Najefan
Mereka berdua masih duduk di meja makan ketika ia mengatakan, "Aku kirim sesuatu ke email kamu."
Membuat Karina yang tengah asyik menikmati pesmol ikan mas buatan Bi Enok mendongak heran, "Emang kamu tahu alamat email aku?"
Ia menganggukkan kepala sembari tersenyum. Lebih karena geli melihat cara makan Karina yang begitu rakus. Entah mengapa malam-malam begini Karina masih bisa menikmati sepiring pesmol ikan mas. Karena menurut sepengetahuannya, kebanyakan cewek akan menghindari makan makanan penuh kalori diatas jam 6 petang.
Oh iya, ia lupa kalau Karina sedang mengandung seorang bayi. Mungkin ini alasan utama dibalik kerakusan Karina.
"Lho, Den Jefan udah makannya?" suara Bi Enok mampir ditelinganya. Datang dari arah dapur sembari membawa sepiring pesmol ikan mas yang masih mengepulkan asap. Menguarkan aroma harum yang menggoda.
"Kenyang, Bi," jawabnya seraya menunjuk piringnya yang telah kosong. Ia benar-benar merasa kenyang, terlebih setelah melihat cara makan Karina.
"Nggak mau nyicipin pesmol buatan Bibi?" seloroh Bi Enok sambil meletakkan piring berisi pesmol ikan mas ke atas meja, tepat dihadapan Karina.
"Ini ikannya spesial dikirim dari Tasik," terang Bi Enok penuh antusiasme.
"Oya?" responnya namun dengan kening mengernyit demi melihat Karina mulai ekspansi dengan memotong pesmol yang baru dihidangkan oleh Bi Enok. Benar-benar tak pernah merasa kenyang, batinnya geli.
"Dari Wa Nena, Kakaknya Ibu," terang Bi Enok. "Ikan mas di balong (kolam) punya Wa Nena segede-gede ini semua, Den."
"Satu ekor beratnya bisa sampai dua kilo."
Tentu saja ia percaya. Karena ikan mas yang sedang dilahap Karina menjadi ikan mas paling besar yang pernah dilihatnya.
"Bibi tadi masak enam ekor," terang Bi Enok. "Dua yang paling besar dibikin pepes. Saya siapkan buat dibawa pulang ya, Den."
"Oh, nggak usah repot-repot, Bi," jawabnya sembari menggeleng. Alpukat dan sirsak sebanyak dua kardus bekas mie instant sudah lebih dari cukup untuk dibawakannya pulang ke rumah.
"Eh," Bi Enok menepuk bahunya. "Ini teh pesan dari Ibu waktu nelepon kemarin."
"Kata Ibu, kalau ikan mas-nya dimasak, jangan lupa buat ke rumah Den Jefan, begitu."
"Mama nelepon Bibi?" tanya Karina heran dengan mulut penuh. "Kapan?"
"Kemarin, Neng," jawab Bi Enok. "Habis video call-an sama Neng Karina itu."
"Oh," Karina mengangguk-angguk dan kembali asyik dengan pesmolnya.
"Kata Ibu, biar keluarga Aden nyicipin pepes ikan asli buatan urang Sunda," seloroh Bi Enok. "Belum pernah makan pepes ikan mas duri lunak kan?"
"Pepes buatan Bibi enak banget tahu," celetuk Karina seraya mengacungkan jempol, tentu saja dengan mulut penuh mengunyah pesmol.
Ia tersenyum mengangguk, "Makasih banyak, Bi."
"Besok begitu sampai di rumah, langsung masukin ke kulkas ya, Den. Biar tahan lama," terang Bi Enok yang dengan senang hati memberi tahu tutorial singkat tentang cara penyimpanan pepes ikan mas padanya.
"Nanti kalau mau dimakan tinggal dipanaskan," lanjut Bi Enok dengan gaya chef handal. "Bisa dikukus, dioven, dipanggang, atau pakai microwave."
Ia mengangguk-anggukkan kepala mendengar penjelasan Bi Enok, "Makasih, Bi."
"Kamu mau pulang ke rumah lagi?" tanya Karina setelah Bi Enok berlalu dari ruang makan.
Ia mengangguk, "Tadi dikasih Mang Jaja alpukat sama sirsak banyak banget. Sasa suka banget sama alpukat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.