamu enggak betah kelamaan di kantin kalau udah selesai makan."

Tidaklah salah terkait apa yang diucapkan Rima. Aku adalah tipe orang yang jika sudah selesai makan di kantin, harus lekas balik ke kelas. Tapi kali ini aku juga tidak mengerti kenapa, aku ingin berlama-lama. Mungkinkah karena Antaro?

Ah, tidak mungkin karena dia. Ini memang dasar akunya saja yang lagi ingin.

"Aku kenyang banget, susah gerak. Pengen lama-lama di kantin dulu," ujarku yang memberikan kebohongan.

Rima hanya diam saja. Sepertinya dia mempercayaiku?

"Eh, berhubung Bu Ketu masih pengen lama-lama di kantin, kita manfaatkan moment ini dengan cerita random aja," usul Steva, yang disetujui oleh aku dan Rima.

Perbincangan terjadi di antara kami. Berbagai hal banyak yang kami bahas mulai dari lipgloss, drakor, bahkan beberapa mata pelajaran juga menjadi topik bahasan kami.

Kamu AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang