EOTH;, 14

316 51 7
                                    

14; Pertanyaan Tak Terduga Setelah 4 Bulan

•chapter fourteen; start•

"... Setelah kurang lebih 4 bulan lamanya, keluarga Kim terlihat kembali melakukan rutinitas mereka di publik. Sempat dirumorkan terjadi hal-hal tak diinginkan atas menghilangnya keluarga Kim setelah berita pembegalan putra sulungnya, Kim Junkyu selaku putra kedua memilih bungkam dan tak berniat menjawab pertanyaan-pertanyaan awak media..."

"Berita apaan nih? Heran banget pada suka ikut campur keluarga orang lain?" gerutu Jeongwoo seraya mengambil remote kontrol dari atas meja.

Namun seseorang menghentikannya, "Bentar, jangan diganti dulu."

Jihoon melihatnya, pria itu kembali melihat sosok yang selama ini ia rindukan meski hanya dari layar di rumahnya. Wajah itu, wajah yang terlihat begitu kelelahan milik si pria Kim. Hati Jihoon sedikit menghangat mengetahui keadaan Junkyu setelah 4 bulan pria itu menghilang bak ditelan bumi.

"Tidak ada yang terjadi, semuanya berjalan seperti seharusnya. Kami baik-baik saja selama ini, tidak ada yang harus kalian tanyakan." itu penggalan ucapan Junkyu yang bisa Jihoon dengar.

"Setelah ngilang 4 bulan malah bungkam. Mereka ini orang terpandang, harusnya mereka tau kalo yang mereka lakuin nggak akan luput dari mata masyarakat." ujar Jihoon berlalu pergi menuju dapur membuat Jeongwoo menatapnya bingung.

Pria itu kenapa?

"Serba salah ya jadi mereka?" balas Jeongwoo langsung mengganti saluran televisi.

Jihoon membuka lemari penyimpanan di dapur guna mencari tumpukan bungkus kopi seduh pagi ini, "Mereka termasuk keluarga yang berpengaruh di kota, nggak heran lagi kalo pembahasan tentang mereka jadi pembicaraan panas di luaran."

"Kayak nggak ada berita lain aja." ujar Jeongwoo merebahkan tubuhnya di sofa seraya menikmati tontonan kartun di layar televisi.

"Woo? Kopi gue Lo kemanain?" tanya Jihoon berkacak pinggang.

Jeongwoo melirik kakaknya itu sekilas dengan takut, "Kita belum belanja bulan ini, bang."

"Bilang aja Lo yang abisin." balas Jihoon berjalan menuju kamarnya untuk bersiap keluar berbelanja kebutuhan bulanannya.

"Ya maaf. Bang, kalo Lo mau keluar gue nitip pasta ya?" teriak Jeongwoo yang entah didengar oleh kakaknya atau tidak.

Jihoon berjalan keluar rumah seorang diri, menyerahkan tanggung jawab keamanan rumah kepada Jeongwoo yang sebenarnya pemuda itu menghabiskan waktu hanya dengan menonton di ruang tengah. Lagipun penjahat mana yang akan melakukan kejahatan di pagi cerah ini? Mungkin ada, namun mereka pasti tidak waras.

Jihoon merapatkan outernya, menatap sekeliling dimana ia bisa melihat banyak orang sedang menikmati pagi mereka. Entah itu menyeruput kopi di depan minimarket, atau hanya sekedar berjalan-jalan pagi seraya bersenda-gurau. Manusia memiliki cara tersendiri mereka untuk bahagia, tak ada yang salah disini.

Dikeluarkannya ponsel berwarna putih dari sakunya, membuka ruang obrolan seseorang yang tak kunjung dibaca sejak 4 bulan terakhir. Bahkan meski Junkyu telah kembali menyapa publik, pria itu tetap tidak membaca beberapa pesan yang Jihoon kirimkan. Hal itu sedikit banyaknya membuat hati Jihoon terasa sesak.

"Mungkin masih banyak yang lebih penting. Toh juga gue siapa?" monolog Jihoon kembali mengantongi ponselnya dan lebih fokus dengan perjalanannya.

Hingga pundak Jihoon tak sengaja menabrak pundak lain yang berpapasan dengannya. Tabrakan itu cukup menyakitkan hingga ringisan terdengar dari bibir Jihoon. Astaga, pundak siapa yang terasa sekeras batu itu?

Ending of The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang