💫 - Dua Puluh Dua

370 42 15
                                    

"Daragh, dia adalah penguasa kegelapan. Orang yang pertama kali menempa pohon kehidupan dengan kejahatan dan kekejamannya. Satu pohon untuk menguasai dunia dalam kegelapan yang mengikat mereka."

Sabina berucap dengan pelan dan kedua mata yang masih tertutup.

"Daragh berhasil dibunuh oleh Cliodhna dan pohon kehidupan pun diambil alih olehnya. Diciptakannya jantung pohon kehidupan yang membuat kehidupan di dunia menjadi seimbang."

Mereka serentak diam, mendengarkan apa yang Sabina ucapkan.

"Selama ratusan tahun pohon itu tetap aman dan damai. Tapi, tak lama lagi kejahatan akan terjadi. Jantung pohon kehidupan mulai terusik ketenangannya."

"Apa semua ini ulah Daragh?" Tanya Henry.

"Ya."

"Tapi dia sudah hancur. Daragh sudah hancur karena dibunuh oleh Cliodhna."

Sabina membuka matanya. Tatapannya lurus ke atas langit-langit kamarnya. Wajahnya masih sangat pucat. "Tidak, kaisar. Arwah Daragh masih ada. Para bangsa Orc miliknya bertambah banyak. Mereka melakukan ritual pemanggilan arwah untuk merebut kembali pohon kehidupan. Salah satunya menjadikan nyawa putri mahkota Michelle sebagai tumbalnya."

Michelle yang namanya disebut, menatap takut pada kedua orang tuanya. Elizabeth pun dengan sigap memeluk putrinya itu, menenangkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Kenapa harus putriku yang dijadikan tumbal?"

Sabina terdiam sesaat. "Untuk pemanggilan arwah, membutuhkan darah perawan murni setiap keturunan dari masing-masing kekaisaran. Selama ini kekaisaran Neverland selalu menghadirkan generasi laki-laki dan baru generasi sekarang, lahirlah putri mahkota Michelle."

"Ayah... Ibu," lirih Michelle sambil mencengkram pakaian ibunya dengan tubuh yang gemetar ketakutan.

"Berarti putri mahkota Teresa pun akan dijadikan tumbal? Karena dia termasuk kan?" Tanya James memberikan pendapat.

Sabina lagi-lagi terdiam. "Mereka sudah mendapatkan tumbalnya, yaitu kakak dari putri mahkota Teresa."

Kini mereka yang terdiam mendengar ucapan Sabina. Setelahnya mata mereka terbelalak begitu mengingat kejadian di masa lalu. Di mana putri mahkota Ruth, yang tak lain adalah kakak dari putri mahkota Teresa meninggal karena terserang penyakit.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu terjadi perang besar karena memperebutkan jantung pohon kehidupan."

Henry tampak menghela napas berat. Ia memijat pelipisnya yang terasa pusing. "Sepertinya acara pertunanganmu harus diundur, mengingat sekarang keadaan sedang tidak baik-baik saja," ucapnya sambil menatap pada Brian.

"Kenapa diundur? Kenapa tidak dibatalkan saja sekalian?" Tanya Brian yang membuat Henry menatap tajam pada putranya itu.

"Keputusanku sudah bulat," ucap Henry penuh penekanan membuat Brian berdecak kesal.

"Sabina... Berarti putriku tidak bisa lagi beraktivitas di luar istana?"

Sabina melirik pada Elizabeth. "Bisa. Asalkan dengan penjagaan yang ketat."

"Aku tidak akan keluar dari istana sampai kak Sabina sembuh. Aku merasa lebih aman dijaga olehnya," ucap Michelle menatap kedua orang tuanya.

Henry dan Elizabeth saling tatap, lalu mengangguk mengiyakan.

"Kaisar... Bagaimana dengan mereka yang aku minta untuk diselidiki?"

"Sejauh ini tidak ada yang mencurigakan dari mereka. Kegiatan dan gerak gerik mereka pun ya seperti biasa pada umumnya saja."

The Legend of NeverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang