111111

1 0 0
                                    


namun tubuh echa lebih berisi, terutama dengan payudara yang berukuran 34b. Saat aku terpana melihat tubuhnya, dia tiba-tiba saja memelukku. "Mas, aku kangen. Pengen banyak cerita sama kamu, pengen tukar pikiran dan diskusi kaya saat workshop dulu" ungkapnya.

"Iya..iya..udah ah, ga enak diliat orang banyak" kataku sambil melepaskan pelukannya. "Mau nginap dimana kamu malam ini? Masak mau langsung pulang ke s?"Tanyaku. "Aku nginap di kost mas frans aja boleh khan?"Jawabnya. "Mana boleh non, bisa digrebek ama orang kampong" jawabku. Akhirnya dia sepakat akan tidur di sebuah hotel melati dekat kostku, biayanya aku bantu setengah, karena dia juga tidak membawa banyak uang.

Cersex Daun Muda Tak Semanis Itil Meki Perawan Jawa

Singkatnya, setelah echa mandi dan berganti pakaian kami berjalan-jalan keliling kota y, selama perjalanan, dia banyak bercerita tentang hubungannya dengan cowoknya yang mulai banyak ketidak cocokan dan sering diwarnai pertengkaran.

Setelah makan malam, jam 9 malam aku mengantarkan dia kembali ke hotel tempatnya menginap. Setelah itu aku kembali ke kostku. Pukul setengah 11 malam echa menelponku. "Mas, aku ga bisa tidur, hotelnya serem, mas frans kesini dong, temenin aku" pintanya. Cerita seks

Maka aku pun langsung menuju hotel itu. Ketika menuju kamar echa, aku sempat melihat beberapa pasangan chek in, ada yg masih muda, ada pula yang sudah berumur. Pahamilah aku bahwa hotel ini termasuk hotel esek-esek yang banyak dibicarakan teman-teman kampusku.

Kamar yang ditempati echa berada di ujung lorong, sehingga terlihat memang lebih luas, echa masih belum ganti baju, "aku mau ke kamar mandi takut mas, lampunya kecil" jawabnya ketika kutanya kenapa ga ganti baju. "Ya udah, aku disini, kamu cuci muka trus ganti baju tidur ya" kataku.

Sementara aku tiduran diatas spring bed, ternyata karena takut (atau entah sengaja) echa ganti baju tanpa menutup pintu kamar mandi, tentu saja aku bisa melihatnya dari kaca besar di depan pintu kamar mandi. Dari situ aku melihat echa hanya mengenakan celana dalam, tanpa bh di balik daster tidurnya.

Dengan menggunakan daster, echa naik ke atas spring bed dan berbaring di sebelahku. Sedikit ja'im aku kemudian duduk, "kamu mau tak tungguin disini atau aku pulang aja ke kost?" Tanyaku. "Mas frans disini aja, khan kita ga ngapa-ngapain" jawabnya.

Aku pun turun dari spring bed dan duduk di kursi berlengan yang ada dalam kamar itu. "Lho, kok di situ sich? Disini aja ama aku. Khan tempat tidurnya masih luas" protes echa. Dari pada diprotes terus (dan karena memang ngarepin) aku pun kembali berbaring di sebelahnya.

Lama kami terdiam, aku kira dia sudah tertidur, sehingga aku kemudian membuka ikat pinggang dan resleting celana jeansku, karena aku memang tidak biasa tidur dengan celana jeans, bahkan kadang aku tidur hanya dengan celana pendek, tanpa celana dalam. "Kenapa mas? Sesak ya?" Tanya echa yg ternyata belum tidur. Situs Agen Sbobet

"Iya, aku ga biasa tidur pakai jeans" jawabku. "Ya udah, celananya dibuka aja, mas frans pakai selimut ini lho" kata echa lagi sambil menyerahkan selimut dan kemudian membalik badannya. Jadilah aku hanya bercelana dalam berbungkus selimut tidur disamping echa.

Sekitar jam 3 dini hari, aku terbangun karena seperti mendengar suara tangis. Ketika kubuka mata, ternyata di depanku echa menangis sambil memandangku. Aku yang bingung kemudian bertanya kenapa, bukannya menjawab, tangis echa justru makin kuat. Khawatir diduga melakukan kekerasan oleh orang diluar kamar, aku menarik echa dan mendekapnya.

Echa memelukku erat dan bercerita bahwa awal mula tidak harmonisnya hubungan antara dia dengan cowoknya karena cowoknya memaksa dia untuk berhubungan badan. Benar-benar iba, aku pun mendekapnya dalam pelukanku. Lupa kalau saat itu aku hanya memakai celana dalam.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 05 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

111Where stories live. Discover now