Surrogate Wife : 07

394 27 0
                                    

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan pintu dari luar membuat Siena langsung beranjak dari tidurnya. Perempuan itu merapikan lebih dulu rambut pendeknya sebelum membuka pintu bercat putih didepannya.

"Eh? Ada apa?" Siena berinisiatif untuk bertanya saat melihat sosok tinggi menjulang dihadapannya. Tidak lupa senyum manisnya tidak pernah luntur.

Berdehem singkat, Diandra melirik kecil kearah kamar Siena sebelum kembali menatap sang pemilik kamar itu. "Ayah mengajak kita makan siang bersama." Ujarnya dengan tanpa ekspresi seperti biasanya.

Siena mengangguk kecil, sedikit memundurkan tubuhnya seperti memberi jalan untuk Diandra masuk. "Aku akan bersiap, jika berkenan kau bisa menunggu didalam." Ucapnya dengan senyuman manis.

Diandra tampak berpikir, beberapa detik kemudian mengangguk dan masuk kedalam kamar yang dulunya berwarna putih kini berganti menjadi warna ungu dengan aroma yang sama seperti aroma tiga hari lalu yang ia nikmati. Aroma yang menyegarkan khas perempuan itu sekali.

"Aku hanya akan mengganti pakaian, tunggu sebentar ya,"

Berdehem singkat menyahuti perkataan perempuan itu, perhatian Diandra lebih tertuju pada bingkai foto diatas nakas. Itu adalah foto pernikahan mereka dua bulan lalu, yang dimana perempuan itu tersenyum manis dan dirinya yang hanya menampilkan ekspresi datar dan enggan. Terlihat sekali itu hanyalah pernikahan paksa, tidak ada cinta dari sang mempelai pria untuk mempelai wanita.

"Bahkan tidak ada sedikitpun rasa suka dihatiku untukmu."

Diandra berjalan kearah balkon, menatap pemandangan yang sama saat ia juga berada dibalkon samping kanannya. Cuaca hari ini cukup bagus, cukup panas namun masih ada sepoi-sepoi angin yang menyejukkan.

Puk

"Ayo, aku sudah siap." Siena berkata dengan semangat setelah menepuk bahu pria itu.

Kepalanya menoleh, menatap penampilan Siena dari atas hingga bawah. Entah sengaja atau tidak, perempuan itu memakai warna yang sama dengannya.

"Kau sengaja?"

Menyengir lucu, Siena menganggukan kepalanya. "Bolehkan?"

Diandra tidak menjawab, pria itu lebih memilih melangkah lebih dulu meninggalkan Siena yang tengah tersenyum dibelakangnya. Misi pertama berhasil. Siena sudah menyusun rencana untuk beberapa hari kedepan. Dari mulai menyamakan warna pakaian mereka serta rencana lainnya yang sudah Siena susun rapih didalam kepalanya.

Dengan langkah cepat Siena menyusul Diandra yang bahkan sudah berada didalam lift.

"Eeee permisi." Siena mencoba masuk kedalam, lift yang mereka tumpangi ini rupanya penuh dan Diandra ada dipojok lift tanpa memperdulikan Siena yang berusaha mendekatinya.

Setelah berhasil dan hampir sampai, tiba-tiba seseorang dibelakangnya bergerak mundur membuat Siena oleng dan hampir jatuh jika saja sepasang tangan kekar tidak menahan tubuhnya.

"Huft... Hampir saja." Sienaa bernafas lega, kemudian mendongak guna melihat wajah orang yang telah menolongnya, namun lengan kekar itu lebih dulu menariknya dan menghimpitnya dipojok lift dengan tubuh kekar pria itu yang menjadi tameng dari desak-desakan dibelakang sana.

"Dasar siput, hampir saja kau terinjak."

Siena langsung mendongak saat mendengar suara itu, wajahnya tiba-tiba bersemu merah saat pandangan mereka bertemu dengan jarak wajah yang hanya beberapa cm saja. Bahkan hidung keduanya hampir bersentuhan jika saja pria itu tidak mendongak dan menumpukan dagunya diatas kepala Siena.

"Aku bersumpah tidak akan ikut naik lift ini lagi jika penuh seperti ini." Diandra menahan tangannya pada besi lift saat ada yang mendorong tubuhnya dari belakang, membuatnya mau tidak mau semakin menghimpit perempuan yang ada didalam Kungkungannya.

Surrogate Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang