⚠️ HANYA FIKSI ⚠️
TYPO 🙏
HAPPY READING...!!!Shani tidak pernah sedetik pun meninggalkan Chika sendiri, dia ingin selalu menemaninya. Wajah yang ceria itu kini hanya terdiam, mata coklat dengan binar indah yang selalu memberikan rasa tenang pada Shani, kini mata itu tak kunjung terbuka juga. Bibir yang indah itu biasanya akan selalu menampilkan senyumannya, kini hanya membisu dan memucat pasi.
"Kak, bangun nak! Bunda disini, kakak harus bertahan ya. Bunda rela menurunkan ego bunda sama dia, asal kamu sembuh kak. Bunda gak mau kehilangan kamu kak, bunda mohon kakak harus selalu ada sama bunda, ayah sama adek juga. Kakak gak kangen sama adek? Kata bibi adek nangis terus dirumah, kakak gak kasian sama adek? Bunda nanti bawa adek kesini ya, pasti kakak seneng. Tapi Kakak harus bangun dulu....Kakak marah sama ayah bunda ya? Karena udah nutupin masa lalu Kakak selama ini. Kakak boleh marah, kakak boleh kecewa, bahkan Kakak boleh pukul bunda sama ayah asal kakak bangun, dan jangan pergi dari bunda kak hiksss. Itu semua bunda lakukan hanya karena bunda gak mau kehilangan Kakak, kamu itu hidupnya bunda kak. Gak ada yang boleh ngambil kamu dari bunda dan kamu gak boleh ninggalin bunda gitu aja. Bunda gak akan pernah rela kalo kamu pergi dari hidup bunda hiksss."
"Apa kasih sayang bunda selama ini sama kamu itu kurang kak? Sampe kamu meragukannya, dan bilang kalo bunda gak sayang kamu. Bunda lebih sayang sama kamu daripada diri bunda sendiri kak hiksss. Kalian itu nyawa bunda, buat apa bunda hidup kalo gak ada salah satu dari kalian disamping bunda hiksss. Semua yang sudah kita lewati itu belum cukup kak, bunda belum sepenuhnya membahagiakan kalian. Kakak mau kan lebih banyak buat memori kita sama-sama lagi kaya dulu? Kita belum sempat ke taman bermain yang dari dulu Kakak selalu pengen kesana tapi bunda larang karena dulu Kakak masih kecil banget. Kakak juga mau kita main ayunan sama-sama di pantai kan? Liat sunset disana sambil makan eskrim favorit kakak. Terus kakak juga mau cepet-cepet liat adek sekolah paket seragam yang sama kaya kakak, biar berangkat sekolahnya bisa bareng. Kakak gak mau temenin masa tua ayah sama bunda? Hiks hiks." Shani terus menangisi Chika, yang tak kunjung sadar juga.
"Bu n da." Lirih Chika.
"Kak, sayang... Alhamdulillah kamu bangun juga nak, muachhh..." Shani mencium kening Chika.
"Bun." Panggil Chika lagi dengan mata yang masih tertutup.
"Iya sayang, bunda disini. Ada yang sakit? Bunda panggilin dokter ya." Sebisa mungkin Shani menahan airmatanya untuk tidak jatuh. Chika tidak menjawab pertanyaan Shani.
"A ku a nak bun nda kan?" Tanya Chika pelan bahkan mungkin seperti berbisik. Shani mendekatkan telinganya ke wajah Chika agar mendengar suaranya lebih jelas.
"Iya sayang, kamu anak bunda nak hiksss hiksss. Kamu anak bunda selamanya akan selalu seperti itu kak hiksss." Shani terus menciumi wajah Chika. Perlahan Chika membuka matanya. Tangannya terulur menyentuh pipi Shani.
"Bun nda ja ngan na ngis." Ucap Chika terbata-bata.
"Nggak sayang bunda gak nangis hiksss, bunda terharu kakak udah bangun." Ucap Shani, yang terus menatap dalam Chika.
"Ka kak gak su ka li at bun nda na ngis."
"Nggak Kak, maafin bunda ya Kak. Bunda gak bermaksud nyembunyiin itu semua dari Kakak. Bunda cuman gak mau kehilangan kamu kak, bunda mohon jangan pernah tinggalin bunda ya."
Chika hanya menampilkan senyumannya saja."Ka kak u dah ma afin bun nda. Ka kak tau bun nda sa yang sa ma ka kak. Ma kasih ya bun, bun nda u dah ra wat ka kak da ri ke cil sam pai se ka rang." Ucap Chika, Shani semakin menangis dibuatnya. Sungguh dia tidak sanggup melihat keadaan Chika sekarang, yang bahkan untuk berbicara pun dia sepertinya kesulitan.
"Bunda yang makasih sama Kakak, karena sudah hadir di hidupnya ayah sama bunda. Bunda mohon kakak harus bertahan ya." Shani mengusap lembut pipi Chika.
"A yah?"
"Ayah lagi keluar dulu, nanti juga kesini. Kakak mau minum?" Chika menggelengkan kepalanya pelan.
"A yah."
"Kakak mau ayah?" Tanya Shani, Chika mengedipkan matanya pelan.
"Sebentar ya bunda telpon dulu."
Shani pun menghubungi Cio yang sedang menemani Sean dan Gracia. Cio pun datang, setelah di telpon Shani dan memberitahu kalau Chika sudah sadar dan ingin bertemu dengannya."Kak." Panggil Cio yang baru saja datang.
"Tuh ayah udah datang." Ucap Shani.
"Anak ayah udah bangun hm?" Cio mencium kening Chika.
"Anak ayah hebat, anak ayah kuat. Kakak mau apa hm?"
"A yah."
"Iya sayang, kenapa?" Tatapan mata Chika itu tak kuasa untuk Cio tatap lebih lama. Tatapan mata dengan menahan rasa sakit yang sekarang dia rasakan dan Cio pun merasakan hal yang sama. Sakit didalam hatinya, yang harus menyaksikan putrinya terbaring lemah.
"Ka kak mau pu lang." Ucap Chika.
"Jangan nak, kan Kakak belum sembuh. Nanti kalo udah sembuh boleh pulang."
"Ka kak mau ma in sa ma a dek." Chika meloloskan airmatanya.
"Bun?" Cio melirik Shani sekilas.
"Nanti bunda telpon Pa Asep suruh bawa adek kesini." Ucap Shani.
"Adek yang kesini aja ya Kak." Ucap Cio.
Chika hanya terdiam, airmata itu terus membasahi pipinya. Shani mengusapnya pelan, dia pun menahan tangisnya."Bunda telpon adek dulu ya." Lagi-lagi tidak ada jawaban dari Chika. Shani awalnya tidak tega harus menyuruh Christy datang ke rumah sakit, tapi mau tidak mau Shani harus memenuhi permintaan Chika yang ingin bertemu dengan Christy.
***
Dokter memanggil Cio dan juga Sean untuk datang ke ruangannya sementara Gracia berada diruangan terpisah usai melakukan berbagai tes kesehatan.
Kini Cio dan Sean duduk berdampingan menghadap dokter."Jadi bagaimana hasilnya dok?" Tanya Cio.
"Alhamdulillah hasilnya cocok." Ada rasa bahagia dalam diri Cio ketika mendengar perkataan dokter, tapi dia juga bertanya-tanya kenapa Gracia bisa cocok dengan Chika, Gracia hanya orang lain sama seperti dirinya bukan keluarga dekat atau bahkan keluarga kandung pikirnya. Tapi untuk saat ini itu bukanlah hal yang harus Cio utamakan.
"Alhamdulillah dok, jadi selanjutnya bagaimana?" Tanya Cio. Sementara Sean tidak banyak bicara dia hanya menyimak penjelasan dokter saja.
"Selanjutnya kita akan jadwalkan untuk operasi transplantasi secepatnya, kita tidak punya banyak waktu lagi. Sebelum kondisi pasien semakin drop." Jelas dokter.
"Lakukan semua yang terbaik Dok." Ucap Cio.
"Silahkan bapak berdua untuk menandatangani dokumen ini, sebagai persetujuan akan dilakukannya tindakan operasi."
"Sean, apa kamu yakin mengijinkan istri kamu?" Tanya Cio.
"Seperti yang sudah saya katakan, saya tidak bisa menghalangi keputusan istri saya Cio. Kalau dengan cara ini istri saya bisa bahagia, maka saya tidak akan ragu mengijinkannya."
"Terimakasih, saya tidak tau apa yang akan terjadi pada anak saya kalau Gracia tidak melakukan ini semua untuk anak saya." Ucap Cio. Dibalas anggukan kepala Sean. Mereka pun menandatangani dokumen itu. Dengan harapan, semua akan segera membaik setelah ini.
Huwaaaaaaa😭😭😭😭
Emang bowleehhh sengebut iniii????😭😭😭
Apakah kalian sudah siap dengan ENDING cerita ini?????
Woiiilahh malah akunya yang gak siap😭😭😭😭

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Milikku [Greshan+Ch2]✓
RandomTak selamanya keluarga itu harus terbentuk dari ikatan darah yang sama.