Terlihat di pinggir jalan Zhafa sedang menelpon seseorang. Nampaknya ia menunggu kedatangan orang itu. Hari ini ia berencana untuk mempertemukan kedua pasangan yang telah lama terpisah. Ia ingin menyatukan kembali rasa yang ada di hati mereka, karena ia tahu jika mereka berdua masih belum move on satu sama lain.
Ping ping....
Klakson mobil yang sudah di pastikan adalah mobil Astrid. Zhafa dengan langkah riang dan senyum lebar yang merekah di wajahnya menyambut sahabatnya yang sebenarnya tidak tahu niatnya.
Mereka berdua telah memasuki sebuah cafe yang agak sepi. Zhafa membawa Astrid ke dalam ruangan private, ia sengaja memesan ruangan itu untuk membiarkan Gali dan Astrid mencurahkan segala sesuatu yang ada di dalam lubuk hati mereka berdua. Di sana pula sudah ada Gali yang tampak kaget saat melihat kedatangan Zhafa yang bersama Astrid. Begitu pula dengan Astrid, ia juga tampak kaget dan langsung menatap tajam Zhafa.
Setelah mempersilahkan Astrid duduk, Zhafa langsung pamit undur diri untuk memberikan mereka berdua ruang dan waktu.
"Maaf ya, kalo aku lancang buat mempertemukan kalian berdua kayak gini, tapi aku harap kalian bisa memanfaatkan waktu kalian berdua untuk saling mengungkapkan apa yang ada di lubuk hati kalian," Kata Zhafa yang berdiri di samping Astrid.
Zhafa tersenyum hangat menatap keduanya yang tampak masih syok, "Kalo gitu aku pulang dulu ya, Gali, Astrid, aku tau kalian masih belum move on dan aku nggak mau jadi orang ketiga yang hanya merusak hubungan kalian, jadi kalian kembali lagi ya seperti dulu, aku bakal bahagia banget kalo sahabat aku ini bisa ada pawangnya lagi," ucap Zhafa disertai kekehan kecil.
Astrid menghela nafas berat dan menatap Zhafa dengan tatapan tajam. "Zha, kamu kenapa sih harus kayak gini, aku sama Gali udah nggak ada hubungan apapun lagi, kita udah usai dan ini memang maunya aku dan Gali buat putus, bukan karena aku tahu kalo kamu deket sama dia."
Zhafa menggeleng pelan. "Aku ini sahabat kamu Astrid, aku tau kalo kamu itu belum bisa lupain Gali walau sekeras apapun cara kamu buat lupain dia, liat aja sampai sekarang kamu belum nemuin cowok lain dan juga udah banyak cowok yang mau sama kamu, tapi kamu nolak terus kan."
Gali hanya melihat kedua perempuan itu sedang berdebat kecil dan tak berminat untuk nimbrung dalam pembicaraan mereka.
"Udah sekarang kamu hargai aja usaha aku, aku ada urusan, aku pulang dulu yah," ujar Zhafa kemudian berlalu cepat dari ruangan tersebut.
Setelah dari cafe, Zhafa memutuskan untuk pulang ke rumah.
Malam hari pun tiba. Keadaan kota malam ini cukup hening dan tentram membuat nyaman seorang wanita yang sedang menikmati angin malam di balkon rumahnya. Zhafa menyeruput secangkir teh dan menatap layar ponselnya. Malam ini ia hanya butuh istirahat, dan setelah itu ia akan bertempur kembali untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahnya yang sedang menumpuk minta di kerjakan.
Di rumah sebelah rumah Zhafa terlihat ada sebuah mobil putih yang baru saja sampai di pekarangan rumah itu. Zhafa menajamkan penglihatannya. Di mobil itu terlihat ada seorang pria yang baru turun.
"Zian," ucap Zhafa.
"Iya dia Zian, omg, lama banget dia baru pulang, hm, ada temen lagi nih," kata Zhafa disertai kekehan.
"Assalamualaikum Bunda, Ayah, Zian pulang," ucap pria yang berada di ambang pintu.
Tampak wanita dan pria yang dipastikan kedua orang tua lelaki itu menoleh dan tersenyum. Sang Bunda segera berlari mendekap erat-erat anak lelakinya itu.
"Alhamdulillah, akhirnya kamu pulang Zian, Bunda udah kangen banget sama kamu nak," kata sang Bunda dengan air mata bahagia membasahi pipinya.
Pria yang bernama Zian itu lantas membalas dekapan Sang Bunda dan terkekeh kecil sambil mengusap-usap punggung sang Bunda. Ayahnya pun ikut bergabung dan keluarga kecil itu saling menyalurkan kasih sayang satu sama lain.
~~~
Menjelang pagi ini Zian sedang berada di balkon kamarnya yang bersebelahan dengan balkon kamar Zhafa. Zian mengamati jendela kamar Zhafa yang ditutup gorden. Zian sering senyum-senyum sendiri jika mengingat masa kecilnya bersama Zhafa dulu. Sekarang mereka berdua telah dewasa, Zian pergi merantau di negeri orang saat ia tamat SMP. Ia melanjutkan pendidikannya di Kanada tempat kelahiran ayahnya. Di sana ada keluarga ayah Zian yang tinggal di sana.
Zhafa menyibak gordennya dan keluar ke balkon kamarnya dan melakukan peregangan habis bangun tidur. Ia menguap lebar, dan menoleh ke arah balkon sebelah rumah.
Zian tersenyum manis menatap Zhafa yang tak sengaja menoleh ke arah balkonnya. Zhafa terkesiap, ia tidak menyadari jika ada seseorang di balkon rumah Zian. Zhafa pun hanya tersenyum kikuk dan menyapa Zian dengan melambaikan tangannya yang di balas oleh Zian.
"Apa kabar Zian," sapa Zhafa terdengar kikuk.
"Alhamdulillah baik kok, kamu sendiri kabarnya gimana sama Omah Ratna?"
"Alhamdulillah, kami semua baik-baik aja, btw kamu kok pulang?"
"Ini kan tanah kelahiran aku, emang salah yah kalo aku pulang."
"Hehe, enggak sih kan biasanya Bunda sama Ayah kamu yang kunjungi kamu."
"Aku udah selesai kuliah, jadi aku pulang karna pengen menetap dan kerja disini ."
Zhafa mengangguk pelan dan tersenyum manis.
"Zian, kamu mau jalan bareng nggak sore nanti, kan udah lama nggak rasain suasana di sini," ujar Zhafa.
"Oh iya, beneran yah."
"Iya beneran, emang aku pernah bohong sama kamu."
Zian terkekeh dan Zhafa pun pamit masuk ke dalam kamarnya.
Sore harinya, Zhafa menepati janjinya kepada Zian. Keduanya mengunjungi cafe dekat kompleks mereka. Zhafa dan Zian terlihat asik mengobrol. Walaupun mereka berdua lama tak bertemu, tapi itu tak menciptakan jarak di antara mereka.
Tepat di meja sana ada Arkan yang dari tadi sudah ada di sana. Ia melihat Zhafa pada saat Zhafa baru masuk cafe bersama Zian. Arkan tampak mendengus kesal, tapi ia juga tak punya hak untuk marah, karena dirinya dan Zhafa tak ada apa-apa.
Suasana di cafe saat ini cukup ramai dikunjungi oleh para muda-mudi yang sedang kasmaran. Apalagi sekarang malam minggu.
Zhafa pun tak menyadari jika sedari tadi dia diamati Arkan.
"Zhafa, kamu punya pacar yah?" celetuk Zian yang sudah menyadari tingkah pria di meja sana yang sepertinya mengamati Zhafa.
"Nggak lah, aku nggak punya pacar."
"Coba deh kamu noleh ke meja nomor lima, kayaknya cowok itu ngawasin kamu dari tadi."
Zhafa mengerutkan keningnya dan menoleh ke meja nomor lima, tepat di sana ada Arkan yang pura-pura sibuk dengan ponselnya dan tak menghiraukan Zhafa yang menyadari keberadaannya.
"Oh, dia cuma temen kok, temen biasa," ujar Zhafa dan diangguki Zian.
Hello guys, udah lama yah aku nggak update lagi. Akhir-akhir ini aku punya banyak tugas sekolah, jadinya mood aku berubah-ubah dan berdampak pada tingkat nulis aku.
Mohon support nya guys.
Janlup vote and coment.
See you guys
🌷TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Asmara Kita
RomanceDia hampir dilecehkan di klub oleh para lelaki di malam itu, tapi untung saja ada seorang pria baik hati yang menyelamatkan dirinya dari para lelaki hidung belang itu. Hingga akhirnya dia mempunyai rasa terhadap pria itu dan tanpa ia ketahui bahwa p...