31 - second time around

637 25 2
                                    

The Eden Hotel & Resort, Indonesia

Di balik meja kayu besar yang di sampingnya menghadap langsung ke pemandangan pantai dan laut biru terbentang di bawah gedung hotel, Adam duduk di depan laptop terbuka menampilkan permintaan khusus tamu VIP dan data pengunjung hotel. Meski kelihatan tenang, pikirannya bekerja cepat mengatur berbagai hal. "Apa kabar laporan dari tim marketing? Saya dengar ada beberapa event belum terkonfirmasi?"

Tony, sekretaris yang selalu tampil rapi dengan jas tak pernah ada kerutnya, berdiri di samping meja sambil memeriksa jadwal harian di tablet. "Kemarin saya sudah terima konfirmasi dari pihak event organizer. Ada tiga event besar akan digelar. Mereka sudah setuju semua syarat kita, tapi masih ada beberapa rincian yang perlu diperjelas, terutama tentang fasilitas tambahan."

Jiwan, penasehat yang terkenal dengan pengetahuan luas tentang industri perhotelan serta sifat tenang dan bijaksana, duduk di kursi berhadapan Adam dengan laptop terbuka di depannya seraya mengetik. "Event pertama, pernikahan, perlu set up yang agak rumit. Mereka minta dekorasi yang berbeda-beda nantinya setelah ballroom ditata. Patung marmer Italy, mereka mau jalan di atas karpet dari peony asli yang harus diterbangkan langsung dari Jepang pagi harinya—karena warna pink, lampu gantung kristal harus mirip dengan yang ada di Hall of Mirrors Versailles, dan permadani Persia dari pintu masuk sampai ke ballroom."

Tony masih menyimak seraya mencatat.

"Mereka juga minta kolam renang taman diubah jadi semacam laguna buatan, harus ada terumbu karang hidup. Dan akomodasi khusus untuk tamu VIP, interpreter yang bicara tiga bahasa termasuk Prancis. Kita perlu siapkan penawaran khusus untuk mereka supaya sesuai ekspektasi." Jiwan sengaja menjelaskan rinci. Mengundang senyum tipis mereka, "C'est la vie, right?"

Adam menyandarkan punggung di kursi, "Nggak perlu kompromi untuk kualitas. Tony, siapkan meeting tim dekorasi dan katering segera. Jiwan, tolong semua revisi penawaran diselesaikan secepatnya."

"Saya jadwalkan, setelah lunch?"

Adam menyanggupi.

Jiwan menambahkan, "Berita bagusnya, semua keluhan tamu bulan lalu sudah ditangani dengan baik. Kita perlu terus pantau feedback untuk memastikan nggak ada masalah yang terlewat."

"Ya. Berita bagus." Kali ini Adam melirik layar ponsel di meja yang menyala. Notifikasi pesan dari kekasihnya.

Malam nanti aku turun.
Dinner? I'll pick you up.

Hingga Tony mendadak melangkah maju, "Pak, hal terakhir. Tamu VIP dari Jepang tiba lebih cepat dari jadwal. Saya sarankan bertemu makan malam nanti."

Masih sibuk mengetik di ponsel untuk membalas pesan kekasihnya yang akan turun ke arah pantai nanti malam.

A date?

Adam menjawab singkat, "Sebentar. Bisa jadwal ulang?"

"Tamu Jepang?" tanya Tony.

"Mm-hm. Biar saya hubungi beliau sendiri."

"Kalau gitu, besok siang?"

"Lunch nanti."

"Oh—baik." Padahal biasanya jika reschedule maka orang akan memundurkan jadwal, ini malah dimajukan, batin Tony.

A Sweeter PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang