Keesokan harinya,
Jin terbangun dan melihat tempat tidurnya kosong, hanya dia yang ada disana, dia tahu Jungkook pasti meninggalkannya sendirian. Namun ia terbangun dengan piyama dan selimut yang menutupi tubuhnya. Jungkook pasti melakukan itu untuknya, karena dia ingat, dia tertidur sambil memeluk Jungkook dan dalam keadaan telanjang.
Dia tersenyum sendiri. Apa yang dia lakukan dengan Jungkook sungguh luar biasa. Dia menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya dan keluar untuk sarapan. Hari itu ia tidak pergi ke kantor, badannya terasa sakit. Jadi dia hanya menghubungi Taehyung untuk mengurus segala sesuatunya.
Dia pergi ke dapur untuk mengambil jus, dia meminumnya tapi setelah meneguknya, dia merasa sangat mual dan langsung memuntahkannya di wastafel. Dia tidak tahu apa yang terjadi padanya, tapi dia baru saja membeli jus tersebut, jadi itu berarti jus tersebut belum kedaluwarsa. Tapi kenapa dia begitu mual saat meminumnya.
Sampai dia menyadari sesuatu, dia memegang perutnya.
"Apa aku hamil?" gumam Jin
Dia tidak ingin mengambil keputusan untuk memeriksakannya begitu cepat. Mungkin rasa mual yang ia rasakan bukanlah gejala kehamilan. Dia kembali ke kamarnya dan membuka kalender di ponselnya. Dia menandai saat pertama kali mereka berhubungan seks dan itu sudah hampir dua bulan yang lalu.
.
.Akhir pekan tiba, Jungkook bersiap untuk kembali ke rumahnya. Namun, Jennie menahannya. Dia terus memeluk Jungkook dari belakang dan berusaha membuat Jungkook tetap disana.
"Jennie, aku harus pulang"
"Kenapa? Apa kau tidak ingin tinggal bersamaku?"
"Jika kakekku tahu tentang ini, aku akan kehilangan segalanya"
"Apakah itu satu-satunya alasan yang kau miliki?"
"Itu bukan alasan, kau tidak akan mengerti apa yang terjadi dalam hidupku"
"Lalu sampai kapan aku harus menunggumu? Aku tidak ingin bayi ini lahir tanpa seorang ayah"
"Jennie"
"Hmm"
"Kenapa perutmu tidak membesar seperti orang hamil pada umumnya? Apa kau yakin bayi kita baik-baik saja?" Jennie melepaskan pelukannya dan Jungkook membalikkan tubuhnya untuk menatapnya.
"Ya, tentu saja. Dokter mengatakan bahwa bayi kita baik-baik saja, mungkin perutku tidak terlihat lebih besar karena aku selalu berolahraga"
"Apa kau yakin ini normal?"
"Ya, tentu saja aku yakin, jadi kapan kau akan tinggal disini lagi?"
"Aku akan meneleponmu nanti, aku akan pulang dulu" Jennie mencium bibir Jungkook.
"Aku mencintaimu," kata Jennie.
"Aku juga" Jungkook pergi. Dia benar-benar ingin bertemu Jin, tapi dia tidak tahu kenapa dia ingin bertemu Jin. Apa karena dia merindukannya?
Namun saat dia sampai di rumah, dia tidak melihat Jin disana. Dia tidak tahu kemana Jin pergi, tapi dia juga tidak ingin menghubungi Jin, jadi dia memutuskan untuk menunggu di rumahnya.
Saat itu pukul 10 malam dan Jin baru saja kembali ke rumahnya.
Jungkook yang masih duduk di depan TV menoleh untuk melihat Jin.
"Darimana saja kau?" Tanya Jungkook
"Apa kau sudah pulang?"
"Kau tidak menjawab pertanyaanku"
"Yoongi memintaku untuk pergi keluar sore ini, jadi aku pergi bersamanya"
"Yoongi?"
"Ya, kenapa?"
"Apa dia sering mengajakmu keluar saat aku tidak ada di rumah?"
"Ya, tapi aku selalu menolak karena aku ingin beristirahat di rumah, tapi hari ini aku benar-benar bosan jadi aku menerima ajakannya, bagaimana dengan Jennie? Apa dia baik-baik saja?"
"Ya, tidurlah, ini sudah larut malam" Jungkook mematikan TV dan masuk ke kamarnya, begitu juga dengan Jin.
Keesokan harinya,
Jungkook keluar dari kamar, tapi dia tidak melihat Jin, dia melihat jam dan sudah jam 8 pagi, biasanya dia sudah bangun dan menyiapkan sarapan di dapur. Namun hari itu berbeda. Ia memutuskan untuk membuat sarapan untuk mereka berdua dan berniat membangunkan Jin. Namun saat ia masuk ke kamarnya, ia tidak melihat Jin di tempat tidurnya, namun ia mendengar suara di kamar mandi.
Dia membuka kamar mandi dan melihat Jin di depan toilet, lalu muntah.
"Jin"
"Berhenti... keluarlah" tapi Jungkook tidak mendengar kata-kata Jin. Dia mendekati Jin.
"Apa yang terjadi?"
"Keluar, aku tidak ingin kau melihatku seperti ini" Jin mencoba berdiri dengan tubuhnya yang lemas dan berkumur-kumur di wastafel.
"Jin—"
"Jungkook, keluar!"
"Ada apa denganmu?" Jin hanya menangis di depan wastafel dan menunduk.
"Jin, apa yang terjadi padamu? Apa kau sakit?" Jungkook berjalan menghampiri Jin dan berdiri di belakangnya.
"Tidak, aku hanya ingin sendirian, kumohon Jungkook"
"Jin—"
"Jungkook, kumohon"
"Tidak, aku tidak ingin meninggalkanmu sendirian, setidaknya ceritakan apa yang terjadi padamu?" Jin berbalik dan memeluk Jungkook dengan erat.
"Jin..."
"Jungkook, ayo kita bercerai" Jungkook terdiam, dia memeluk tubuh Jin dengan erat. Jin menangis dalam pelukannya, tapi kenapa dia tiba-tiba ingin bercerai?
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany | Kookjin ✔️
FanfictionPernikahan adalah tujuan akhir dari pertemuan dua orang yang sedang jatuh cinta. Janji yang diucapkan dalam pernikahan adalah kata-kata sakral yang harus dijaga hingga ajal menjemput. Namun bagaimana jika pernikahan Jin dan Jungkook tidak seperti ya...