Katherina
Usai sholat Isya, Mamak masih duduk di dalam bilik untuk membaca Al Qur'an. Sementara Kak Fatma pamit bertandang ke rumah tetangga yang minggu depan hendak mengadakan hajatan resepsi pernikahan.
"Kalau di kampung begini Karina," seloroh Kak Fatma. "Tiap mau ada hajatan, ibu-ibu sekampung pasti ngumpul buat bagi-bagi tugas."
"Jadi panitia gitu, Kak?" tebaknya sambil tersenyum.
Tapi Kak Fatma justru tertawa, "Bukan panitia lah, terlalu keren itu. Ini cuma bantu-bantu masak."
Sepeninggal Kak Fatma ke rumah tetangga, ia kembali bermain boneka barbie dengan Sasa. Sambil sesekali memperhatikan Jefan yang sedang membantu Umay merakit lego star wars. Juga melirik gambar yang tengah dibuat oleh Icad.
"Lagi gambar siapa, Cad?" tanyanya ingin tahu sambil menunjuk kertas yang sedang digambari Icad. "Kayak kenal."
"Kak Karina sama Nana," jawab Icad sembari terus asyik menggambar.
Membuatnya tersenyum senang, "Wah, mau dong sering-sering digambar sama kamu, Cad."
"Kenapa?" tapi justru Jefan yang bertanya seraya memanjangkan leher berusaha melihat gambar yang tengah dibuat oleh Icad.
"Jadi cantik kalau digambar," jawabnya sungguh-sungguh.
Di luar dugaan, Jefan dan Icad tiba-tiba berkata secara bersamaan, "Emang aslinya cantik."
Membuatnya mencibir seraya memutar bola mata. Tapi Jefan malah membalasnya dengan senyuman penuh arti.
"Nona Karina, Nona Sasa sudah selesai membuat blackforest-nya nih," seru Sasa memutus tatapan intens Jefan terhadapnya. Meninggalkan rasa panas di kedua pipi bahkan hingga menjalar ke telinga. Unbelievable.
"Jadi... sekarang kita bisa mulai acara minum teh bersamanya," sambung Sasa seraya menghidangkan satu slice blackforest serta secangkir teh ke hadapannya.
"Oh, terima kasih Nona Sasa," jawabnya sambil memasang senyum lebar. "Wow, blackforest-nya terlihat lezat. Aku coba ya."
"Silahkan Nona Karina," jawab Sasa dengan senyuman yang tak kalah lebar.
Ketika ia tengah menyantap blackforest buatan Sasa, lamat-lamat telinganya mendengar suara tawa tertahan. Jelas itu suara Jefan. Pasti karena melihat tingkah konyolnya bermain rumah-rumahan barbie dengan Sasa.
"Udah beres," ucap Icad seraya menyerahkan lembaran kertas yang sejak tadi digambarinya. "Buat Kak Karina."
Ia pun tersenyum senang menerima kertas bergambar sketsa hitam putih dari tangan Icad.
"Bagus banget, Cad," pujinya sungguh-sungguh.
Siapapun pasti tak menyangka jika sketsa yang sedemikian indah ini adalah hasil karya anak kelas 6 SD. Kemampuan Icad dalam memvisualisasikan objek manusia ke dalam gambar sungguh luar biasa. Bukan sekedar gambar sketsa mentah. Tapi lengkap dengan teknik tebal tipis, arsiran yang menghasilkan bayangan, juga detail yang membuat gambar seolah hidup.
"Mana lihat?" Jefan rupanya juga ingin tahu.
Ia pun mengangkat kertas gambar sketsa Icad agak ke atas, agar Jefan bisa leluasa melihatnya.
"Bagus banget kan?" ia memberi pertanyaan retoris. "Ini sih calon arsitek besar," lanjutnya dengan mimik serius.
"Iya, bagus banget, Cad," komentar Jefan sambil menggelengkan kepala dengan decak kagum.
"Cita-citaku memang mau jadi arsitek," ujar Icad dengan senyum terkembang. "Seperti Ayah Neswan."
"Siapa Ayah Neswan?" tanyanya tak mengerti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.