BB - Bagian Tiga

162 31 27
                                    

"Sahi?"

Seorang wanita yang diketahui sebagai Ibunda Asahi, terlihat menyembulkan kepala di pintu kamar sang anak. Beliau mencari Asahi untuk dimintai tolong sesuatu.

"Iya, Bun?" sahut Asahi sambil berjalan menghampiri Bunda.

"Turun yuk! Bunda mau minta tolong sesuatu."

Asahi mengangguk dan mengikuti langkah Bunda setelah menutup pintu kamar nya. Mereka berdua turun dan berjalan ke arah dapur. Disana, Bunda menyerahkan sebuah paperbag coklat berbentuk balok.

"Ini brownies," ucap Bunda seakan tahu kebingungan sang anak. "Tolong kasih ke tetangga baru kita, yang rumahnya di samping rumah Jaehyuk." lanjutnya.

Asahi membulat kan mulutnya dan mengangguk-angguk paham. "Sahi baru tahu ada tetangga baru. Namanya siapa, Bunda?"

"Tante Park. Pindahnya kemarin malem, jadi kamu baru tahu."

"Ohh ... gitu."

"Iya, kamu tolong kasih kesana ya?"

"Iyaa Bunda cantikk. Kan Sahi tadi udah angguk-anggukin kepala."

Bunda tertawa kecil mendengar perkataan Asahi. Dia mencubit pelan pipi sang anak yang gembul. "Ya udah, sana! Keburu panas!"

"Iyaa. Sahi pergi dulu, Bunda!" pamit Asahi.

"Hati-hati," pesan Bunda yang diacungi jempol.

Asahi lantas berjalan keluar dan melangkah kan kakinya menuju tempat tujuan. Tidak terlalu jauh, hanya berjarak 3 rumah dari rumahnya karena memang rumah Jaehyuk tidak bersebelahan dengannya.

Setelah beberapa menit berjalan kaki, akhirnya Asahi sampai juga. Tapi, mata nya langsung memicing ketika melihat eksistensi yang sepertinya ia kenal tengah mencuci motor di teras.

Ngga mungkin. Ngga ada yang namanya kebetulan di dunia ini, batin Asahi menyangkal. Dia kemudian kembali melangkah mendekat.

"Permisi," sapanya. Orang tersebut menoleh, dan sukses membuat Asahi menahan nafasnya. Ternyata cowok itu sesuai dengan dugaan awalnya tadi. Yaitu, Jeongwoo.

Baiklah, Asahi sekarang percaya jika kebetulan itu memang ada di dunia.

"Bocil," gumam Jeongwoo hampir seperti bisikan lirih. Tatapan keduanya terpaku selama beberapa detik sebelum Asahi memutusnya lebih dahulu.

Asahi seketika merasa canggung, pandangannya meliar kemana saja asal tidak menatap Jeongwoo yang sialnya sangat menggoda dengan tubuh shirtless nya.

Iya, Jeongwoo ngga pake baju. Dan Asahi malu melihat keindahan Tuhan itu. Padahal ia telah melihat dengan jelas punggung tegap Jeongwoo beberapa saat yang lalu.

Keheningan terjadi sebelum Jeongwoo berdiri dan berjalan masuk tanpa sepatah kata pun. Meninggalkan Asahi yang akhirnya dapat bernafas lega setelah cowok itu menghilang di balik pintu utama.

Sebagai gantinya, seorang wanita paruh baya keluar menghampiri Asahi. Itu Tante Park, beliau langsung tersenyum lembut, "Asahi?" sapanya. Jangan tanya bagaimana beliau tahu. Kalian pasti sudah bisa menebak, bukan?

Asahi membalas senyuman itu sambil mengangguk, "iya, Tante."

"Mari, masuk dulu!" ajak Tante Park mempersilahkan. Namun Asahi menggelengkan kepalanya, menolak.

"Ngga perlu, Tante. Sahi cuma mau kasih makanan dari Bunda." tolaknya halus sembari menyodorkan paperbag yang sedari tadi ia bawa.

Asahi hanya antipasi, dirinya takut akan bertemu dengan Jeongwoo lagi yang mungkin tidak baik bagi kesehatan jantung dan hati nya. Sayang, kan, kalau dua organ dalamnya harus sakit di usia muda?

Bertolak Belakang [Jeongsahi/Woosahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang