Ryukankei
...
"Ozawa-san, anda datang. Ah, syukurlah ...." Seorang polisi muda menghampiri pria bernama Ozawa Zendo. Pada baju polisi tersebut, tercium bau anyir darah, begitu pula dengan warna merah yang mulai berubah kecokelatan karena oksidasi.
"Bagaimana? Apa yang terjadi selama operasi?" tanya Ozawa Zendo.
Polisi muda menghela napas. "Maafkan saya!" Dengan pakaian yang dipenuhi darah oleh rekan setimnya, polisi tersebut menundukkan badannya dalam-dalam. "Hampir tidak ada yang selamat dalam operasi tersebut. Hanya Tomioka-san yang masih sadar, meski lengan dekat ketiaknya terkena tembakan, sedangkan yang lain dalam keadaan kritis. Banyak sekali yang meninggal dalam operasi ini. Saya berhasil selamat tanpa satu pun luka karena seorang senior meminta saya melarikan diri untuk meminta bantuan pada markas." Ia menuturkan kisah di TKP.
"Berapa yang meninggal dunia?" tanya Ozawa.
"Sepuluh dari dua puluh empat orang. Hampir setengah dari anggota operasi." Polisi muda masih setia menundukkan badan.
Ozawa Zendo memegang dahinya yang terasa pening. Helaan napas berat terdengar kencang. Namun, meski begitu, ia tetap berusaha menghibur polisi muda yang baru saja mengalami kejadian mengerikan. Ia menepuk bahu sosok di hadapannya dan meminta untuk berdiri tegak.
"Tidak perlu merasa bersalah. Kau kembali tanpa terluka itu sudah lebih baik. Terima kasih atas kerja kerasmu," tutur Ozawa seraya menepuk-nepuk bahu polisi muda berulang kali. "Ah, aku harus menemui Tomioka-san. Di manakah ruangannya?"
Di depan sebuah pintu bercat abu, Ozawa Zendo menarik napas dalam-dalam sebelum masuk ke dalam ruangan. Dia ditemani oleh polisi muda untuk bertemu dengan Tomioka Takashi selaku kepala operasi penangkapan Murayama Chizuru.
"Selamat pagi, Tomioka-san," sapa Ozawa begitu memasuki ruangan. "Sepertinya saya lupa membawa buah tangan atau sekadar bunga untuk anda. Maafkan saya." Ozawa menyadari jika ia datang tanpa membawa sesuatu.
Tomioka Takashi seorang pria berambut putih dengan tubuh agak berisi itu terkekeh pelan. "Astaga, Ozawa-san, tak usah membawakan saya bunga. Syukurlah saya masih hidup meski tubuh ini dipenuhi perban yang membuat gatal."
"Saya turut sedih atas kegagalan dalam operasi anda semalam yang menyebabkan banyak rekan meninggal dunia." Ozawa Zendo membungkukkan badannya pada pria bertubuh berisi tersebut.
Begitu disinggung soal kejadian semalam, wajah Tomioka terlihat agak murung. Senyuman tipisnya hilang karena kesedihan yang dirasa.
"Siapa yang menyangka jika pemimpin Hakatsuru memang benar-benar mengerikan." Tomioka menggelengkan kepalanya. "Ozawa-san, Murayama Chizuru ternyata seorang perempuan," ungkap pria itu.
"Saya sudah menduga hal itu karena namanya, tetapi berita ini masih mengejutkan saya." Ozawa memegang dagu sambil menatap lurus ke depan. "Bisa anda ceritakan mengenai kejadian semalam, Tomioka-san?" Pria berjas biru dongker itu mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dan pena dari saku untuk mencatat pernyataan Tomioka Takashi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piercing Moon
FanfictionMurayama Chizuru menghadapi masalah besar kala organisasi kriminal yang ia pimpin diburu oleh kepolisian Jepang. Organisasinya dianggap sebagai teroris akibat kesalahan yang Murayama Chizuru perbuat. Perempuan itu pun melakukan pencarian panjang yan...