🍂
Wening terus beringsut mundur. Sampai akhirnya ia menabrak dinding.
"Jangan takut Ning. Aku akan memberitahumu sesuatu. Duduklah. Aku tidak akan menyakitimu,"Lukman kemudian meninggalkan Wening untuk duduk di sofa. Perlahan perempuan itu pun mengikuti Lukman. Dia duduk di sofa tunggal di seberang Lukman.
"Kamu sudah resmi menjadi istri Arwan, betul?,"
Wening mengangguk.
"Apa kamu mencintainya?,"
"Kami saling mencintai,"
Lukman tersenyum mendengar jawaban Wening. Polos sekali perempuan ini, pikirnya. Dan Lukman seketika sangat menyukai Wening. Sosok Wening yang sederhana. Seperti sosok ibunya dulu. Ya, ibu Lukman juga perempuan desa seperti Wening. Beliau meninggal setelah melahirkannya.
Sedang ayahnya, keturunan asing yang segera kembali ke negaranya setelah sang istri meninggal. Membawa Lukman, dan merawatnya seorang diri, sampai ketika ia beranjak dewasa, Lukman mendapati ayahnya menikah lagi. Dan ayahnya menganggap Lukman sudah bisa hidup sendiri tanpa ayahnya, sehingga ia berikan sebagian harta dan warisannya untuk dikelola Lukman. Sedang ayahnya rela hidup sederhana dengan istri keduanya.
Lukman tidak suka pada perempuan yang dinikahi ayahnya. Karena menganggap perempuan itu sudah merebut kasih sayang ayahnya dari dia. Hingga ia mempunyai trauma dan melampiaskannya pada banyak perempuan seperti yang dilakukannya sekarang. Tapi saat melihat Wening pertama kalinya beberapa saat lalu, Lukman merasa tidak ingin menyakiti perempuan itu.
Lukman lalu menceritakan semua rahasia dirinya pada Wening. Entah mengapa ia merasa percaya pada Wening. Mulut Wening ternganga mendengar semua kisah hidup Lukman. Sampai ia tersadar saat Lukman memanggilnya.
"Dan sekarang, saat aku melihatmu, entah mengapa, kebencian dalam hatiku terasa memudar. Ning, maukah kau mendampingiku?,"
"Tapi aku sudah bersuami, tuan,"
"Jangan memanggilku tuan. Panggil aku papi,"
"I..iya papi,"
"Tidak masalah bagiku. Asal kau bersedia mendampingiku, semua ini akan berubah, Ning. Aku janji akan berjalan lurus kembali,"
"Tapi tu..eh papi belum mengenalku,"
"Aku tahu kamu janda. Aku tahu siapa dirimu Ning. Aku pun mengenal Prama dan Hasta. Dan...kisah tersembunyi mereka. Termasuk kisahmu dengan mantan mertuamu itu,"
"Tapi..,"
"Aku juga tahu bagaimana kehidupanmu di desa sebelumnya. Jauh lebih tahu daripada Arwan. Aku tahu kamu..menjalin hubungan terlarang dengan kakekmu,"
Wening membeliakkan matanya.
"Bagaimana papi bisa tahu?,"
"Ada cara untuk itu. Aku memerintahkan orang kepercayaanku untuk memasang cctv dirumahmu, setelah Arwan menetapkanmu sebagai target untukku,"
"Dan, dari situ, aku merasa sudah mengenalmu, Ning. Tidak masalah, kamu punya masa lalu. Karena aku pun begitu. Justru mungkin masa laluku lebih buruk daripadamu,"lanjut Lukman.
Wening terdiam. Dia benar-benar mendapat kejutan luar biasa dengan penuturan Lukman.
"Kita sama-sama punya masa lalu, Ning. Aku harap aku bisa mendapat jawaban memuaskan darimu. Tidak perlu sekarang. Aku akan memberimu waktu selama empat bulan ke depan. Tapi setelah Arwan menceraikanmu,"
"Apa? Aku bercerai dengan mas Arwan?,"
"Iya,"
"Tapi kami baru saja menikah,"