chapter 二十五

183 39 12
                                    

HAPPY READING

25






Didera salah tingkah, jemari Felix membenarkan anak surai dekat telinga. Sepasang iris Felix menangkap sebuah buku lain yang ada di atas meja; tak terjamah tangan Hyunjin. Sontak ia meraihnya, ikut membelah waktu sembari membaca karena tidak memiliki ide lain. Di detik kemudian, Felix tak melewatkan kesempatan untuk menilik Hyunjin yang turut mulai membuka sampul buku usang. Tanpa menunggu lagi, mereka segera tertelan bersama deraian kata demi kata tertuang dalam kertas pertama. Sesekali mata Felix dan Hyunjin bertemu, namun tak lama.

Hyunjin diam-diam tidak lanjut membaca deretan kalimat dalam buku di tangannya. Ia justru memperhatikan Felix yang sedikit menunduk; berkelana di bawa tali kata-kata. Pemuda itu terlihat bersinar. Rambutnya bergelombang halus, ingin sekali Hyunjin sentuh. Indah adalah perumpamaan pantas untuk pahatan wajah pemuda di hadapan Hyunjin. Semua terangkai tanpa cela menyatu dalam puncak kepadanan.

Hyunjin beralih menopang dagu, terlalu tenggelam menelusuri pemuda yang terlampau menarik atensi. Katakanlah, siapa lagi yang dapat menandingi miliknya ini? Bawa ke hadapan Hyunjin saat ini juga sebab Hyunjin tahu tidak ada yang sanggup. Bukan perkara cantik atau elok badannya, Hyunjin paling mengetahui Felix tidak dapat diukur oleh dua perihal itu saja. Bisa dibilang, Felix adalah esensial, kebutuhan terdasar yang Hyunjin perlukan.

Kira-kira apa definisi waktu terbaik bagi orang-orang di luar sana? Hyunjin tidak tahu. Satu-satunya yang ia tahu hanyalah duduk berdua menemani Felix di tengah kesenyapan hangat. Hyunjin tidak suka membuang waktu sia-sia. Tapi menghabiskan detik demi detik bersama Felix adalah sesuatu yang berharga.

"Tuan."

Hyunjin segera tersadar walaupun sama sekali tak berniat mengalihkan mata. "Ada apa?"

Felix berdiam diri sebelum menarik napas. Buku di tangan berdentum kecil tatkala tertutup. "Omong-omong, ada yang ingin saya tanyakan."

Tidak menjawab, Hyunjin menunggu perkataan yang tengah Felix susun dalam kepala. Pria itu tampak tenang, berbanding terbalik dengan Felix yang sibuk berpikir bahwa ini adalah saat yang tepat untuk menanyakan beberapa persoalan. Ketika ia membaca buku tadi, mendadak sebuah kalimat terlintas di benak. Benar. Ada sesuatu yang takkan pernah terlupa; selalu mengganggu hari-harinya. Felix perlu mendapat kejelasan setelah sekian lama. Ia meyakinkan diri sendiri sekali lagi sebelum membuka celah bibir. "Dari mana Anda mengetahui identitas saya? Apakah ada hubungannya dengan rekan-rekan saya? Lalu ... mengapa Anda menjadikan saya sebagai taster kalau bukan untuk membunuh saya kemudian?"

Tiga pernyataan yang membuat Hyunjin ikut menutup bukunya. Pria itu merubah posisi, kali ini bersandar. Ia menangkap keseriusan di wajah Felix begitu kentara. Hyunjin baru menyadari kalau selama ini ia belum mengatakan apa-apa tentang itu. Ia beringsut meletakkan buku lawas di atas meja.

"Saya mengetahui informasi aslimu dari seorang informan pribadi. Begitu pula dengan rekan-rekanmu. Tetapi mereka bukan mati di tangan saya, kematian teman-temanmu itu diurus oleh Ethan Morozov," Hyunjin menghentikan ucapan saat Felix terlihat terkejut, "dan saya yakin dirimu telah menebak apabila perbuatan saya pada awalnya semata-mata karena ingin memanfaatkanmu. Itu benar. Saya menjadikanmu sebagai seorang taster karena informasi darimu cukup penting. Jarang sekali ada intelijen musuh yang tertangkap hidup-hidup."

Hyunjin memberi jeda sesaat. "Namun sekarang saya tidak bisa melakukan itu kepadamu, Felix."

Felix termangu di tempat. Pungkasan Hyunjin memasuki kepalanya lalu berputar bersamaan. Hyunjin tidak membunuh rekan satu tim Felix? Artinya ia telah salah paham selama ini? Felix mengatup mulut rapat. Ia tidak terlalu terkejut pasal alasan Hyunjin mengubah kedudukan Felix menjadi taster, tapi mengetahui jika Hyunjin tak ikut serta menjadi penyebab kematian teman-temannya membuat Felix kehabisan kata.

Nirvana in FireWhere stories live. Discover now