jalan jalan.

96 6 0
                                    

HAPPY READING💚



◦•●◉✿ pagi ✿◉●•◦




Pagi ini jendral dan atlanna sedang bersiap siap untuk pergi ke beberapa tempat wisata.

"bawa baju ganti." peringat jendral, kini keduanya berada di dalam kamar jendral, jendral duduk di pinggir kasur sambil melipat lengan kemejanya, sedangkan atlanna duduk di meja rias, jangan tanya kenapa bisa ada meja rias di sana, saya pun tak tau.

karna tidak mendapat jawaban dari atlanna, jendral mengernyitkan dahi nya, apa atlanna tidak dengar?


"na? baju nya jangan lupa di bawa, kita berenang nanti." ucapnya lagi, ia memperhatikan atlanna dari balik cermin, tatapan kosong, tapi terus memakai riasan wajahnya.


jendral bangun dari duduk nya berjalan dan berdiri tepat di belakang atlanna, dilihat nya wajah cantik itu dari cermin, agaknya wanita itu belum sadar akan kehadiran nya di sana. "hei" jendral berucap sembari memegang kedua bahu kecil itu, hingga membuat sang empu terjengit kaget.


"kenapa? apa yang lagi kamu pikirin hm?" tanya jendral lembut terus menatap wajah indah itu lewat cermin. "ah gapapa, kenapa? mas butuh sesuatu?" tanya atlanna.



"kamu gak bisa bohong, kamu kenapa? ada yang mau di ceritain? apa yang bikin kamu sampe gak nyaut pas saya panggil?"


"engga ada kok, terlalu fokus aja hehe." ucap atlanna lalu mendongak agar bisa memandang wajah tampan itu. "kamu sakit?" tanya jendral khawatir, tangan besar nya ia bawa untuk memegang dagu kecil itu. atlanna menggeleng mendengar ucapan jendral.


"jangan bohong, kalo kenapa napa itu bilang, jangan diam saja." atlanna tersenyum mendengar itu, sebenarnya ada banyak hal yang ingin ia tanyakan namun terlalu takut untuk bertanya.


"mas, aku boleh nanya?" tanya atlanna, sepertinya sudah tidak bisa di tahan rasa penasaran nya itu. "tanya apa yang perlu di tanyakan."


"mas, tentang rezuna..." atlanna menggantung kan ucapan nya melihat wajah tak bersahabat dari pacarnya itu. atlanna terdiam sedangkan jendral menghembus kan nafas berat.
jendral kembali mendudukkan dirinya di atas kasur, meninggal kan atlanna yang masih di tempat nya dengan wajah bingung.


"dia cuma 'teman' masa lalu, hanya sebatas 'teman' gak lebih, di bilang sahabatan pun bukan, saya bukan sahabat nya, kita memang satu sekolah dari SMP, tapi hanya sebatas 'kenal' tidak lebih." jelas jendral, atlanna hanya menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti ucapan jendral barusan.



"apa masih ada yang ingin kamu tau?." tanya jendral. atlanna diam sejenak, berfikir apa yang akan ia tanyakan mumpung mendapat kesempatan. jendral dengan setia menunggu pertanyaan atlanna.


"emm itu... mas kayak nya eyang gaa suka sama aku ya?." ucap atlanna, manik coklat indah nya bertatapan dengan mata sipit serta tajam milik jendral.


"bukan ngga suka, cuma belum. eyang itu gak mudah suka sama seseorang apa lagi orang baru, tapi nanti eyang bakal terbiasa sama kehadiran kamu, jangan mikir aneh aneh." jelas jendral, atlanna menganggukkan kepalanya lucu. "kemari." suruh jendral, atlanna hanya menurut, berjalan lalu berdiri di depan jendral.


jendral menarik lengan kecil atlanna lalu menuntut nya agar terduduk di atas pangkuan nya. atlanna sedikit kaget, tapi kembali menetralkan keterkejutan nya. tangan kekar jendral sudah bertengger di pinggang langsing atlanna agar si manis tidak terjatuh.



"dengar, kalau pun eyang gak suka sama kamu, saya gak peduli. yang menjalin hubungan itu kita. yang ngerasain itu juga kita. eyang gak ada hak atas kita karna semua nya kita yang jalanin. kamu gak perlu takut sama omongan eyang, karna apapun kata eyang pilihan saya cuma kamu. atlanna maizu." ujar jendral dengan tegas. atlanna tersentuh mendengar penuturan jendral, rasanya sangat beruntung ia menjadi kekasih hati jendral. ya walaupun kadang jendral ini ngeselin menurut atlanna, tapi gak dapat di pungkiri, kalo jendral maupun atlanna sama sama saling mencintai.



ATLANNA. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang