Bagian 1 ; Dia yang kembali

6 0 0
                                    

Bagian 1 ;
Ada kalanya yang kembali dengan perasaan yang sama atau sudah berbeda.

Selamat membaca,

Hari ini terasa dingin, entah memang cuaca hari ini sedang dalam suhu yang rendah atau karena suasana hati yang gelisah.

Tentunya hari ini merupakan hari yang amat menyeramkan, tetapi ia tidak bisa kabur. Sudah terlalu lama ia pergi atapun kabur dari banyaknya masalah yang amat melelahkan.

Kalau ia bisa kembali memilih, dia akan menetap jauh disana tanpa kembali.

Jemima kembali menghembuskan napas lelah. Dia menghirup aroma bau tanah yang baru saja terkena air hujan memberi Jemima sedikit ketenangan.

"Sudah berapa lama berdiri disana?"

Jemima terperanjat lantas membalikan badannya.

Lalu matanya bertemu seorang yang tidak tau sudah berapa lama berdiri di belakangnya.

Tanpa sadar, Jemima menggigit bibir bawahnya yang menggambarkan kegugupan dalam dirinya.

"Semalam, mama bilang kamu mau pulang, jadi aku kesini." Katanya lagi, tangannya bersedekap didepan dada menatap Jemima tenang.

"Maaf, aku pulang lebih cepat daripada perkiraan, nggak sempat kabarin siapapun." Jawab Jemima setelah berhasil mengontrol diri.

"Ya, aku tahu. Itu alasanku datang, aku rindu kamu." Katanya.

Jemima kembali menggigit bibir bawahnya. "Ya, terimakasih. Kamu bisa datang ke Kanada kemarin kalo kamu rindu aku?"

"Memangnya kamu mau bertemu aku?"

Jemima tidak dapat menjawabnya, lantas ia membuah pandangannya ke samping enggan bertatapan dengan lelaki berkemeja hitam itu.

"San---"

"Nggak perlu dijawab, aku juga nggak mau dengarnya." San, ataupun Sandika--nama lelaki itu berjalan mendekat ke arah Jemima.

Dalam diam, Jemima mengikuti arah lelaki itu. Sandika duduk di ujung ranjang milik Jemima. Kasur itu berada tepat didepan balkon yang dimana tempat Jemima berdiri dan tentu merek saling berhadapan saat ini.

Dinginnya ruangan ternyata tidak sebanding dengan kehadiran lelaki didepannya. Harusnya Jemima tahu, ketika ia kembali ke tempatnya ia akan kembali bertemu dengan orang yang ia tinggalakan.

"Aku sering datang kesini, beberapa kali menginap juga. Beberapa kali juga tidur di kamarmu karena disuruh mama kamu, aku harap kamu nggak marah." Sandika berkata sembari mengusap spray berwarna navi kepunyaan Jemima.

"O-oh, nggak apa. Kamar ini kosong juga kemarin." Balas Jemima seadanya. 

Sebenarnya Jemima merasa heran ketika baru masuk ke kamarnya, tercium bau yang amat familiar di hidupnya. Ia kira itu hanya pemikiran anehnya saja, namun siapa sangka wangi itu ternyata terus mamaksa untuk berada didekatnya.

Di tempat duduknya, Sandika menatap gadis yang sudah lama ia tunggu. Sandika bersyukur perempuan itu telah kembali dengan keadaan yang baik-baik saja, setidaknya baik dalam pandangan Sandika.

"Kamu nggak mau duduk di sampingku, lagi?" Tanya Sandika.

"Kamu mau aku duduk disana?" Jawab Jemima sambil menaikan sebelah alisnya.

Sudut bibir Sandika naik, menerbitkan senyum yang sudah lama tidak Jemima lihat.

"Ya, sini." Kata Sandika menepuk space kosong disampingnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hari BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang