57. Trying to Forget

928 62 17
                                    

Selama menjalani semester akhir sekolahnya, ia benar benar asing dengan Kaiza. Berat rasanya untuk dirinya melupakan Kaiza, tapi mengingat sosoknya juga membuat dirinya terasa sakit.

Kaiza bisa baik baik saja tanpa dirinya, ia juga harus menunjukkan ke Kaiza bahwa ia bisa hidup tanpa sosoknya. Ia akan buktikan bahwa Liam tidak selemah yang ia katakan. Ia fikir wanita hanya dirinya saja?

"Lo ngelamunin apasih? Dahi lo ngerut kaya mau makan orang" Ucap Axel menatap wajah kesal Liam.

"Gue bakalan lupain dia" Axel melakukan gerakan seperti menghitung sesuatu membuat Liam bingung.

"Lo ngitung apaan?"

"Lo udah ngomong itu berapa kali minggu ini, setelah gue itung udah ada 20x di tambah minggu lalu itu sekitar 25 jadi semuanya 45x, belum lagi sama yang ming-mph?" Liam menutup mulut Axel dengan tangannya.

"Kali ini beneran" Axel menyingkirkan tangan Liam dari mulutnya.

"Nah kalo yang ini juga ada 20x, di tambah minggu lalu--"

"Diem ga?! Gue serius!"

"Kalo yang ini--"

"Anjing ya! Lo ngitungin segitunya banget?" Axel tersenyum sabar kepada Liam.

"Itu tanda kalo gue udah muak dengerin lo ngomong gitu. Dengerin gue Liam, semakin lo paksa ngelupain dia.. Malah buat lo semakin susah lupainnya. Santai aja, lu sibukkin diri lo.. Nanti lama lama lo bakal lupa sama dia. Dan satu lagi, coba buka hati lo buat orang lain biar ga stuck di dia aja" Ucap Axel, Liam memanyunkan bibirnya berfikir sejenak.

"Tapi kenapa ya Xel dia gamau sama gue? Lo sendiri taukan banyak cewe yang antri? Cowo juga.. Gue semenarik itu, kenapa dia ga tertarik ya?" Axel menahan senyum sabarnya itu, ia bingung saat ini Liam sedang minta di kasihani atau minta di pukuli karena kepedeannya? Tapi apa yang dia bilang itu ada benar juga.

"Ya.. Lo bukan tipenya kali" Liam melirik Axel dengan kesal, kenapa anak itu sangat jujur sekali.

"Udahlah bro! Kita udah mau tamat, lo gabakal ketemu dia lagi! Nanti pas Kuliah lo bakal ketemuan cewe cewe yang lebih dari Kaiza, percaya sama gue"
Liam menghela nafas lemas.

"Tapi yang gue mau Kaiza.." Axel menyubit pinggang Liam membuat anak itu meringis kesal.

"Kalo lo mau lupa, stop bahas dia terus di percakapan kita. Lo bakalan inget dia terus kalo kita omongin dia" Liam memanyunkan bibir bawahnya.

-

Ujian kelulusan sudah dimulai, namun tidak ada tanda tanda Kaiza ingin meminta maaf kepada dirinya. Sosok itu malah semakin terlihat sangat sibuk, dan tidak memperhatikannya. Beda dengan Liam yang terus melihatnya dari kejauhan, sibuk memikirkannya. Padahal ia sudah berjanji berulang kali bahwa dia akan melupakan Kaiza. Nyatanya dia tidak dapt melakukan itu.

Kaiza selalu saja ada di fikirannya, apa lagi ketika Kaiza lewat di hadapannya. Dirinya hanya semakin di buat mabuk kepayang. Kenapa mudah sekali bagi Kaiza untuk menghiraukan Liam, Tapi sulit untuk Liam melupakannya?

Seperti saat ini Kaiza tengah sibuk berbincangan dengan temannya, sedangkan Liam sibuk memperhatikannya dari kejauhan. Kenapa sosok itu sangat sulit di buat jatuh hati? Kenapa Kaiza tega mempermainkannya? Tapi apa itu bisa disebut mempermainkan karena Kaiza hanya ingin menolongnya saat itu?

Tapi kenapa ia harus mencium Liam jika hanya berniat menolong? Dasar perempuan jahat, bisa bisanya ia membuat Liam galau merana seperti saat ini.

"Lo masuk ke kelas, apa gue geret?" Axel berbisik di belakangnya membuatnya terkejut.

"Masih mau lia-AAAAAAA! Axelll!" Liam terkejut ketila Axel benar benar menyeret tubuhnya masuk ke dalam kelas.

"Lo kalo ga di geret gabakal masuk sampe besok" Liam menjauhkan tubuhnya dari Axel dan menatapnya kesal.

"Gue masih mau liat Kai!"

"Lo lupa ya bilang berapa kali mau lupain dia tapi kelakuan lo kaya gini. Sadar Liam, dia gapernah suka sama lo" Ucapan Axel membuat hatinya lagi lagi merasa di remat sesuatu. Ia benar, Kaiza tidak pernah melirik ke arahnya. Ia hanyalah sebuah mainan untuk Kaiza. Kaiza hanya ingin bersenang senang sementara dengan dirinya.

Liam yang salah, dia terlau berharap sampai buta. Ia tidak bida menyadari apa yang Kaiza inginkan dari dirinya. Kenapa setelah tau dan sadar rasanya menjadi 2x lipa lebih sakit?

Liam meletakkan kepalanga di lipatan tangannya, ia benar benar lelah. Ia merasa seperti orang yang bodoh saat ini. Seperti orang yang mengemis ngemis oleh Kaiza, harusnya ia tidak merendahkan dirinya sampai segininya.

Jika ia mau ia bisa mendapatkan yang lainnya, tidak harus Kaiza. Ia harus sadar bahwa di dunia ini tidak hanya Kaiza yang harus ia kejar.

-

Sudah satu tahun lamanya, ia bahkan sudah menjalani kehidupan semester pertamanya di kuliah. Namun hatinya tak kunjung dapat melupakan sosok Kaiza.

Perempuan itu bahkan di nyatakan sebagai lulusan terbaik di sekolahnya, ia berhasil masuk ke Universitas Oxford. Satu sekolah dibuat bangga olehnya, ia jadi paham kenapa Kaiza begitu bekerja keras kala itu. Ternyata memang ada yang anak itu kejar.

Ia tidak bisa begini terus, mungkin saat ini Kaiza tengah menikmati hidupnya di luar sana. Sedangkan dia hanya terus terpuruk memikirkan Kaiza.

Ia akan mencari kehidupan barunya disini, ia yakin hidupnya akan baik baik saja dengan atau tanpa Kaiza. Sebelum Kaiza hadir di hidupnya-pun Liam selalu merasa baik baik saja, begitu juga dengan sekarang.

Liam mulai menyibukkan dirinya, masuk organisasi dan mengikuti seminar kesana kemari. Terkadang ia mengikuti photoshoot juga karena setelah kuliah ia berfikir akan melanjutkan karir sebagai Model. Mami dan Papinya juga menyetujui keinginannya.

Ia berharap kehidupannya kedepannya akan lebih baik, ia akan membuka lembaran baru kali ini dan membuka hatinya untuk orang lain.

ENDING...

Halo aku gatau ini berita jelek atau baik, tapi aku memutuskan untuk Adore you selesai disini, terimakasih atas dukung terhadap ceritaku. Ini keputusan yang cukup berat buatku, karena harus mikir seminggu lebih. Akhirnya aku memutuskan Adore You selesai disini 🙌🏻

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang