Kabar mengenai desa yang semua penduduknya mati dalam satu malam mulai tersebar di seluruh semenanjung Gredam. Berita mengerikan tersebut membuat semua orang mulai diselimuti oleh rasa takut serta khawatir, terlebih dari negara di luar Mafornburgh.
Satu-satunya negara yang memiliki penyihir hanyalah Mafornburgh. Maka dari itu, semua orang menggantungkan harapan mereka ke negara tersebut terlebih ke Darhagen yang merupakan ibukota dari Mafornburgh serta pusat dari semua penyihir.
Kabar buruk tersebut entah kenapa menjadi memiliki banyak versi.
Dan yang lebih terkenal adalah kabar yang menceritakan bahwa desa tersebut diserang oleh bandit-bandit jahat yang suka sekali menyerang orang-orang yang melewati Foggurne.
Maka dari itu, saat ini, semua orang sangat berhati-hati melakukan perjalanan di malam hari, terlebih jika mereka terpaksa melewati Foggurne.
Hari telah memasuki malam, lebih tepatnya, tengah malam.
Di jalan yang tidak terlalu luas ini, terdapat sekitar 20 prajurit yang baru saja kembali dari kota seberang di dekat Darhagen. Para prajurit tersebut ditugaskan oleh Aiken Cattegirn untuk melihat keadaan kota kecil yang kabarnya mengalami kekeringan padahal penduduk di sana telah membuat bendungan untuk mengatasi masalah kekurangan air.
Para prajurit tersebut membawa tiga kereta kuda yang sebelumnya berisikan bantuan berupa makanan dan minuman untuk penduduk di kota kecil itu.
Mereka telah menempuh 12 hari perjalanan dan saat ini mereka kembali ke Darhagen untuk melapor ke Aiken serta kembali melanjutkan aktivitas mereka sebagai seorang prajurit.
"Seharusnya, kita tidak melakukan perjalanan di malam hari. Apa lagi di tengah malam" bisik seorang prajurit dengan alis tebalnya.
"Rumor apa lagi yang kau dengar?" tanya prajurit yang memiliki tahi lalat di dekat bibirnya.
Prajurit beralis tebal melihat keadaan di sekitarnya yang hanya di kelilingi oleh pohon-pohon tinggi dan berhasil membuatnya bergidik ngeri.
"Kabarnya, penduduk di Desa Argaen mati dalam semalam karena diserang monster mengerikan yang suka menyerang di malam hari" bisik si alis tebal yang sepertinya mendengarkan cerita versi satu lagi.
Cerita yang berasal dari penduduk di Wesrid mengingat kota tersebut memiliki hutan yang dipenuhi oleh monster-monster mengerikan.
Prajurit bertahi lalat itu mengernyitkan alisnya, "Monster? Kau percaya kalau semua itu perbuatan monster?"
Prajurit beralis tebal menganggukkan kepalanya dengan yakin.
"Aku justru lebih percaya itu perbuatan manusia. Aku dengar, prajurit yang bertugas menjaga Desa Argaen itu seperti dihipnotis" bisik prajurit bertahi lalat.
Angin malam bertiup dengan sangat kencang dan mampu menggoyangkan pohon-pohon tinggi di sekitar mereka. Suara burung hantu saling bersahutan membuat semua dua prajurit yang baru saja membicarakan hal mengerikan itu pun merasakan bulu kuduk mereka berdiri.
Lalu, tiba-tiba saja di atas kepala pasukan yang akan kembali ke Darhagen tersebut terdapat burung gagak yang mengeluarkan suaranya yang khas.
"Apa di sini ada bangkai?" gumam prajurit beralis tebal setelah ia melihat gerombolan burung gagak terbang di atas mereka.
"Tidak" bisik prajurit bertahi lalat dengan sorot ketakutan melihat ke depan.
"Burung gagak itu menunggu kita..."
Prajurit beralis tebal mengernyitkan alisnya. Dia ikut mengarahkan pandangannya ke depan dan kedua matanya terbelalak ketika melihat sesosok makhluk hitam besar ada di dekat mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Helmut: Chaos
Fanfiction*Lanjutan dari HELMUT* Reinhard pikir, semuanya akan berakhir dengan bahagia setelah berhasil mengalahkan Lucius. Dia kembali menjalani harinya sebagai seorang Huang Renjun di pinggir kota Seoul. Selama bertahun-tahun, Reinhard selalu mendapatkan mi...