Arvin masih duduk termenung di meja kerjanya, sementara sepi telah merajai kantor setelah semua pulang ke rumah masing-masing. Pikirannya masih terhantui oleh pertengkaran nya dengan Gelin pagi tadi.
Sementara itu, Yunara sejak tadi menunggu di depan pintu rungan Arvin, mulai bertanya-tanya mengapa bosnya tak kunjung keluar. Padahal, waktu sudah menujukan pukul 9:00 malam.
Karena penasaran, Yunara pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam rungan Arvin. Dengan langkah hati-hati, ia berjalan masuk ke dalam rungan yang hening melihat Arvin yang masih tenggelam dalam pikirannya.
"Pak, kau tidak pulang? "Tanya Yunara dengan penuh khawatirkan.
Arvin tersadar dari lamunannya saat menyadari keberadaan Yunara. "Seharusnya aku yang bertanya padamu, semua orang sudah pulang kenapa kau belum? "Ucapnya mencoba memahami alasan Yunara masih berada di dalam kantor.
"Tadi aku masih memiliki beberapa pekerjaan yang belum selesai, tapi sekarang aku udah mau pulang kok pak, "kata Yunara dengan kebohongan kecil, karena sebenarnya dia hanya menunggu Arvin dan bukan karena pekerjaan yang belum selesai.
"Biar aku antar, kemarin aku berjanji untuk mengatar mu pulang. Tolong jangan menolak, "ucap Arvin dengan tulus, menawarkan bantuan.
"Baik, pak, "balas Yunara sambil menerima tawaran Arvin, padahal itukah alasan sebenarnya menyapa dia menunggu Arvin pulang.
Karena senang melihat Yunara menerima tawarannya untuk di antarkan pulang, Arvin tidak sengaja memegang tangan Yunara untuk menuntun nya masuk ke dalam mobil."maaf, "ucapnya saat ia sadar akan tindakannya.
Yunara tersenyum dan membalas, "tidak apa-apa, pak,"ucapnya dengan ramah, menunjukkan bawah dia tidak keberatan dengan insiden yang terjadi.
Tak lama kemudian, Arvin membawa Yunara sampai di depan rumahnya. Dengan sopan Arvin membukakan pintu untuk Yunara. " Terima kasih, "ucap Yunara dengan tulus saat Arvin membukakan pintu mobil untuk nya.
"Pak, bolehkah saya bertanya sesuatu? " Tanya Yunara dengan rasa ragu.
"Tentu, silahkan tanyakan saja,"
"Kemarin kau bertemu dengan siapa? "Tanya Yunara dengan rasa penasaran,mengenai siapa yang Arvin temui sebelumnya.
"Aku? Untuk apa kau bertanya? "Jawab Arvin dengan suara yang tiba-tiba terdengar dingin.
"Maaf, pak, aku hanya merasa penasaran. Apa aku salah? "Kata Yunara dengan suara penuh penyesalan.
"Sebenernya tidak salah, hanya saja aku baru mengenal mu.bukankab salah jika kau tahu banyak tentang ku? "Ucap Arvin dengan suara yang lembut, mencoba menjelaskan tentang batasan dalam hubungan mereka.
"Maaf, pak, sudah menyakiti perasaan mu, "ucap Yunara dengan penuh penyesalan dan rasa malu.
Dalam hati, Yunara bergumam seiring dengan mobil Arvin yang semakin menjauh meninggalkan rumahnya. "Di satu sisi, aku bisa meliputi dia sebagai pria yang baik, tapi di sisi lain, dia sangat misterius dan sulit di tebak. " Batin Yunara, mencerminkan perasaan nya campur aduk antara ketertarikan dan kebingungan terhadap Arvin.
Sementara di rumah Yunara, terlihat Gelin menyapa orang tua Yunara dengan sopan. "Selamat malam, Bibi, Paman, "sapanya dengan senyuman ramah.
"Selamat malam, kau...? "Ucap ibu Yunara,mencoba mengingat siapa pemuda di hadapannya itu.
" Iya, itu aku, Gelin, "jawab Gelin dengan sopan, memperkenalkan untuk memperjelas identitasnya.
"Bagaimana kabar mu? Sudah sehat?"
"Aku sehat bibi, aku bawakan makanan, "sambil menujukan makanan yang dia bawa.
"Terima kasih, kami juga makan malam, "ucap Ibu Yunara sambil mengambil makanan dari tangan Gelin dengan penuh rasa terima kasih.
"Ayo makan malam bersama kami,"ajak Ayah Yunara sambil menarik tangan Gelin untuk masuk ke dalam rumah.
Ibu dan Ayah Yunara sudah duduk di meja makan bersama Gelin, terlihat menikmati makan malam bersama. " Apa tujuan mu datang ke mari? "Tanya Ayah Yunara, memperhatikan Gelin yang sedang melirik ke arah sekeliling seolah sedang mencari seseorang.
"Aku nanya ingin berterima kasih pada bibi dan paman karena sudah membantu ku" Ucap Gelin dengan tulus.
"Kau memang anak yang baik, "ucap ibu Yunara dengan kagum sambil mengelus pundak Gelin.
" Bibi, di mana Yunara? "Tanya Gelin di selah-selah acara makan malam mereka, karena sejak tadi Gelin belum memenemukan keberadaan Yunara di sekitar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Love
Любовные романыGelin adalah seorang pemuda yang bercita-cita menjadi penulis, Gelin suka dunia nulis menulis sejak ia masih sekolah menengah dia adalah penulis novel di internet. Namun, belum ada satu pun penerbit yang melirik novelnya. Di balik dirinya yang ceria...