Seorang perempuan muda, berparas cantik dengan sedikit polesan make up yang menambah kesan sempurna. Jari lentiknya tengah bermain dengan setangkai bunga tulip ungu.
Pintu terbuka, menampilkan seorang pria muda berperawakan tinggi tegap dalam balutan coat panjang berwarna hitam, tengah berjalan kearah Zola.
"Tunjukkan." perintahnya dengan suara serak.
Zola mengembalikan setangkai bunga tulip ke dalam vas. Menatap kearah pria muda yang juga tengah menatapnya. Tanpa memutuskan kontak mata, jemari lentiknya mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya. Ia letakkan di atas meja.
Pria itu tercengang setelah melihat lembaran foto polaroid yang menampilkan seorang pria, dan seorang wanita tengah berfoto mesra.
"Bagaimana kau mendapatkan foto itu?"
Sebuah senyuman muncul di wajah Zola.
Flashback on
"Daddy,"
Zola masuk kedalam ruangan milik Zen dengan pakaian feminim yang disusul oleh ketiga lelaki ber jas.
"Maaf tuan, atas kelalaian kami. Kami sudah menghentikannya, tetapi perempuan ini tetep kekeuh ingin menemui tuan. Kami akan membawanya pergi kembali."
"Tidak mau!" Zola tetap pada pertahanannya. Ketiga lelaki itu menyeret Zola, tetapi dihentikan oleh Zen.
"Biarkan dia tetap disini, dan kalian keluar dari ruangan saya!"
"Baik tuan." Ketiga lelaki itu membungkukkan badannya kemudian berlalu pergi.
Zen berjalan kearah Zola, meneliti setiap inci tubuh Zola. "Siapa gadis cantik ini yang telah berani masuk kedalam ruangan kerja saya?"
"Aku yang tadi malam, Zola Charlen." ucapnya, dengan senyum manis.
"Oh, silahkan duduk." Zen mempersilahkan Zola duduk di sofa, Zola menurut saja. Kini mereka berdua duduk berhadapan hadapan.
"Berapa yang kau inginkan?" Tanya Zen.
Zola beranjak dari duduknya, menghampiri Zen. Kedua lengannya ia kalungkan di leher Zen dari belakang. Bibirnya ia dekatkan ke telinga Zen, lalu berbisik, "Aku hanya menginginkan Daddy." Zola menyeringai. Zen meneguk salivanya.
Zola kembali berdiri tegap, dan kembali duduk ke tempat semula. "Kau pelit sekali, tidak memberikan tamu secangkir teh."
"Cana, buatkan-"
"Shutt!"
"Aku ingin kau yang membuatnya." Zola mengedipkan satu matanya sambil tersenyum sensual. Zen yang ingin menolak pun tidak jadi. Zen segera keluar dari ruangan untuk membuatkan Zola secangkir teh.
Zola tersenyum licik, beranjak dari duduknya. Zola segera mencari sesuatu di dalam ruang kerja Zen. Setelah sepersekian detik, mata tajamnya menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya, kemudian ia masukkan kedalam kantong bajunya. Tanpa pikir panjang, Zola kembali ke tempat semula. Tidak lama kemudian, Zen datang dengan secangkir teh di tangannya.
Zola melihat jam yang ada di pergelangan tangannya, "Oh no, aku terlambat. Aku harus pergi." Zola beranjak dari duduknya, kemudian melangkah pergi dengan tergesa gesa meninggalkan Zen yang masih berdiri sambil memegang secangkir teh. Zen yang melihatnya tercengang, sia sia dia buat teh.
"Sialan gadis itu!" ucapnya, geram.
Flashback of
Zola kalau mengingat kembali kejadian tersebut, membuat ia tersenyum geli.
"Bukannya pria itu Zen, dan perempuan itu istri dari ketua pimpinan perusahaan Nebula?
"Tepat sekali!" Jemarinya ia tembakkan ke arah pria yang ada dihadapannya.
"Anak dari Arlo, dan Elleanor telah hilang seakan akan telah di telan bumi. Berita yang beredar mengucapkan kalau anak tersebut terbunuh, tetapi kemungkinan besar, Zen telah mengecualikan anak dari Arlo, dan Elleanor untuk tidak ia bunuh, dan membawanya," jelas Zola.
"Kena-" Zola memotong ucapan Jarviz. Ya, lelaki itu adalah Jarviz Pero, rekannya.
"Karena, anak itu bukan anak dari Arlo, dan Elleanor."
Jarviz tercengang, menutup mulutnya dengan tangan. Ia kembali ingin berucap, tetapi Zola kembali memotong ucapannya.
"Dia adalah anak dari Zen, dan Elleanor."
Jarviz ingin kembali berucap, tetapi lagi lagi Zola memotongnya membuat Jarviz geram.
"Anak itu merupakan kunci dari semua ini, kita harus menemukan anak itu." ucap Zola, matang.
Zola menunggu ucapan apa yang dilontarkan oleh rekannya, tetapi Jarviz tidak kunjung bersuara. "Kau tidak ingin memberi tanggapan?"
"Males, bye!" Jarviz berbalik badan sambil mengibaskan coat hitamnya, berjalan cepat meninggalkan Zola, dan ruangan itu. Zola mengerutkan keningnya, ada apa dengan rekannya?
🌷🌷🌷
Di sebuah aula yang megah, berbagai hiasan pernak pernik, dan bunga yang ada di dinding, dan atas meja. Tempat itu ramai dikunjungi oleh orang orang penting dengan gaun, dan jas mewah yang ditemani Sampanye untuk diminumnya sambil bercakap cakap ria.Seseorang menururuni tangga dengan high heels hitam mengkilat, gaun hitam yang simpel namun elegan menyentuh karpet merah, dan rambut hitam lurus tergerai dengan polesan lipstik merah. Orang yang ada di sana menatapnya takjub akan kecantikan seorang Zola Charlen.
Jemari lentiknya mengambil sampanye yang ada di nampan pelayan, kemudian ia meneguknya dengan gelas yang berbentuk kerucut mengenai bibir merahnya.
Mata tajamnya menelisik orang orang yang hadir di pencalonan direktur baru perusahaan Waves, sambil menggoyangkan segelas sampanye di tangannya.
Zola terpaku, Mata tajamnya menangkap pria yang tak asing baginya. Pria tampan dengan setelan jas hitam adalah pria yang menjadi tujuan ia datang kesini. Pria itu berjalan kearahnya dengan cepat. Pria itu sibuk melihat jam yang bertengger di tangannya, tanpa melihat jalan membuat kedua lawan jenis itu tertabrak. Sampanye tumpah mengenai tangan, lantai, dan gaun bawahnya akibat cipratan sampanye dari lantai, membuat Zola mendengus kasar.
"Maaf," ucap pria itu menunduk. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya, mengambil sapu tangan berwarna biru polos, ia serahkan ke Zola. Dengan jemari lentiknya yang basah, Zola mengambilnya.
"Saya permisi." ucap pria itu lagi tanpa melihat wajah Zola, ia melangkah pergi melewati Zola yang masih diam ditempat.
Zola memandang sapu tangan pria itu. Ia tersenyum penuh makna.
⭐⭐⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea of Mystery; The Detective Girl
Mystery / ThrillerBayangan yang bergerak dalam kegelapan, menggali misteri, dan mengungkap kebenaran ialah, Zola Charlen, sang detektif sekaligus pemikat hati pria. Sesuai dengan julukannya, Singa pemikat. Hidupnya berubah, kala menangani kasus yang bertahun tahun la...