"Maafkan saya mengganggu waktu Nona. Saya ingin menyampaikan bahwa Tuan Besar memanggil Anda di ruangannya."
Marie sedang membaca buku di kamarnya saat seorang pelayan memberitahunya bahwa ayahnya memanggilnya. Marie bertanya alasan ayahnya memanggilnya, tetapi pelayannya tidak mengetahuinya.
"Selamat pagi, Ayah. Apakah ada yang ingin Ayah bicarakan dengan saya?" Marie segera melontarkan pertanyaan ketika ia sudah menghampiri ayahnya.
Akan tetapi, Count Schneider hanya menatap Marie lalu kembali pada kertas dihadapannya. "Duduklah terlebih dahulu, Marie," suruh Count Schneider padanya.
Marie segera duduk di sofa yang berada di ruangan kerja ayahnya dan menanti dalam diam sementara ayahnya masih menyelesaikan pekerjaannya. Selama ini ayahnya tidak pernah membuatnya menunggu seperti ini. Ia dipanggil ketika memang sangat membutuhkannya dan akan langsung berbicara padanya. Suara goresan terdengar jelas di situasi yang hening sekarang dan membuat atmosfer yang tegang. Marie berusaha bersikap tenang sekalipun ia merasa bahwa ada hal tidak mengenakkan yang sepertinya akan terjadi.
"Marie." Ayahnya memanggilnya. Marie menegakkan punggungnya dan menatap ayahnya.
"Ayah mendengar bahwa kamu dekat dengan seorang lelaki." Permulaan pembicaraan itu membuat darah Marie serasa merosot ke dasar tubuhnya dan membuat wajahnya pucat. Perasaan gugup bergejolak dan membuat perutnya serasa terlilit. Ia mengepalkan tangannya untuk mengurangi perasaan gugupnya saat mendengar ayahnya mulai berbicara.
"Ayah mendengar bahwa kamu memiliki hubungan romantis dengannya. Kamu bahkan sering bertemu secara terang-terangan dengannya. Marie, Ayah senang kamu menemukan yang sesuai dengan kriteriamu, tapi mengapa?"
Mengapa?
"Marie, apakah kamu sadar bagaimana perbedaan statusmu dengannya? Apakah kamu memikirkan bagaimana masa depanmu bila kamu bersamanya? Mengapa kamu melakukan hal seperti ini?"
Hening sejenak karena Marie berusaha mencerna perkataan ayahnya dan menyusun kata-katanya. "Hal seperti apa yang Ayah maksud? Saya hanya jatuh cinta padanya. Saya tahu bahwa hubungan kami akan sulit disetujui. Akan tetapi, saya tidak bisa mencegah perasaan itu menghampiriku dan membuat saya jatuh cinta padanya."
"Memangnya apa yang ia lakukan sehingga kamu jatuh cinta padanya? Bukankah kamu selama ini bertemu dengan lelaki bangsawan lainnya sehingga mengenal mereka? Atau kamu melakukan hal lain dan membohongi Ayah? Marie, Ayah membebaskanmu untuk memilih dan merasakan sendiri, tetapi bukan berarti kamu dapat berlaku seperti ini."
"Saya tidak berbohong mengenai bertemu dengan lelaki bangsawan. Hanya saja, saya tidak sengaja bertemu dengan kekasihku dalam prosesnya. Lagipula, hal apa yang dapat terjadi apabila saya berakhir dengan lelaki yang statusnya berbeda denganku."
Count Schneider menghela napas panjang dan menatap Marie. "Marie, kamu adalah anak sulung Ayah dan akan menerima sebagian dari kepunyaan Ayah. Kamu juga akan memiliki nama dan status yang lebih baik jika bersama lelaki bangsawan. Jikalau kamu berkencan dengan rakyat biasa, apa yang bisa kamu lakukan? Kamu dapat kehilangan apa yang kamu miliki selama ini jika kamu berakhir dengan rakyat biasa. Kamu juga akan terasa lebih jauh dari kami karena perbedaan status yang membuat kita tidak dapat bertemu leluasa."
"Ayah selalu membahas perbedaan status. Saya tidak ingin berpisah dengan kekasihku. Bagaimana jikalau saya melepaskan status saya dan mengikuti kekasih saya? Kekasih saya memiliki pekerjaan yang bagus dan Ayah dapat menurunkan gelar Count ini pada Lucien. Dia adalah lelaki dan lebih cocok dibandingkan saya."
"Apa yang kamu pikirkan, Marie!" seru ayahnya padanya. "Jangan bercanda disaat seperti ini!"
"Saya tidak bercanda!" Marie membalasnya dengan seruan juga. "Apakah Ayah pikir saya tidak memikirkan hal tersebut ketika menjadikannya kekasih—"
"Tunggu dulu. Apakah kamu yang menjadikannya kekasih? Apakah kamu yang mengutarakan perasaanmu terlebih dahulu, mengajaknya, melamarnya—
"—saya belum melamarnya, Yah."
—Apakah kamu yang berinisiatif melakukannya?"
"Iya? Saya jatuh cinta padanya dan menyukainya. Awalnya saya ingin bersabar lagi dan mencari posisi dan harta untuk kehidupan kami terlebih dahulu. Akan tetapi, saya tidak bisa menahannya sehingga mengajaknya berkencan."
"Bagaimana kamu bisa terpikirkan untuk mencari uang seperti itu? Bagaimana reaksinya ketika kamu melamarnya?" Ayahnya malah ingin tahu mengenai kehidupan romansanya.
"Saya belum melamarnya. Reaksinya saat itu, malu-malu dan gugup. Namun, saya pikir itu wajar untuk sepasang anak manusia yang dimabuk cinta. "
"Malu-malu!?"
Ayahnya menopang keningnya dengan tangannya di atas meja. Ia memasang wajah nelangsa yang membuat Marie mengerutkan keningnya. Ia merasa reaksi ayahnya terlalu berlebihan sehingga membuatnya risih.
"Apa yang salah dari itu?" protes Marie.
"Siapa namanya? Siapa nama lelaki yang telah membuatmu jatuh cinta itu?"
Marie menimbang apakah ia harus memberitahu ayahnya. Ia ingin memberitahu ayahnya dan menyaksikan wajah terkejut ayahnya. Apakah ayahnya akan melunak ketika ia memberitahu bahwa kekasihnya adalah bagian dari keluarga Théodore. Atau apakah ayahnya semakin menentang hubungannya dengan Janvier. Namun, ayahnya tidak sabaran dan terus membujuk Marie. Ia bekerja tidak akan melakukan apapun yang mana malahan membuat kecurigaan Marie semakin bertambah.
"Tolong beritahu, Ayah."
"Baiklah, saya akan memberitahu Ayah. Nama kekasih saya adalah Janvier Théodore, putra kedua dari Priest Théodore. Saya pertama kali melihatnya ketika saya pergi ke Auvergnat bersama Putra Marquess of Sévigné."
"Putra dari Priest Théodore? Astaga, Marie...."
"Mengapa reaksi Ayah bertambah buruk? Bukankah tidak ada larangan untuk memiliki hubungan dengan anak dari seorang Priest? Kita selama ini juga mengenal beliau dengan baik, kan?"
"Memang tidak ada aturan tertulis, tetapi tetap saja terdapat perbedaan status di antara kalian. Apalagi ia merupakan keluarga Priest yang mengharuskan bahwa mereka harus menunjukkan sifat yang baik. Ayah tidak ingin kisah kalian menyebabkan namanya tersebar buruk," jelas Ayahnya padanya.
"Apakah aku membawa dampak buruk bagi namanya?"
"Kemungkinan besar, ya."
Marie menjadi kesal dengan ayahnya yang terus menghela napas.
"Marie, kamu harus mengakhiri hubunganmu dengannya."
Marie membelalakkan matanya ketika mendengar hal tersebut. Ia menatap nanar ayahnya di seberangnya. Ia jelas tidak berdaya bila diperintah ayahnya, tetapi hatinya menolak untuk menuruti ayahnya. Ia menghadap ayahnya dan membungkuk memberi hormat.
"Mohon maaf yang sebesarnya Ayah, tetapi saya menolaknya. Saya tidak bisa mengakhiri hubungan saya karena mencintainya. Saya akan mempertahankan hubungan kami. Saya juga akan membuktikan bahwa kami akan setara dan tidak akan mempermalukan Ayah!"
Selepas pembicaraannya dengan ayahnya, Marie menjadi lebih rajin. Ia menjadi lebih sering membaca buku. Ia semakin sering mengikuti Ibunya dan melakukan pekerjaannya. Marie melihat bahwa baik pihak lelaki dan perempuan saling bekerja sama dan memiliki tanggung jawab yang sama dalam mengelola tanah dan nama yang mereka miliki. Ibunya tidak hanya berdiam di rumah dan mengurus rumah tangga, tetapi juga turut ikut serta dalam urusan administrasi yang berkaitan dengan wilayah county.
"Ibu, apakah yang harus kupelajari hari ini?" Ibunya sudah tahu mengenai kabarnya yang berkencan dengan seseorang, tetapi bersedia untuk menemani dan mengajarinya.
tbc.
***
Yo, permulaan konflik antara bapake dengan Marie. Selanjutnya adalah bagaimana Marie menghadapi dan menyelesaikannya. Semoga saja cerita ini berjalan lancar dan sesuai dengan logika.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Seer's Beyond Sight
RomanceMarie Lise Schneider dapat melihat cuplikan masa lalu dan masa depan dengan menyentuh orang atau benda yang memiliki kenangan. Kemampuan tersebut membuatnya dapat melihat sikap kaum adam yang tidak sesuai dengan tipenya serta masa depannya yang sura...