"Selamat pagi, Tuan Janvier." Marie menyapanya ketika menghampiri Janvier.
"Selamat pagi, My Lady. Semoga Tuhan memberkati Anda. " Janvier balik menyapanya.
Marie dan Janvier saling menatap lekat dan melempar senyum lalu terkekeh bersamaan. Setelah resmi menjadi sepasang kekasih, atmosfer diantara mereka mengalami perubahan. Apalagi setelah beberapa kali bertemu dalam status yang baru, pertemuan mereka membuat keduanya semakin akrab.
Marie dan Janvier semakin dekat dan begitu cocok sehingga memiliki reaksi yang hampir sama. Kedua insan lebih berani saling menatap disertai debaran jantung yang tidak beraturan. Lalu mereka akan saling membuang muka atau terkekeh setelah tidak bisa menahan rasa yang membuncah tersebut.
"Apa yang sedang Anda kerjakan?" tanya Marie penasaran pada Janvier. Setiap kali ia sampai di Auvergnat, Janvier sudah aktif dengan pekerjaannya.
"Saya sedang menulis dokumen untuk restoran, Lady."
"Oh, seperti itu. Saya tidak akan melihatnya jika seperti itu. Oh, ya saya ingin memberimu sesuatu." Marie memberi kode pada pelayannya untuk memberikan beberapa barang yang dibungkus pada Janvier. Marie membawa pelayannya masuk kali ini dengan jaminan bahwa ia akan tutup mulut sebelum ia sendiri yang memberi tahu ayahnya.
"Ini untukmu, mungkin tidak seberapa, tetapi saya harap ini berguna untukmu." Marie memberikannya pada Janvier. Janvier terlihat menimbang apakah ia harus membukanya atau tidak, tetapi Marie memberi gestur menyuruhnya membukanya.
Janvier mendapati bingkisan tersebut terdiri dari setumpuk kertas perkamen, beberapa pena dan botol tinta. Janvier terlihat terkejut dan berulang kali melihat antara bingkisan dan Marie.
"Lady, ini sungguh banyak. Maafkan saya tapi saya tidak pantas menerima ini," tolak Janvier dengan wajah memelas.
"Mengapa tidak?" Marie menampakkan wajah bersedih. Ia sejujurnya tidak masalah dengan penolakan, tetapi ia sedih dengan Janvier mengatakan dirinya tidak pantas.
"Saya berterima kasih karena Lady memberikan hadiah, terlebih sangat cocok dengan saya. Akan tetapi, kita baru saja ... menjalin kasih. Itu terlihat seperti saya memanfaatkan Lady. Kehadiran Lady bersama saya saja sudah cukup, " jelas Janvier.
"Baiklah, saya mengerti. Maafkan saya karena tidak memperhatikan hal tersebut. Akan tetapi, saya tulus memberikan ini. Ah, anggap saja kita sedang bekerja sama sehingga tidak ada orang lewat yang berpikiran buruk."
Marie segera menutup bingkisan tersebut lalu meletakannya pada bagian bawah meja. Ia kemudian menegakkan tubuhnya dan mengambil salah satu perkamen dan menunjuk-nunjuknya.
"Lihat ini, Tuan Janvier, apa kamu mengerti? Nah, jadi, Tuan Janvier, menurut Anda, berapa persen rasa sukamu pada saya?" Marie menatap Janvier dengan pandangan seolah melakukan wawancara.
"Apakah saya harus menjawab dengan jujur?" Janvier bertanya dengan wajah serius, tetapi Marie tahu bahwa ia turut bergurau dengannya.
"Ya, seharusnya begitu."
"Mungkin, sekitar lima puluh persen?"
"Lima puluh persen? Rendah sekali!" protes Marie.
"Sebenarnya saya ingin menjawab seratus persen, tetapi seratus persen itu angka yang sempurna dan yang sempurna hanyalah Yang Maha Kuasa. Anda adalah anak manusia jadi paling tidak setengahnya dari sempurna," tutur Janvier berlagak seperti Deacon.
"Amen. Tunggu, itu terdengar masuk akal. Kita memang tidak sempurna."
"Benarkan?"
Marie dan Janvier tertawa pelan sambil menutup mulut mencegah terganggunya pengunjung yang lain. Setelah menenangkan diri dari pemikiran aneh keduanya, Marie kembali menatap Janvier dengan tatapan serius. "Oke, kali ini saya serius. Berapa persen rasa suka Anda pada saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Seer's Beyond Sight
Storie d'amoreMarie Lise Schneider dapat melihat cuplikan masa lalu dan masa depan dengan menyentuh orang atau benda yang memiliki kenangan. Kemampuan tersebut membuatnya dapat melihat sikap kaum adam yang tidak sesuai dengan tipenya serta masa depannya yang sura...