Dipa
Dengan tanpa prasangka kakinya terus melangkah menyusuri koridor yang baru saja terlewati. Melalui deretan pilar berukuran besar nan menjulang. Serta crystal ball chandelier dengan sentuhan keemasan.
Meninggalkan sepasang pintu besar beraksen marmer hitam di dinding bertuliskan, The Grand Ballroom. Tempat yang baru saja ditinggalkan. Yang kini tengah memperdendangkan sayup-sayup suara musik menghentak. Pertanda jika keriaan prom telah dimulai.
Dan berada tak jauh dari The Grand Ballroom, ternyata terdapat sepasang pintu besar berwarna putih lain. Juga memiliki aksen marmer hitam di dinding bertuliskan, The Suite Ballroom. Dengan dua orang petugas berpakaian resmi berdiri di depan pintu.
Ia baru hendak mengemukakkan alasan untuk dapat masuk ke dalam, namun keburu salah seorang petugas bertanya, "Terlambat juga?"
Tanpa berpikir sedikitpun, impulsnya berhasil menggerakkan kepalanya dengan cepat untuk mengangguk.
Membuat dua petugas tersebut segera membukakan pintu untuknya.
"Silahkan pilih tempat duduk di bagian belakang yang kosong," ujar salah seorang petugas sebelum ia beranjak masuk.
"Usahakan tidak menganggu hadirin yang lain."
Ia pun kembali menganggukkan kepala tanda mengerti. Kemudian buru-buru melangkah masuk sebelum dua petugas tersebut menyadari kekeliruan mereka karena telah mempersilahkan orang yang salah.
Begitu memasuki ruangan yang luasnya hanya sekitar setengah dari keseluruhan ruang The Grand Ballroom, dirinya langsung disambut oleh hawa dingin yang cukup menggigit.
Dengan deretan kursi cantik berpita merah yang 98% telah terisi penuh. Membuatnya memilih untuk mendudukkan diri di salah satu dari sedikit kursi kosong yang cukup sulit untuk ditemukan. Berada di baris paling belakang, tak jauh dari pintu masuk.
Sementara di atas panggung tengah tampil seorang anak perempuan usia SMP bersama seorang wanita yang berumur tua. Mungkin ibu atau bahkan gurunya. Duduk berdampingan menghadap piano yang sama.
Tengah memainkan alunan nada yang terdengar cukup dinamis dan penuh keceriaan. Nada yang ia hapal betul di luar kepala. Karena dulu sempat mempelajarinya ketika masih berguru di sekolah musik.
Lagu berjudul Heart and Soul by Hoagy Carmichael ini memang memiliki bagian menarik. Karena dimainkan oleh secondo (pemain kedua) dalam format duet piano (one piano, four hands). Tak heran jika anak perempuan usia SMP tersebut tampil bersama orang lain di atas panggung.
Dan alunan nada sempurna nyaris tanpa cela berhasil membawanya larut ke dalam suasana menyenangkan yang memenuhi keseluruhan udara di The Suit Ballroom ini.
Hingga tepuk tangan bergemuruh menyadarkannya jika tampilan apik duet piano Heart and Soul telah berakhir.
Mematikan seluruh tata lampu utama panggung menjadi gelap gulita. Hanya tinggal menyisakan satu lampu sorot yang mengarah pada seseorang bergaun hitam dengan biola di atas bahu. Siap untuk memainkannya.
Dengan tanpa mengucapkan sepatah katapun, gadis bergaun hitam yang tak lain tak bukan adalah gadis yang tadi sempat terjatuh di hadapannya, mulai menggesek biola dengan penghayatan terindah.
Memainkan sebuah intro yang penuh dinamika dan intonasi. Lagu yang membuatnya menggelengkan kepala lalu mendadak memancing tawa sumbangnya. Hingga tanpa sadar membuat mulutnya ikut bergumam mengikuti getaran indah yang tercipta dari gesekan biola.
'Here's to the ones that we got
Cheers to the wish you were here, but you're not
'Cause the drinks bring back all the memories

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomantizmSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.