13 - Kebahagiaan Anak Adalah Prioritas

58 4 0
                                    

Kedua orang tua nona Wei pun menatap wajah anaknya yang sangat serius.

Keinginan kedua orang tua nona Wei adalah membuat nona Wei belajar di rumah dan menyewakan guru private untuk anaknya belajar.

"Sekolah? Kenapa kamu ingin ke sekolah?" tanya Nyonya Lim kepada anaknya.

Wei Lim harus memberikan penjelasan yang masuk akal sebagai alasan untuk dirinya bisa masuk ke sekolah.

"Sebagai putri tunggal di keluarga Lim, tentu saja aku memerlukan pendidikan sebagai wadah untuk menjalankan bisnis keluarga nanti. Selain itu juga kalau aku belajar dengan menggunakan guru private maka aku telah kehilangan dari relasi-relasi yang akan aku bangun di sekolah lama ku. Akan sangat sayang bukan? Mempunyai seorang anak yang tidak dikenal oleh kolega bisnis?" Wei Lim menatap kedua orang tuanya dengan raut wajah yang sangat sungguh-sungguh.

Penjelasan dari anaknya membuat kedua Nyonya dan Tuan Lim sangat takjub. Membuat sebuah perumpamaan yang tepat dan langsung menyangkal sebuah pertanyaan selanjutnya.

"Memang benar, tapi kami masih mengkhawatirkan tentang kejadian yang menyebabkan dirimu koma. Karena kamu jatuh dari gedung sekolah," ucap Nyonya Lim yang masih mengkhawatirkan keselamatan anaknya.

Mengingat kembali bahwa nona Wei pernah koma akibat jatuh dari gedung sekolahnya. Dan bagian kepalanya terbentur cukup hebat membuat pendarahan di otaknya.

Tuan Lim kemudian menatap ke arah anaknya dengan tatapan yang sangat sungguh-sungguh.

"Apa kamu yakin atas keinginan mu itu nak?" tanya Tuan Lim.

Wei Lim kemudian mengangguk dengan keyakinan penuh. "Aku yakin seratus persen, walau harus mengulang kelas. Yang penting aku bisa kembali bersekolah dan meraih peringkat terbaik!"

Tuan Lim mendengar sebuah tekad yang sangat luar biasa dari ucapan anaknya. Meski begitu, awalnya Tuan Lim memang ingin mengembalikan anaknya ke sekolah namun ada percekcokan antara tuan Lim dan nyonya Lim.

"Baiklah papa setuju dengan apa yang kamu inginkan nak, dengan segera papa akan menyuruh Sebastian untuk melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan," ucap tuan Lim menatap anaknya dalam-dalam.

Wajah Wei Lim pun tersenyum lebar karena orang tuanya bisa dengan mudah melakukan apa yang Wei Lim inginkan.

Hanya saja ... ada sesuatu yang Wei Lim tidak ketahui. Pembicaraan di belakang alias pembicaraan empat mata antara tuan dan nyonya Lim terhadap anaknya. Wei Lim tidak tahu akan hal itu.

Brak ...

Nyonya Lim menggebrak meja dan menatap suaminya penuh dengan tatapan yang sangat tajam. Membuat suasana menjadi sangat mencekam, yang tadinya sangat tenang dan syahdu.

"Pasti dirimu ingin mengorbankan anak kita kan?" Nyonya Lim menatap tajam dan suaranya sangat tinggi.

Tuan Lim menggelengkan kepalanya lalu menatap dingin istrinya.

"Aku tidak akan pernah setega itu lagi, yang terpenting bagi ku adalah keselamatan anak ku!" muka tuan Lim penuh dengan tatapan yang sangat serius.

Wei Lim melihat ke kiri dan ke kanan, terlihat seperti orang yang sedang planga-plongo.

'Ini pada ngomongin apaan sih? Kaga jelas!'

"Ahem ..." Wei Lim kemudian berdeham untuk menenangkan suasana.

Wei Lim tidak tahu perkataan demi perkataan yang terlontar dari ucapan orang tuanya. Yang Wei Lim tahu adalah dirinya diperbolehkan untuk masuk ke sekolah.

"Wei tidak paham papa dan mama sedang membicarakan apa. Wei bingung kenapa kalian seperti sedang bertengkar?"

Kedua orang tua Wei pun melupakan bahwa anaknya terkena amnesia yang tentu saja melupakan banyak kejadian. Salah satu kejadian yang mungkin dilupakan oleh anaknya adalah dijodohkan dengan salah satu putra dari pebisnis tersohor di negara Tiongkok.

Nyonya Wei menginginkan anaknya untuk pulih total baru membicarakan banyak hal termasuk masalah perjodohannya.

Namun, Tuan Lim ingin segera membicarakan perjodohan Wei Lim. Melihat keadaan mental dan juga kondisi yang tidak memungkinkan, tuan Lim untuk saat ini mengurungkan niat untuk membicarakan perjodohan putri semata wayangnya.

"Apa Wei ada salah dengan papa dan mama?" tanya Wei Lim.

"Wei Lim tidak salah, justru papa yang salah karena tidak memikirkan kesehatan mental dari Wei Lim. Intinya papa akan memasukkan kamu ke sekolah yang kamu mau," ucap tuan Lim.

Nyonya Lim sepertinya paham bahwa suaminya ingin mengurungkan niatnya dalam masalah perjodohan. Ini adalah waktu yang tidak tepat apalagi mereka berdua masih belum tahu keseiapan mental dari anaknya paska sembuh dari koma.

Dengan memberikan senyuman yang menyimpul nona Wei pun mengucapkan rasa terimakasihnya, "Terimakasih yah ... mama dan papa. Wei sayang mama dan papa!"

Mereka semua pun akhirnya menyudahi makan bersamanya dan pergi ke urusan masing-masing. Nona Wei ditemani oleh Li Wu sang pembantu pribadi.

Nona Wei merebahkan badannya di kasur dan akhirnya bisa bernafas lega setelah kedua orang tuanya mengizinkannya untuk kembali ke sekolah.

'Berpura-pura menjadi orang lain itu memang sulit ya? Aku harus bisa berpura-pura layaknya seorang anak gadis dari keluarga konglomerat'

Li Wu melihat nona muda tampak seperti kesulitan, wajahnya begitu berat dan seperti memikirkan banyak pikiran. Membuat Li Wu sangat khawatir dengan keadaan nona Wei.

"Nona Wei, ada apa nona Wei?" tanya Li Wu.

Nona Wei tidak menjawab Li Wu karena memikirkan akan seperti apa kehidupannya di sekolah nanti. Apakah dia mendapatkan kesulitan bersosialisasi karena telat dalam mengikuti pelajaran. Meski di dalam raga nona Wei ada pria yang sudah matang dan tentu saja soal-soal pelajaran seharusnya bukan masalah yang serius.

"Nona Wei?" Li Wu menyentuh pipi kenyal milik nona Wei untuk bisa menyadarkan nona Wei yang sedang bengong.

"Eh iya?"

"Kenapa nona Wei tampak seperti orang yang kebingungan?" tanya Li Wu yang bingung dengan keadaan nona Wei.

"Li Wu, apakah aku bisa kembali ke sekolah? Mungkin aku telat setahun, tapi setidaknya aku ingin belajar lagi untuk bisa menjadi penerus dari keluarga Lim," ucap nona Wei.

Li Wu kemudian memegang kedua telapak tangan nona Wei dan menatap nona Wei dengan tatapan yang berbinar-binar.

"Tentu saja bisa nona Wei, karena nona Wei adalah orang yang sangat baik dan saya yakin nona Wei bisa mendapatkan teman!"

Mendengar vibes positif dari Li Wu membuat nona Wei menjadi semangat kembali.

"Terimakasih Li Wu, berkat dirimu aku menjadi sedikit lebih tenang." nona Wei memberikan senyuman manisnya.

Li Wu melihat dengan jelas sebuah ukiran senyuman yang manis terpampang dari wajah nona Wei. Membuat Li Wu menjadi berdebar kencang dan wajahnya sedikit memerah akibat kemanisan dari sebuah senyuman yang nona Wei berikan.

---

Di ruang kamar,

"Selama satu tahun, keluarga kita akhirnya bisa lepas dari pengaruh keluarga Huang. Jadi, kalau semisal anak kita memutuskan untuk membatalkan perjodohannya. Tentu kita bisa lakukan hal itu tanpa ada rasa penyesalan," ucap tuan Lim menjelaskan kepada istrinya.

"Tapi tetap saja, sebagai ibu aku khawatir dengan anak kita!"

Nyonya Lim kemudian dipeluk dan dicium keningnya untuk bisa diberikan sedikit ketenangan dari tuan Lim.

"Santai saja, anak kita adalah anak yang baik. Lagipula dengan dirinya banyak berinteraksi dengan orang lain maka penyakit amnesia-nya perlahan akan sembuh," ucap tuan Lim menjelaskan.

Setelah mendengar ucapan suaminya, tampaknya nyonya Lim bisa bernapas dengan lega.

"Baiklah, aku juga ingin mendukung anak ku. Pokoknya prioritas pertama kita adalah kebahagiaan anak!"

Transmigrasi Ke Tubuh WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang