11. sakit tak berdarah

1 0 0
                                    

HAPPY READING!

Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi bersamaan dengan ricuhnya para siswa-siswi yang keluar dari kelas. Begitupun si kembar dan kawan-kawannya. Kini mereka telah sampai di parkiran.

"Kita duluan ya girls" ucap Tresa kepada si kembar dan Cia. Hari ini Tresa dan Flora pulang bersama, lagi
pula rumah mereka searah.

Berbeda dengan Cia yang searah dengan rumah si kembar.

"lo pulang naik apa? " Tanya Ana pada Cia

"harusnya sih di jemput papa, cuman papa lagi sibuk banget, jadi mending pesen gojek" tutur Cia.

Ana dan Gea manggut-manggut, tak lama Gevan dan ketiga temannya menghampiri mereka.

"Hai adek-adek cantik! " Seru Farel semangat. mereka kompak menoleh ke sumber suara.

"Gak dapat Ana, Gea pun sabi lah" timpal Dion bersiul. Ana yang mendengar memutar bola matanya malas lalu melipat tangannya di dada.
Gea terkekeh pelan lalu menatap Zico.

"K-kak Zico j-jadi pulang bareng gak?" Tanya Gea gugup.

"Jadi" jawabnya tanpa menatap lawan bicara lalu berlalu dari sana.

Gea bersorak dalam hati lalu mengikuti Zico dari belakang setelah pamit pada Ana dan Cia. Dion dan Farel cukup kaget, dia pikir Zico hanya membual saja ternyata tidak.

Beberapa siswi yang masih berada di sekolah juga ikut terkejut ketika melihat Zico membonceng seorang cewek, mereka iri.

Ana dan yang lainnya menatap kepergian Zico dan Gea, pandangannya kini beralih ke Gevan lalu ke Cia yang sedang fokus ke ponselnya, sepertinya dia sedang memesan gojek.

Sebuah ide terlintas di kepalanya, dia tersenyum jahil. "Kak, lo anterin Cia ya" Pintanya.

Cia yang sedang fokus di ponselnya kini mendongak menatap Ana. Dion dan Farel hanya menyimak meski bingung kenapa Ana menyuruh Gevan mengantar temannya.

Gevan menaikkan sebelah alisnya lalu menatap Cia yang berada di samping Ana. Sadar akan tatapan itu, Cia segera menunduk.

"kenapa gue? "

Ana berdecak malas " papa nya gak bisa jemput, jadi gue minta tolong anterin temen gue yang cantik nan imut ini dengan selamat, ya? " ucapnya di akhiri senyuman.

Di mata Gevan, itu adalah senyuman menyebalkan, baru ingin protes suara Cia terdengar. "Gak usah, Na. Aku bisa pesan ojek kok" tolak nya.

Sebenarnya, Cia mau di bonceng oleh pujaan hatinya. Tapi, sepertinya Gevan tidak mau, jadi dia menolak.

Gevan memandang Cia dari atas sampai bawah, hanya satu yang terlintas di pikiran Gevan tentang Cia.

pendek

Tunggu, tunggu! Sepertinya dia ingat sesuatu. Bukannya dia yang mengirimkan nya pesan waktu itu?

"Lo kan yang ngi—"

"udeh deh, kak. Anter aja, kasian nih temen Ana yang imut ini harus naik ojek, lagian rumahnya searah kok sama kita. ya, kan? " ucap Ana memotong ucapan Gevan.

TWINS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang