Salah Jodoh (8)

9.1K 921 58
                                    

.

.

.

.

"jangan dilama-lamain, Res"

"apanya ma?" pria yang kini berbaring dipangkuan ibunya itu menengadah, menatap bingung pada sang ibu.

Ares merupakan anak terakhir, semua kakaknya perempuan dan masing-masing sudah berkeluarga.

Sifat manjanya sebagai bungsu dan anak laki-laki satu-satunya masih mendarah daging. Jadi pemandangan ia yang menempel pada sang ibu seperti ini bukanlah hal yang aneh.

"ck, mama nih sudah tua loh, jangan pura-pura gak tau kamu"

Pria itu mendesah lesu setelah mengerti maksud perkataan ibunya, ia lalu membenamkan wajahnya pada perut sang ibu. "tapi Citra mau gak ya ma sama aku?"

Citra terlampau cuek dan terasa sulit ia jangkau, meski begitu Ares tentu tak akan mundur begitu saja. Hanya saja saat ini ia cukup kebingungan menyampaikan perasaannya pada gadis itu.

"masa gak mau? anak mama ganteng begini kok"

Ares bergumam tak jelas mendengar perkataan ibunya.

"makanya kamu jadi laki-laki itu harus jelas" sang ibu memukul pelan pipinya.

"kalo mau ya bilang terus terang, belum maju aja kamu udah takut begini, pantes kalo ceweknya gak dapet-dapet" sang ibu terus saja memberikan petuah panjang lebar yang Ares tanggapi dengan anggukan semata.

@

@

@

Alis Ares mengkerut, matanya menatap lurus pada Citra yang tengah berbicara dengan seorang pria yang tak dikenalinya.

Ares yakin pria itu bukan karyawan di Kantor ini, akhir-akhir ini mereka juga tidak merekrut karyawan baru. Lalu siapa pria asing yang tampak akrab dengan Citra itu?.

Jika saja tidak diburu oleh pekerjaan, Ares sudah berniat untuk menghampiri mereka. Namun pria itu terpaksa harus kembali ke ruangannya.

Akibatnya, sepanjang hari ini suasa hati Ares tak menentu. Pekerjaan yang runyam membuatnya tak bebas bergerak kesana kemari. Citra juga kerap menghindar hingga beberapa kali mengabaikan pesan dan panggilan darinya.

Kesal dengan segalanya, Ares akhirnya mencoba fokus dan menenggelamkan diri pada pekerjaan. Pria itu bahkan tak memedulikan waktu makan siang.

Jika saja Damar tidak datang dan merengek kelaparan, seharian itu Ares mungkin tidak akan beranjak dari tempatnya.

Kedua pria itu memutuskan mendatangi kantin kantor saja, mengingat waktu mereka tak cukup banyak untuk berleha-leha.

Dan kebetulannya, ditengah kondisi kantin yang sudah cukup sepi itu, Ares kembali menemukan Citra bersama teman-temannya juga laki-laki asing yang tadi pagi dilihatnya.

Jika dilihat-lihat, selama ini Citra cukup akrab dengan Dimas, dan pria itu satu-satunya laki-laki di kantor ini yang sedekat itu dengan Citra, namun Ares tidak merasa risau seperti melihat kedekatan Citra dengan pria asing itu.

Dimas yang pertama kali menyadari kehadiran Ares dan Damar langsung tersenyum kikuk, pasalnya waktu istirahat sudah hampir habis tapi mereka semua masih bersantai disitu.

Dibawah meja, pria itu menyenggol kaki teman-temannya untuk memberitahukan kedatangan Ares.

"makan pak?" sapa Dimas ramah.

Ares mengangguk kaku kemudian langsung mendudukkan dirinya disitu tanpa meminta persetujuan orang-orang dimeja tersebut.

"kita gabung disini ya?" pada akhirnya Damar yang bersuara atas tindakan atasannya itu.

My Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang