24. Peluk (Muthe)

1.2K 103 18
                                    

Dari sekian banyak hal yang ia sukai dari kakak tercintanya, Gita. Ada satu yang selalu menjadi favorit Muthe. Kakaknya itu adalah tipe yang pintar dalam memanjakan seseorang, khususnya kepada dirinya.

Ini akan menjadi hari yang sangat menyenangkan saat mereka berdua bersama. Hangatnya pelukan kakaknya yang dirasakan Muthe dari sisi belakangnya, canda tawa keduanya yang mana selalu mengiringi senja yang kian tenggelam dan menutup hari dengan penuh makna.

Sangat menyenangkan sekaligus menghangatkan.

Muthe selalu berkata kepada sang kakak tercinta bahwa ia selalu ingin diperlakukan seperti ini. Setidaknya, setiap sore hari jika dirasa tidak bisa setiap waktu.

Duduk di balkon rumah, satu kursi untuk berdua dengan dirinya yang berada di pangkuan kakaknya. Ditemani sebuah teh hangat dan beberapa snack. Menatap langsung matahari senja yang perlahan tenggelam hingga tanpa sadar kegelapan menyelimuti mereka.

Muthe senang dengan hal itu. Hanya itu.

Ia tidak pernah meminta lebih meskipun kakaknya pasti akan mengabulkan apapun permintaannya. Apapun, bahkan jika ia meminta kakaknya menjadi budaknya selama sehari penuh pun pasti akan dikabulkan. Meski dengan catatan harus merengek dulu sih.

Hari ini pun seperti biasa. Muthe akan meminta Kak Gitanya tercinta untuk melakukan hal yang sudah menjadi rutinitas mereka. Saat ini, ia sedang membawa dua cangkir teh untuk keduanya, sedangkan Gita tengah sibuk menyiapkan sofa kecil untuk mereka.

Muthe tersenyum senang sesaat setelah ia menaruh dua cangkir teh itu di meja yang sudah disiapkan. Disana, Gita sudah duduk di sofanya dan melambai lembut kearahnya dengan gestur tangan yang menyuruhnya untuk duduk di pangkuannya.

Muthe berseri, jelas ia tidak ragu untuk menerima tawaran kakaknya itu. Ia bahkan tidak malu sedikitpun jika ada yang melihat mereka. Muthe dengan senang hati akan langsung naik di atas kedua paha kakaknya untuk sekedar duduk dan bersandar padanya. Sungguh, tidak ada hal lain yang lebih membahagiakan daripada ini.

Ini sungguh membuat Muthe bahagia. Meskipun terkadang sepatah dua patah kata dari kakaknya itu akan membuatnya moodnya sedikit naik turun. Seperti.....

"Kamu udah besar tau. Nggak malu apa duduk di pangkuan kakak kayak gini?" Tanya Gita pada adiknya yang manja itu.

Pertanyaan itu sukses membuat bibir Muthe melengkung ke bawah. Lalu ia dengan kesal mencubit paha Gita dan tentunya membuat kakaknya itu mengerang kesakitan. Muthe merasa puas melihat itu.

"Aduhh! Sakit tau!" Ucap Gita.

"Makanya... jangan ngomongin itu terus!"

"Kamu ini..."

"Kenapa?! Nggak suka?!"

"Hahhh... Apa nggak bisa sih sekali aja tampil kalem dan anggun gitu?" Tanya Gita.

"Terus?"

"Terus apa?"

"Terus kalo udah bersikap kalem dan anggun, Kak Gita mau apa?"

"Ya nggak apa-apa, itung-itung aku nggak harus susah-susah ngadepin tingkah kamu."

Muthe kembali mencubit paha Gita, kali ini lebih keras.

"Ouuchhh! Sakit Muthe!"

"Biarin, Kak Gita ngeselin!"

"Makanya, jangan kasar-kasar sama kakak."

"Ihh.. Kan Kak Gita sendiri yang---"

Cup

Tepat saat Muthe menoleh ke belakang ke arah Gita, sebuah ciuman di bibir menyambutnya. Muthe langsung terdiam dan perlahan menikmati ciuman mereka.

Gita melepas ciumannya perlahan, tersenyum, lalu memeluk Muthe dengan erat. Sesekali ia menyesap aroma tubuh Muthe melalui tengkuk, leher dan bahunya. Tangannya enggan melepaskan adik tercintanya itu.

Dan Muthe menyukai perlakuan Gita itu. Sangat menyukainya.

"Besok-besok jadi gadis manis yaa... Nanti kakak manjain lagi."

"He'em." Jawab Muthe mengangguk kecil.

Dalam hatinya ia berpikir, mungkin mengubah kepribadiannya untuk kakaknya tidaklah seburuk itu.

"Kak Gitaa...."

"Iyaa sayang?"

"Besok..... peluk aku lagi ya?" Tanya Muthe dengan malu-malu.

Gita tertawa mendengarnya.

Adiknya itu memang sangat suka dimanja olehnya

End.

Lagi kangen cerita incest Gita-Muthe, dan tentunya kali ini bukan yang 21+ yaa wkwkw

Dahlah gitu aja

Adioss

© MgldnMn

Gita & Cerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang