Hanny dan Radja tampak sedang duduk saling membelakangi di sebuah bangku yang terdapat di area taman dekat tempat parkir kampus mereka. Hanny terlihat bersandar pada punggung Radja, begitu pula sebaliknya.
Keduanya sedang meratapi nasib mereka masing-masing. Nasib kehilangan orang yang mereka cintai ketika perasaan mereka sedang berkembang-berkembangnya.
Sudah beberapa kali mereka menghela napas berat tanpa mengucap apa pun. Sampai akhirnya, mereka berdua merasakan ada beberapa tetes air yang terjatuh mengenai tubuh mereka.
“Hujan, Han,” seru Radja seraya menegakkan posisi tubuhnya.
Hanny masih diam sembari memutar sedikit tubuhnya untuk menatap sang sahabat. Dari tatapan Hanny, Radja langsung bisa menyadari jika sahabatnya itu sedang ingin bermain hujan.
“Nggak, nggak, nggak! Jangan macam-macam dengan hujan! Besok pagi, kita ada presentasi!” tegas Radja seraya bangkit dari duduknya.
Ia lantas menggandeng tangan Hanny, membawanya berteduh di koridor yang tidak jauh dari taman tersebut. Apa lagi, hujan sudah turun semakin lebat.
Tubuh mereka sedikit kebasahan akibat terkena gerimis tadi, membuat Hanny terlihat sedikit menggigil karena kedinginan. Radja yang melihatnya, lantas mengeluarkan jaket dari dalam tasnya seraya memakaikannya pada sang sahabat.
“Minta main hujan, terkena gerimis saja langsung kedinginan,” sindir Radja setelah Hanny memakai jaketnya.
“Kan, biar sakit sekalian!” sentak Hanny sembari melipat kedua lengannya di bawah dada karena ia merasa semakin kedinginan.
Radja yang melihat kondisi tubuh Hanny itu, lantas merengkuh leher Hanny dari belakang untuk menambah sedikit kehangatan pada tubuh sahabatnya.
Hanny sendiri merasa tidak terganggu dengan perlakuan Radja. Hanya saja, beberapa mahasiswa yang kebetulan sedang berteduh di tempat yang sama, mulai menatap gemas ke arah mereka berdua.
Radja yang terlebih dahulu menyadari tatapan dari beberapa mahasiswa itu. Ia malah beralih merengkuh tubuh Hanny dari belakang di atas lengan Hanny yang menyilang, dengan kedua lengannya.
“Kamu kedinginan juga?” tanya Hanny dengan polosnya.
“Mereka yang kedinginan,” jawab Radja sembari mengedikkan dagunya singkat ke arah mahasiswa yang lain.
Hanny mengarahkan tatapannya ke arah mahasiswa-mahasiswa itu, kemudian ia mulai melepaskan rengkuhan Radja seraya berbalik ke arah sahabatnya tersebut
Tanpa aba-aba, Hanny mendekap tubuh Radja beserta kedua lengannya dengan begitu erat. Ia tampak mendongakkan kepalanya untuk menatap Radja sembari terbahak.
“Dasar. Hahaha ...,” seru Radja yang ikut terbahak karena ia gemas melihat kelakuan Hanny.
Semua mahasiswa itu mulai memalingkan tatapan mereka karena mereka merasa malu. Setelah mereka tidak menatap Hanny dan Radja lagi, Hanny lantas melepaskan dekapannya seraya sedikit melompat untuk menjitak puncak kepala Radja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE : Our Story
RomansaDeskripsi nyusul, yaa.. intinya ini kisah nyata dan aku berkolaborasi dengan adik iparku.