"Lucille, apakah kamu memiliki waktu luang untuk berbicara denganku?" tanya Marie pada adiknya.
Marie menghampiri adiknya Lucille setelah makan siang. Ia memanggil tepat sebelum Lucille mencapai kamarnya. Lucille menatap kakaknya penuh tanda tanya, terutama karena melihat saudarinya yang tampak ragu.
"Ada apa, Kak?"
"Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu. Apakah kamu bersedia?" tanya Marie.
"Wah, apa yang ingin Kakak bicarakan?" Lucien tiba-tiba muncul dari belakang dan mengejutkan kedua saudarinya.
"Lucien!"
"Apakah ada sesuatu yang terjadi? Mengapa Kakak seperti ingin merahasiakannya?" goda Lucien sambil menaik-turunkan alisnya sambil menyeringai.
Marie menjadi gugup dan merasa sedikit kesal dalam hatinya karena ia tidak berhati-hati mengajak Lucille berbicara. Diantara kedua adik kembarnya, ia tidak ingin mengajak Lucien berbincang rahasia. Lucien sebetulnya dapat dipercaya. Akan tetapi, ia terlalu santai dan ceria sehingga menjadi tidak sadar membeberkan peristiwa yang berkesan di ingatannyaa.
"Tidak ada. Aku hanya berbicara sesuatu yang berkaitan dengan masalah perempuan sehingga kamu tidak boleh ikut," tolak Marie.
"Janganlah Engkau berbohong, Wahai Kakakku! Aku sudah menjadi samsak rutin Lucille selama ini. Aku pun amat pengertian dan perhatian pada kalian. Mengapa sekarang merahasiakan sesuatu padaku? Tidakkah kalian mengerti kekhawatiranku sebagai saudara laki-laki satu-satunya?" Lucien berseru dengan sedikit dramatis. Ia menepuk dadanya dan melemparkan tatapan terkhianati kepada kedua saudarinya.
"Astaga... "
Marie menghela napas dan memijat keningnya. Ini bukan efek dramatis seperti Lucien, tetapi ia benar-benar merasa pening dengan tingkah adiknya. Apalagi Lucien berseru benar-benar tepat disamping pendengarannya.
"Baiklah, kamu boleh ikut. Mari kita berbincang di kamarku," ajak Marie pada kedua adiknya.
"Lucien, kau benar-benar bisa membuat Kak Marie tidak berkutik," bisik Lucille pada kembarannya.
"Ya, tentu saja. Tidak ada yang bisa menerima permintaan seorang Lucien, terutama oleh seorang yang tampan sepertiku," Lucien menopangkan tangannya pada puncuk kepala Lucille dan membuat Lucille kesal.
***
Pada akhirnya, Schneider bersaudara berkumpul di ruang halaman belakang karena akan tampak lebih mencurigakan bersekutu didalam kamar. Tidak ada camilan dan teh yang menemani karena Marie menunjukkan gestur tidak ingin diganggu.
"Jadi, apa yang ingin dibicarakan? Masalah apa yang sedang dialami oleh Kakak?" tanya Lucien membuka pembicaraan.
"Aku tidak tahu mengapa kalian begitu peka dan kalian memang benar. Aku ... aku...."
"Apa?"
"Aduh, aku benar-benar gugup untuk mengatakannya!" seru Marie menutup wajahnya karena begitu malu mengutarakannya.
"Kak, tolong jangan membuat penasaran!"
"Aku benar-benar gugup, Adikku tersayang. Sebentar, aku menarik napas terlebih dahulu." Marie menarik napas panjang lalu menghembuskannya beberapa kali. Setelah Marie merasa tenang, ia menatap adik-adiknya yang menantinya. Lucille dengan tatapan sabar menanti dan Lucien yang bersemangat.
"Aku ... Aku menyukai Janvier Théodore!" Marie berseru dengan wajah serius tapi kemudian ia menutup wajahnya karena merasa malu.
"Hahh!?" Lucien dan Lucille berseru kompak ketika kakaknya mengutarakan berita yang mengejutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Seer's Beyond Sight
RomanceMarie Lise Schneider dapat melihat cuplikan masa lalu dan masa depan dengan menyentuh orang atau benda yang memiliki kenangan. Kemampuan tersebut membuatnya dapat melihat sikap kaum adam yang tidak sesuai dengan tipenya serta masa depannya yang sura...