Menikah bukan untuk mencari yang sempurna. Tapi, menikah adalah untuk menyatukan kekurangan masing masing hingga menjadikannya sempurna.
-Bilal Abidzar Ar Rasyid
°°°
Seperti biasanya, Bilal sedang bersiap siap untuk berangkat mengajar di pesantren. Ketika hendak melangkahkan kaki keluar pintu, dengan nafas yang sudah ngos-ngosan, Lea berlari dengan cepat menghentikan langkah kaki Bilal. "Stop, tunggu dulu."
Dengan gerakan lambat, Bilal menghentikan jalannya dan menatap istrinya. "Kenapa, sayang?"
"Ikut gue dulu," Lea langsung menarik tangan Bilal untuk berjalan mengikuti nya.
"Kemana sayang! Mas harus ngajar, takut telat."
"Udah ikut aja, bentar doang kok."
Sebenarnya, Bilal masih bingung kemana Lea akan membawanya. Tapi, Bilal juga tidak bisa menolak permintaan Lea karena takut akan menyakiti hati Lea.
"Ayo masuk," Lea membuka pelan pintu kamarnya dan mengajak Bilal untuk masuk.
Bilal terdiam sejenak menatap wajah Lea seakan bertanya tanya. Ada apa dengan istrinya? Kenapa dia bersikap yang aneh?
"Lama," Lea langsung menarik tangan Bilal untuk masuk mengikuti nya.
"Taraaaaaa!" Lea membuka lebar kedua tangannya. Mulutnya juga ikut terbuka lebar sambil memperlihatkan objek didepannya.
Bilal mengernyitkan keningnya sambil menatap beberapa kain kecil yang sudah bertumpukan di atas kasur. "Jilbab?"
"Iya! Gue mau, lo pilihan gue warna jilbab yang cocok buat gamis yang udah gue pake ini!" Lea melebarkan baju gamis berwarna pink yang sudah ia kenakan dengan kedua tangannya.
Ketika Bilal hendak berbicara, Lea refleks menutup mulut Bilal dengan jari telunjuknya. "Suuttt! Nggak usah banyak omong, lo lihatin gue aja."
Bilal langsung terdiam dan beranjak duduk di atas kasur sambil memperhatikan istrinya yang sedang sibuk mencoba berbagai koleksi jilbab nya.
Semua jenis jilbab yang Lea punya adalah pemberian dari orang tua Bilal kemaren ketika berkunjung. Umi memang memberikannya tanpa sepengetahuan Bilal. Umi juga berharap suatu saat Lea bisa mengenakan nya tanpa paksaan dari siapapun.
Pertama, Lea mengambil jilbab warna pink senada dengan gamis yang ia pakai. Setelah selesai, Lea membalikkan badannya menghadap Bilal sambil tersenyum manis menatap Bilal. "Bagus nggak?"
Bilal tersenyum bangga melihat istrinya, karena ini baru pertama kalinya Bilal melihat Lea berpakaian tertutup setelah mereka menikah. "Maa syaa Allah! Bagus, cantik banget!"
"Tapi kayaknya kurang cocok. Terlalu mencolok warna nya." Ucap Lea.
"Bagus kok!"
Lea kembali menatap cermin. Badannya terdiam sejenak memperhatikan. "Nggak, ini kurang cocok."
Lea memilih kembali jilbab yang akan ia coba. Setelah selesai memasangnya, Lea kembali menghadap Bilal. "Kalau Ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [On Going]
Teen Fiction"WHAT? DI JODOHIN? NGGAK. GUE NGGAK MAU." Bagaimana jika kamu di jodohin orang tua tanpa persetujuan kamu? Apalagi di jodohin sama laki laki yang belum pernah kamu kenal sama sekali? Apa yang akan kamu lakukan? Yaps itulah yang dirasakan oleh Azzale...