🦊🦊🦊.
.
."Kau bisa berdiri di atas sepatu bajamu?" tanya Andin yang masih tidak percaya.
"Humm."
"Bisa meluncur tanpa tergelincir sama sekali?"
Aldebaran menatap Andin dengan cemberut, "Aku bisa berdiri di atas sspatuku dan meluncur di atas gelanggang es dengan sangat baik, tidak tergelincir sama sekali, Andini." Jawabnya dengan nada suara yang terdengar penuh keluhan.
Bisa-bisanya Andin meragukan dirinya sampai seperti itu. Memangnya aneh kalau dia belajar ice skating di usianya yang sudah dewasa? Batin Al sedikit jengkel.
Andin menatap tercengang pada Al, "Woww...."
Perubahan yang terjadi pada Al, semakin membuat Andin ingin tahu lebih banyak lagi tentangnya. Selama berpisahnya mereka, hal apa saja yang sudah dilewatinya. Dia tergelitik ingin terus bertanya pada Al, tentang kehidupannya setelah waktu terakhir mereka bertemu di rumah sakit waktu itu. Dia tergoda untuk bertanya, tidakkah Al sedikit mengenali wajahnya? Pikir Andin penasaran dan penuh harap.
"Al... Kau...." Andin ragu-ragu.
Bagaimana jika tidak, apa kau bisa bertahan kali ini? Mendengar kenyataan itu lagi dari mulut orang yang kau cintai? Tidak mengenalmu, sanggup kah kau?
Al mengerjap, "Ya?"
.
.🦊🦊
Sudah pukul sepuluh malam lewat sepuluh menit, ketika Al sampai di kediaman Hielson yang berada di kota Almere di provinsi Flevoland.
Al mematikan mesin, melepas seatbelt, kemudian melirik ke sampingnya, dan mendapati Andin yang sudah tidur dengan kepala miring.
Kuharap kau tak sakit leher besok. Lirih Al melihat posisi tidur Andin yang sepertinya tak nyaman.
.
."Di sini, ini kamar nona Andin."
Al berhenti di depan pintu kamar yang terbuat dari kayu mahoni, kemudian mengulumm senyum saat gambar kartun hantu Casper di tempel di pintu tersebut, lengkap dengan tulisannya yang lucu.
Fairy Room, The Devil's Prohibited From Entering.
"Larangan ini khusus untuk nona Masha, tolong jangan tersinggung."
"Tidak masalah." balas Kenneth dengan senyum.
Andin menulis tanda peringatan di kamarnya tersebut memang dikhususkan pada Elsa, yang selalu seenaknya mengacak-acak kamarnya dan mengambil barang Andin tanpa ijin dari sang empu pemilik kamar.
Al mendudukkan tubuh Andin di pangkuannya, melepas jaketnya yang tebal, kemudian membaringkan tubuh wanitanya di atas ranjang. Ia menunduk, meninggalkan gigitan ringan di atas hidung Andin yang mancung.
Jungma menatap tercengang dengan keseluruhan tindakan yang dilakukan Al tanpa sadar, seolah-olah pria ini sudah sering melakukan itu pada nonanya. Dilihat dari betapa mulus dan tidak canggungnya perilaku Aldebaran barusan.
"Jangan... Biar saya saja." kata Jungma menghentikan Al dari melepas sepatu boot di kaki Andin.
Barulah Al langsung tersadar dari perilaku anehnya. Pria itu tertegun, menghentikan tangannya yang sudah melepas sepatu Andin setengah jalan.
Apa yang dia lakukan?
Al dipenuhi kebingungan saat serangkaian tindakan dalam membantu Andin itu seperti sudah pernah dirinya lakukan.
Melepas jaket sambil memeluk, menidurkannya, meninggalkan ciuman ringan di hidung, melepas sepatu, dan kemudian menyelimutinya.
Seakan dirinya memang sudah terbiasa melakukan semua tindakan tersebut.
Tapi, di mana?
Al mengernyitkan alis, mengingat-ingat, kapan tepatnya dia pernah melakukan hal ini, lalu menekan pelipisnya yang mulai berdenyut.
.
.Masih betah baca cerita ini?
Apa terlalu berat kah ceritanya, jadi sepi pembaca?
KAMU SEDANG MEMBACA
Musimnya Cinta (Season's Of Love Series/SoL)
FanfictionMenceritakan tentang kisah cinta antara mantan atlet ice skating yang cantik dengan lelaki tampan yang berprofesi sebagai pengusaha developer real estate. Semua tokoh berdasarkan sinet Ikatan Cinta.