H-hey, siapa yang menjadi milikmu?"" Jordan menaikkan sebelah alisnya Lalu menyeringai setelahnya, benar-benar persis seperti Jackson. "Kau." "Tidak. Aku tidak mau menjadi
miliknu.
Sontak Jordan pun mengambil cutter
tadi yang berada di sakunya.
Membelai lembut pipi putih Aska dengan cutter itu. Dan sedikit menusuknya tapi tidak sampai melukai pipi Aska. Jordan tidak segila itu untuk melukai kekasihnya Apa? Kekasih? Entahlah, Jordan hanya ingin
mengklaim miliknya sesuka hatinya.
"Hm? Benarkah kau tidak mau?"
Aska menelan ludahnya gugup. Aura dominan dari Jordan benar-benar tidak main-main, Apalagi ditambah dengan sebuah cutier yang saat ini tengah bermain-main di pipinya. Sungguh, Aska takut mati. Dia benar-benar takut
Jangan sampai remaja gila dihadapannya ini membunuh dirinya seperti dia membunuh dua orang tadi, Karna Aska belum sempat membahagiakan kedua orang tuanya. Belum sempat menikah dengan wanita cantik yang seksi. Dan belum sempat menebus
dosa-dosanya pada daddy nya. jadi tolong jangan bunuh dirinya dulu. "Kau takut, sayang?"
Aska tidak merijawab.
Tetapi hanya mengalihkan
pandangannya agar tidak bertatapan
dengan Jordan.
Tapi jujur saja, saat ini dia memang takut. "Berani tidak menjawabku?" Aska tetap diam. Dengan badan yang sedikit bergetar Apalagi saat ini cutter itu tengah Jordan
arahkan ke lehernya.
Dan bermain-main disana.
"Lehermu benar-benar menarik untuk diberi tanda kepemilikkan."
Aska mendongak
Menatap Jordan yang lebih tinggi
darinya
"T-tidak, Jangan lakukan itu."
Jordan lantas menyeringai.
Oh lihatlah ekspresi ketakutan dari
kekasihnya ini.
Benar-benar membuat orang ingin
menghajar lubangnya.
Dan mengurungnya.
Lalu menjadikan anak itu milik dirinya sendiri.
Tidak membiarkan orang lain melihat
kecantikan dan keindahannya.
"Ikut denganku."
"T-tidak mau
Jordan menatap tajam Aska.
Lalu tanpa aba-aha, Jordan mengangkat
Aska seperti sebuah karung beras
Membawanya masuk kedalam
mobilnya.
Lalu pergi meninggalkan kampus itu.
Dan menuju ke apartemen pribadinya
Yang diam-diam dia beli tanpa
sepengetahuan Jackson dan Dion.
Sesampainya di apartemennya, Jordan
pun turun.
Lalu kembali mengangkat Aska seperti
sebuah karung beras.
Dan masuk ke dalam apartemen itu.
"Lepaskan aku! Aku tidak mau ikut