[Raul PoV]
Saat ini aku berada di dalam terowongan yang sedang dibuat oleh para penyihir Elemen tanah. Sangat panas di dalam sini dan penerangannya juga sangat minim.
Tempat masuk terowongan ini berada sejauh satu kilometer dari kota. Setelah hampir 6 hari, para penyihir baru saja mencapai jarak hingga 300 meter. Yang dilakukan oleh mereka adalah mengeruk tanah dan mengeluarkannya dari dalam lalu memasukan batuan yang menahan terowongan tersebut.
Terowongan ini berada di kedalaman 50 meter saja. Kurasa ini cukup supaya aktivitas kami tidak diketahui oleh pihak musuh.
"Tetap gali dan keluarkan tanah-tanah ini!"
"Kita sudah menggunakan sihir selama beberapa jam, apa masih lama waktu pergantiannya?"
Terdapat lima penyihir yang menggali tanah dan tiga orang yang mengeluarkan tanah galian tersebut. Tiga jam sekali, penyihir-penyihir ini akan digantikan untuk memulihkan Mana mereka.
Setiap maju sejauh 30 meter, maka para penyihir akan membuat batuan di sekitar dinding-dinding terowongan agar mampu menahan tekanan tanah sekitar sehingga dapat dilalui oleh para prajurit.
"Hey, kau bilang pernah memasuki kota ini bukan?"
Di sampingku, seorang Supervisor yang bertugas untuk mengawasi pekerjaan ini. Dia merupakan seorang arsitek khusus yang ikut dalam peperangan.
"Benar sekali, ada apa?" tanyaku padanya.
"Apa kau sudah yakin bahwa jalur ini tidak akan menabrak salah satu fasilitas mereka?"
"Sebenarnya, kota ini memiliki sebuah area bawah tanah," jawabku padanya. "Akan tetapi, kurasa jalur yang kita ambil tidak akan bersimpangan dengan area itu yang berada dekat dengan sungai."
- GRRRUUUHHHH!!!
Kami tiba-tiba merasakan sebuah getaran yang bersumber dari atas sini.
"Sepertinya pertempuran di atas semakin memanas," kata sang Arsitek.
"Itu wajar bukan? Kita harus terlihat benar-benar mencoba agar musuh berpikir bahwa kita benar-benar akan memasuki kota mereka dari depan," balasku padanya.
Hari pun berganti, kami akhirnya menyelesaikan terowongan ini pada hari kedua puluh.
Empat orang termasuk aku kemudian keluar dari dalam tanah dengan membuat sebuah lubang saat malam hari dan menemukan bahwa titik keluar ini berada tepat di belakang sebuah barak dalam kota.
Kami bergegas keluar dan menutup lubang sebelum salah satu penjaga menyadari kami. Setelah itu, kami menyebar untuk mencari titik yang cocok bagi pasukan kami keluar nanti.
Aku mengendap-endap di gang kota lalu naik ke atas atap sebuah bangunan untuk memperluas penglihatanku di tempat ini.
- BOMMBB!! BOMMBB!! BOMMBBB!!
Terdengar suara ledakan dan hantaman keras dari sisi kiriku.
Kalau tidak salah, saat ini pasukan kami sudah mempersiapkan serangan yang cukup besar untuk mengalihkan perhatian musuh ke depan sehingga ketika pasukan kami yang lain keluar dari terowongan yang kami buat, musuh tidak akan siap menghadang mereka.
Terlihat sebuah cahaya berwarna emas muncul dari arah suara ledakan-ledakan tersebut.
"Elena ... "
Dia saat ini sedang berada di barisan terdepan untuk menggunakan Profound Codexnya agar para prajurit mampu bertahan dalam menggempur pertahanan Kota Tusculum.
"Kami harus cepat ... "
Setelah mencari ke sana dan kemari, akhirnya aku menemukan yang cocok untuk titik keluar pasukan yang akan melewati terowongan yang kami buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Villain In My Own Game?
FantasyGenre : Isekai, Action, Adventure, Romance Tag : Isekai, Academy, Knight, Magic, Saint, Anti-Hero, Hated-Protaginost, Empire, Noble, Politic * Bukan Novel terjemah, ini Karya Orisinilku Asli Kalian bisa Support aku di link ini ya .... https://saweri...