09 - Keinginan

74 5 0
                                    

Nona Wei menatap ke arah banyaknya pasien serta pengunjung rumah sakit yang sedang berhamburan di lorong. Dengan sekuat tenaga Nona Wei menunjuk ke arah lorong yang berisikan banyaknya orang.

Pada saat melihat nona Wei menunjuk ke arah lorong yang berisikan begitu banyak pasien yang terlantar di lorong rumah sakit. Ini membuat suster cantik yang menjadi suster pribadi nona Wei gelagapan.

"Itu hanyalah orang-orang yang sedang mengantre asuransi pemerintahan yang tidak kunjung datang," ucap suster pribadi nona Wei.

Tiba-tiba saja kursi roda milik nona Wei diputar balik lalu di jalankan menjauhi sebuah lorong yang mana terdapat orang-orang lansia, anak-anak dan juga pasien yang terlantar.

"Lebih baik kita ke kembali ke ruangan pribadi nona dan mungkin Nyonya Lim serta tuan Lim sedang menunggu nona," ucap suster mencoba mengalihkan pandangan dari nona Lim.

Nona Wei hanya bisa menghela nafas panjangnya saja. Ternyata ketimpangan sosial masih terasa ada, bahkan sampai saat ini dimana dirinya sudah berpindah raga dari Jun Lee ke raga Wei Lim.

Suster membawa nona Wei ke kamarnya di lantai khusus ruangan VIP rumah sakit. Di sana memang fasilitasnya jauh lebih lengkap daripada kelas masyarakat yang menerima asuransi kesehatan untuk masyarakat miskin.

'Ketimpangan sosial sangat terasa, meski aku sudah berpindah tubuh. Aku juga belum tahu saat ini tanggal berapa. Mungkin karena tubuh ini begitu lemah, mau melakukan apapun pasti sulit bergerak'

Di ruangan pasien VIP.

Di sana sudah ada kedua orang tua dari nona Wei. Mereka berdua tampak berdiskusi serius, seakan ada kegiatan bisnis yang harus mereka kerjakan.

"Jadi, seperti itu kah? Perusahaan telekomunikasi Jerman meminta untuk rapat ulang. Sebaiknya kita berdua harus ke sana untuk menjelaskan segala keadaan yang terjadi. Agar mengurangi rasa kesalahpahaman antara hubungan perusahaan kita dengan perusahaan mereka," ucap Tuan Lim yang saat ini sedang berbicara serius dengan Nyonya Lim.

Nyonya Lim sadar bahwa perbuatannya yang menangguhkan rapat demi anaknya akan berdampak sangat signifikan pada bursa saham.

"Benar, maafkan aku karena telah lalai dalam menjalani tugas sebagai Nyonya dari perusahaan keluarga Lim," ucap Nyonya besar Lim menatap suaminya penuh dengan rasa penyesalan.

Tuan Lim kemudian memeluk istrinya dan berkata, "Justru aku bersyukur, aku sangat bersyukur menikah dengan mu karena kamu lebih mementingkan keluarga daripada hanya sebuah bisnis kecil yang keuntungannya bisa kita cari di kemudian hari."

Nona Wei dan juga suster yang melihat kemesraan ini, membuat mereka berdua sangat iri.

Setelah memeluk erat, Tuan dan Nyonya Lim kemudian melirik ke samping dan ternyata di sana sudah ada anaknya yakni Wei Lim dan juga suster dari rumah sakit. Mereka berdua melihat kemesraan yang sangat mesra dan saling memeluk serta mendukung satu sama lain.

Dengan wajah kemerahan mereka berdua melihat ke arah anaknya dan suster.

"Oh kamu sudah balik nak? Bagaimana jalan-jalannya apa kamu menikmatinya? Berkeliling rumah sakit." Tuan Lim memandang anaknya dengan sangat lembut.

Nona muda Wei hanya mengangguk dan tidak berkata satu patah kata pun.

Nyonya besar kemudian berjalan pelan dan memeluk nona muda yang saat ini sedang berada di kursi rodanya.

Membisikkan sesuatu yang terdengar hangat, "Kami berdua akan pergi ke Jerman, karena ada urusan bisnis. Kamu di sini saja yah nak ... kalau ada apa-apa tinggal bilang ke Li Wu agar semua keinginan kamu bisa Mama dan Papa kabulkan."

Tuan Lim pun berjalan dan mulai mengelus lembut rambut dari anaknya.

"Benar, kamu mau apa pun. Pasti Papa akan belikan."

Sebelumnya nona Wei melihat adanya sebuah ketimpangan yang ada di rumah sakit ini. Setidaknya dirinya ingin membantu orang-orang yang tidak mampu dengan kekuatan keluarganya.

'Aku tidak bisa tinggal diam, ini karena aku sudah berjanji kepada Niu bahwa aku akan menggunakan kekayaan ku untuk kebajikan!'

Dengan tekat yang kuat, mata nona Wei membulat penuh dan berharap kedua orang tuanya pengertian akan keadaan yang sebenarnya.

Nona Wei menarik-narik lengan baju dari pakaian yang dikenakan oleh kedua orang tuanya.

Membuat kedua orang tua Wei bertanya-tanya mengapa anaknya melakukan hal ini. Jangan-jangan ada sesuatu yang di-inginkan oleh anaknya sampai-sampai harus menarik-narik baju.

"Ada apa nak?" tanya Tuan Lim kepada anaknya yang saat ini sedang menarik-narik lengan bajunya.

"Ba baa baantu ..."

Kedua orang tua Wei tidak mengerti dengan apa yang anaknya ucapkan, sangat terbata-bata dan sangat gagu.

Karena kesulitan berbicara nona Wei kemudian menggerakan kursi rodanya sendiri untuk menggapai meja. Di sana ada sebuah buku dan juga pulpen sebagai media dirinya untuk bisa berbicara secara tulisan.

Suster pun akhirnya baru sadar bahwa nona Wei menginginkan sebuah buku dan pulpen yang ada di meja. Dengan segera suster berjalan dan langsung menyusul nona Wei untuk mengambil apa yang nona Wei inginkan.

"Kamu butuh ini kan? Untuk berbicara kepada orang tua mu?" tanya suster sambil memberikan sebuah buku catatan dan juga pulpen.

Nona Wei pun mengambil dan dengan segera menulis apa yang dia inginkan sebelum berpisah oleh orang tuanya karena ditinggal oleh perjalanan bisnis.

Tolong bantu seluruh pasien yang ada di lorong di depan taman mutiara. Di sana ada banyak orang yang sama seperti diriku, mereka sama-sama membutuhkan pertolongan. Ini adalah keinginan ku sebelum Papa dan Mama pergi jalan

Nona muda Wei kemudian memberikan surat itu kepada kedua orang tuanya.

Tuan Lim mengambil surat tersebut dan membaca tulisan anaknya yang masih sakit secara perlahan. Membacanya dan juga meresapi maksud dari setiap kata-kata yang dituliskan oleh Wei.

"Jadi keinginan mu adalah meringankan kehidupan orang miskin yang ada di lorong rumah sakit?" tanya Tuan Lim kepada anaknya.

Wei menatap orang tuanya dengan wajah yang sangat serius dan juga langsung mengangguk lucu.

Papa Wei pun melihat anaknya yang sangat mirip dengan istrinya. Kebaikan Nyonya besar Wei besar kemungkinan menurun kepada anaknya.

"Hihihi ..."

Nyonya besar sedikit tersenyum karena melihat Tuan Lim tersenyum ke arah anaknya. Seakan sedang membayangkan sesuatu dan membandingkan sesuatu.

"Pasti kamu berpikir ini aku kan? Sampai-sampai mata mu melihat anak mu dan istri mu sendiri?" tanya Nyonya besar Lim.

"Iya, aku sampai berpikir bahwa anak ku adalah kamu tapi versi kecil," ucap tuan Lim tersenyum kepada anaknya sendiri.

Tok tok tok tok ...

Suara ketukan pintu memecahkan kesyahduan keluarga Lim yang saat ini sedang bercengkrama.

"Silahkan masuk." Tuan Lim mempersilahkan seseorang masuk ke dalam ruang pasien VIP.

Terlihat ada seorang butler tua yang berjalan ke arah Tuan dan Nyonya besar Lim. Butler ini adalah pelayan khusus yang akan mempersiapkan segala kebutuhan keluarga Lim secara menyeluruh.

"Kebetulan sekali kau datang Sebastian ..." Tuan Lim langsung berjalan menghampiri butler miliknya lalu memberikan secarik kertas milik nona Wei.

Sebastian sang butler langsung mengambil dan membaca secarik kertas yang diberikan oleh Tuan Lim.

"Silahkan kau penuhi apa yang anak ku inginkan. Ini adalah perintah dan kau tidak bisa mengelak!"

Tuan Lim menatap dingin ke arah butler miliknya lalu berkata, "Mengerti?"

Butler langsung mengangguk dan menjawab dengan cepat, "Siap mengerti Tuan dan Nyonya serta nona muda Lim."

Kini Wei Lim merasa senang karena sudah menuntaskan salah satu keinginannya pada saat masih bertubuh Jun Lee. Yakni membantu orang sebanyak-banyaknya, meski keadaan nona Wei saat ini sedang dalam setengah lumpuh akibat tidur panjang.

Transmigrasi Ke Tubuh WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang